Sari Buah
Sari buah merupakan sari atau filtrat buah melalui proses
penghancuran buah dan penyaringan. Sari buah segar yang ada di
pasaran ada yang ditambahkan gula dan ada pula yang asli (tidak
ditambah gula) Saat ini banyak sekali produk sari buah dari berbagai
jenis rasa buah (dari essence buah) maupun sari buah dari buah asli
yang beredar di pasaran.
Buah-buahan di Indonesia sangat beraneka-ragam jenisnya, secara
umum hampir semua buah-buahan dapat diolah menjadi sari buah,
terutama buah-buahan yang memiliki kandungan air tinggi dan
memiliki aroma yang tajam rasa segar. Contoh buah-buahan yang sering
dibuat dan dijual sebagai sari buah, yaitu jambu, jeruk, anggur, apel,
nanas, mangga dan lain-lain.
Pengolahan buah-buahan menjadi sari buah dimaksudkan untuk
memudahkan manusia mengkonsumsi buah sebagai minuman segar,
meningkatkan nilai ekonomis buah bila terjadi panen yang melimpah,
sebagai sumber vitamin.
Di Indonesia banyak kita jumpai beberapa jenis buah, untuk pembuatan
sari buah maka yang digunakan sebagai bahan baku berbagai jenis
buah. Hampir setiap saat dapat dijumpai berbagai jenis buah sesuai
dengan musimnya, bahkan ada juga buah yang tidak mengenal musim.
Sari buah sebagai salah satu produk hasil pengolahan buah-buahan
dengan cara mengambil sari atau filtratnya, sari buah tersebut boleh
ditambahkan gula dan air sebagai bahan pengisi atau tanpa
penambahan gula. Kadar gula sari buah yang diinginkan berkisar antara
10 – 15 %, hal ini tergantung tingkat kesukaan konsumen, dengan pH
(derajat keasaman) mencapai 3 – 4.
Prospek dari sari buah masih cukup memiliki peluang yang bagus
mengingat kemudahan untuk mendapatkan bahan baku (terutama pada
saat panen raya), untuk meningkatkan nilai ekonomis dan diversifikasi
(penganekaragaman produk).
www.ragamkemasan.wordpress.com
Gambar 4. Sari buah
a) Karakteristik Bahan Dasar
Buah-buahan merupakan tanaman hortikultura yang penting dalam perekonomian masyarakat Indonesia. Ada berbagai jenis buahbuahan seperti jambu, mangga, sirsak, belimbing, apel, strawberry dan lain-lain yang dapat tumbuh dengan baik di Indonesia. Waktu panen buah-buahan tersebut tidak bersamaan, artinya bahan baku untuk pembuatan sari buah dapat diperoleh setiap saat dengan jenis yang berbeda-beda. Untuk pembuatan sari buah, bahan dasar yang digunakan adalah buah-buahan yang sudah masak, tapi jangan terlalu masak. Buah yang digunakan tidak perlu buah yang mempunyai bentuk yang beraturan, karena bauh natinya akan dihancurkan. Kriteria buah yang terpenting adalah buah tidak boleh dalam keadaan busuk dan rusak.Secara umum buah-buahan merupakan sumber vitamin, terutama vitamin C atau asam askorbat dan sedikit vitamin A dan berbagai zat lainnya. Dari semua jenis vitamin, vitamin C merupakan vitamin yang paling mudah rusak. Vitamin C merupakan komponen yang mudah teroksidasi, dan proses tersebut dipercepat adanya panas, sinar, alkali, enzim, oksidator, serta oleh katalis tembaga dan besi. Oksidasi vitamin C dapat dihambat dengan penggunaan suhu rendah dan dalam kondisi asam. Vitamin C tergolong vitamin yang mudah larut dalam air. Sehingga untuk mengolah produk-produk dengan bahan baku yang memiliki kandungan vitamin C tinggi, seperti sari buah tidak boleh menggunakan suhu tinggi, karena vitamin akan rusak. Kemudian produk yang dihasilkan sebaiknya disimpan dalam kondisi dingin.
b) Bahan Pendukung
Bahan pendukung yang diperlukan untuk membuat sari buah yaitu air, gula pasir dan kadang-kadang ditambahkan pula bahan pewarna.- Air
Air merupakan bahan yang sangat penting dalam kehidupan dan sampai saat ini belum ditemukan bahan penggantinya. Dalam proses pengolahan, air berfungsi sebagai pelarut dan dapat mempengaruhi penampakan, tekstur dan cita rasa suatu makanan. Dalam pembuatan sari buah akan memerlukan air selama proses pengolahan, baik untuk pencucian maupun untuk melarutkan dan sebagai bahan pengisi sari buah (khususnya untuk sari buah yang diencerkan dan ditambahkan gula). Kualitas air yang digunakan selama proses pengolahan memegang peranan yang penting karena dapat mempengaruhi kualitas produk sari buah yang dihasilkan. Untuk itu maka diperlukan persyaratan khusus terhadap air yang digunakan, persyaratan tersebut meliputi :
Persyaratan fisik
Secara fisik air yang digunakan untuk keperluan pengolahan harus bersih, tidak berwarna dan tidak berbau. Air yang mengandung zat-zat terlarut sehingga memberikan warna tertentu (tidak jernih) tidak boleh digunakan dalam proses pengolahan, begitu pula terhadap air yang memberikan bau tertentu karena adanya zat yang terlarut juga tidak boleh digunakan dalam proses pengolahan.
Persyaratan kimia
Disamping persyaratan fisik, air yang digunakan untuk proses pengolahan harus memenuhi persyaratan secara kimia. Secara umum air mengandung bahan-bahan kimia tertentu. Dalam jumlah tertentu bahan-bahan kimia tersebut memang tidak berpengaruh nyata terhadap kesehatan, namun bila melebihi ambang batas tertentu untuk bahan tertentu maka air tersebut tidak boleh digunakan untuk kepentingan pengolahan. Contoh bahan-bahan kimia yang terkandung dalam air dan berbahaya bagi tubuh manusia, di antaranya air raksa (Hg), plumbum atau timah (Pb), tembaga atau cuprum (Cu), dan lain-lain.
Persyaratan mikrobiologis
Air yang digunakan untuk pengolahan selain harus memenuhi persyaratan fisik dan kimia, juga harus memenuhi persyaratan mikrobiologis. Mikrobiologis berasal dari kata mikro artinya kecil dan bio artinya hidup, jadi mikrobiologis banyak berhubungan dengan makhluk hidup yang sangat kecil atau jasad renik, seperti bakteri, jamur dan yeast. Dalam kehidupan sehari-hari jasad renik tersebut juga dikenal dengan sebutan kuman. Air yang akan digunakan harus bebas dari mikroba/ mikroorganisme penyebab keracunan, penyebab penyakit, karena air yang demikian bila digunakan selama proses pengolahan makanan akan sangat berbahaya bagi kehidupan manusia. Untuk menjamin bahwa air telah bebas dari mikroorganisme penyebab keracunan dan penyebab penyakit, biasanya terhadap produk yang dihasilkan dapat dilakukan pengujian secara mikrobiologis, meliputi uji bakteri coli (coliform), dan uji bakteri patogen.
- Gula
Gula yang digunakan dalam pembuatan sari buah adalah gula putih. Namun untuk sari buah asli atau yang ditambahkan gula dan tidak diencerkan maka tidak memerlukan gula selama proses pengolahannya. Gula berfungsi sebagai bahan untuk memberikan rasa manis pada sari buah. Konsentrasi gula yang terkandung dalam sari buah berkisar antara 12 – 14 %. Penggunaan gula yang tinggi (konsentrasi antara 50 – 65 %) dapat berfungsi sebagai bahan pengawet pada bahan. Namun karena kadar gula sari buah hanya 12 – 14 %, maka gula disini tidak berfungsi sebagai pengawet atau hanya sebagai pemberi rasa manis.
- Pewarna
Untuk meningkatkan daya tarik dari warna sari buah, maka digunakan bahan pewarna. Sebenarnya penggunaan bahan pewarna ini tidak penting, karena sari buah asli sudah memiliki warna yang 36 cukup menarik. Warna yang dapat digunakan untuk sari buah yaitu warna yang sesuai dengan warna asli buahnya. Sedangkan zat warna yang boleh digunakan sebaiknya zat warna makanan dengan konsentrasi yang sesuai dengan yang tertera pada label zat pewarna.
c) Proses Pembuatan Sari buah
Sari buah merupakan hasil pengepresan atau pengambilan filtrat buah (sari buah), berbentuk cair, dengan aroma dan rasa spesifik dari buah-buahan yang digunakan. Pada dasarnya pengolahan sari buah adalah pencucian, filtrasi, pemanasan, penggulaan, dan pengemasan.- Pemilihan bahan dasar
Pemilihan bahan dasar dimaksudkan untuk memisahkan bahan yang sudah rusak dengan bahan yang tidak rusak. Kualitas bahan baku akan berpengaruh terhadap kualitas produk yang dihasilkan. Penggunaan bahan dasar yang tidak memenuhi kriteria yang dipersyaratkan untuk membuat sari buah, bila diolah maka sari buah yang dihasilkan juga akan memiliki kualitas yang kurang baik. Bahan dasar untuk membuat sari buah dipilih buah yang tidak busuk,, sedangkan ukuran besar atau kecil tidak masalah karena akan dihancurkan dan diambil filtratnya. Buah yang sudah busuk biasanya mengandung mikroba, dan memberikan aroma yang kurang segar dengan demikian sari buah yang dibuat dengan bahan dasar demikian akan menghasilkan sari buah berkualitas rendah.
- Pencucian
Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada bagian kulit buah. Kotoran-kotoran tersebut harus dihilangkan karena kotoran juga merupakan salah satu penyebab kerusakan. Kotoran yang sering menempel pada kulit pala seperti tanah, debu, dan benda asing lainnya. Air untuk pencucian sebaiknya menggunakan air bersih, karena penggunaan air yang kotor dapat menimbulkan kontaminasi/ tercemarnya produk yang dihasilkan.
- Filtrasi
Setelah dicuci, buah dipotong-potong, selanjutnya buah diperas dengan tangan atau menggunakan alat pemeras buah. Tujuan filtrasi untuk mendapatkan sari buah/filtrat yang bebas dari biji. Selama filtrasi, sari buah langsung disaring sehingga sari buah tidak tercampur dengan biji maupun butir-butir buah yang tidak terperas.
- Penggulaan
Gula merupakan karbohidrat, yang termasuk kelompok ini yaitu fruktosa, glukosa, laktosa dan sukrosa (sakarosa). Gula memiliki rasa manis, sehingga gula diperlukan dalam jumlah yang cukup banyak dalam proses pembuatan sari buah. Disamping dapat memberikan rasa manis, gula juga mempunyai nilai gizi (sama dengan fungsi karbohidrat), penambah flavor, memperbaiki tekstur buah-buah yang dikalengkan serta berfungsi sebagai bahan pengawet. Gula memiliki sifat fisis dan kimia, yaitu mudah mengalami hidrolisa menjadi senyawa yang lebih sederhana, mudah larut dalam air, larutan jenuhnya mudah mengkristal, peka terhadap panas karena dapat menimbulkan karamelisasi. Untuk sari buah yang tidak ditambahkan gula, biasanya bila membuat sari buah dari buah yang memang sudah manis, seperti jambu, mangga, jeruk, maka tidak perlu ditambahkan gula. Sari buah demikian memiliki kualitas, kandungan vitamin yang lebih baik dibandingkan dengan sari buah yang ditambah gula, karena semua nutrisi yang terkandung masih alami, dan memiliki harga jual yang jauh lebih tinggi.
- Pemanasan
Pada pembuatan sari buah proses pemanasan dilakukan untuk menghindari adanya kontaminasi. Suhu pemanasan yang digunakan antara 65 – 80 0C selama 5 – 10 menit. Proses ini dikenal pula dengan nama pasteurisasi. Setelah diperoleh sari buah (filtrat), maka filtrat dipanaskan. Suhu pemanasan filtrat yang terlalu tinggi dapat menyebabkan rusaknya vitamin yang terdapat pada sari buah. Bila sari buah ditambah gula, maka setelah dilakukan penambahan gula, sari buah harus dipasteurisasi lagi.
0 komentar:
Post a Comment