-->

Teknik konservasi tanah dan air pada metode sipil teknis (Bag 1)

Berbagai teknik konservasi tanah dan air pada metode sipil teknis/mekanik tersebut diatas berfungsi untuk memperlambat aliran air permukaan, menampung dan menyalurkan aliran air permukaan agar tidak merusak, memperbaiki dan memperbesar infiltrasi air dan aerasi tanah serta menyediakan air bagi tanaman.

Teknik konservasi tanah dan air pada metode sipil teknis meliputi:

1) Pengolahan tanah (tillage) 

Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi/ rekayasa terhadap tanah untuk menciptakan keadaan tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman. Pengolahan tanah selain merupakan konservasi tanah ternyata juga mendorong terjadinya erosi karena tanah yang diolah juga mudah tererosi. Tanah yang diolah terkena air hujan dan tererosi maka permukaannya/poripori tanah juga segera tertutup dan akhirnya butiran tanah permukaan juga mudah tererosi. Oleh karena itu cara pengolahan tanah yang dapat menghindari erosi adalah:
a) Pengolahan tanah dilakukan seperlunya
b) Pengolahan tanah menurut garis kontur dan disertai penanaman.
c) Pengolahan tanah disertai dengan pembuatan Biophory

Selanjutnya dibawah ini akan diuraikan masing-masing kegiatan pengolahan tanah sebagai berikut:

  • Pengolahan tanah dilakukan seperlunya 
Permukaan tanah yang diolah secara penuh berarti lebih gembur dimana ikatan antar patikel tanah terputus sehingga akan mudah terlarut bila ada aliran air. Namun demikian daya larut aliran air akan rendah bila pengolahannya tidak sampai gembur/penuh, misalnya sekedar membalikkan tanah atau mencangkul menjadi bongkahan-bongkahan tanpa menggemburkannya.


  • Pengolahan tanah mengikuti garis kontur dan disertai penanaman. 
Pengolahan tanah dengan mencangkul mengikuti arah lereng tentu akan mendorong terjadinya alur-alur air yang menyebabkan erosi. Sangat berbeda kalau pengolahan tanah yang melintang mengikuti kontur karena aliran air permukaan menjadi lambat. Untuk meningkatkan aliran air permukaan maka penanaman tumbuhan (rumput dan atau pohon-pohonan) pada batas garis kontur akan meningkatkan infiltrasi dan memperkuat tanah.

Di Pulau Jawa dan Pulau Bali banyak tanaman padi yang ditanam di daerah pegunungan dengan bentuk teras bangku yang cukup bagus karena dibuat mengikuti kontur. Pengolahan tanah seperti ini cukup baik dalam konteks pencegahan erosi. Tetapi di daerah Puncak Bogor, Dieng dan berbagai daerah lainnya masih terdapat pengolahan tanah yang mengikuti lereng terutama didaerah yang ditanami sayur-sayuran. Cara pengolahan tanah seperti ini sangat merugikan bagi konservasi tanah. Pada saat hujan tiba hujan menghantam permukaan tanah yang gembur maka erosi juga akan terjadi dan aliran air permukaan makin lama makin tinggi. Karena pengolahan tanahnya melintang kontur maka air hujan yang jatuh dapat meluncur sebagai aliran permukaan dengan kecepatan dan jumlah yang makin besar.

  • Pengolahan tanah disertai dengan pembuatan Biophory 
Bila pengolahan tanah dikombinasikan dengan lubang biopori maka konservasi tanah akan berjalan dengan baik, Karena air yang semula sulit terinfiltrasi akan lebih mudah meresap kebawah. Biopori merupakan lubang yang dibuat dengan diameter 10 cm dan dalamnya 100 cm yang ditutupi/diisi sampah organik yang berfungsi untuk menjebak/menangkap/menampung air yang mengalir di sekitarnya sehingga dapat menjadi sumber cadangan air bagi air bawah tanah, tumbuhan di sekitarnya serta dapat juga membantu pelapukan sampah organik menjadi kompos yang bisa dipakai untuk pupuk tumbuh-tumbuhan. Bila dicermati teknik biopori ini mirip dengan lubang lubang sampah/jugangan (bahasa Jawa) yang dibuat orang kampong daerah Yogyakarta atau Jawa Tengah. Jugangan ini sering dibuat untuk wadah sampah yang jatuh dari pohon-pohonan dikebun sekitar rumah. Sering kali masyarakat membuat jugangan pada menjelang musim hujan. Setelah penuh dengan sampah lalu ditutup tanah dan ditanami pohon-pohonan, pisang dan lai-lain pada saat hujan telah tiba.

Tujuan / Fungsi / Manfaat / Peranan Lubang Resapan Biopori / LRB :

  1.  Memaksimalkan air yang meresap ke dalam tanah sehingga menambah air tanah. 
  2.  Membuat kompos alami dari sampah organik daripada dibakar. 
  3.  Mengurangi genangan air yang menimbulkan penyakit. 
  4.  Mengurangi air hujan yang dibuang percuma ke laut. 
  5.  Mengurangi resiko banjir di musim hujan. 
  6.  Maksimalisasi peran dan aktivitas flora dan fauna tanah. 

Mencegah terjadinya erosi tanah dan bencana tanah longsor.

Tempat yang dapat dibuat / dipasang lubang biopori resapan air :

  1. Pada alas saluran air hujan di sekitar rumah, kantor, sekolah, dsb. 
  2. Di sekeliling pohon. 
  3. Pada tanah kosong antar tanaman / batas tanaman. 


Cara Pembuatan Lubang Biopori Resapan Air :


  1. Membuat lubang tanah berbentuk silindris dengan diameter 10 cm dan kedalaman 100 cm atau lebih. Jarak atar antar lubang antara 100 – 200 cm. 
  2. Mulut lubang dapat dikuatkan dengan semen setebal 2 cm dan lebar 3 -5 cm agar pinggiran lubang tidak runtuh serta diberikan pengaman berupa kawat anyaman agar air tetap masuk kelubang tetapi tidak memadat dan menghindari anak kecil atau orang yang terperosok. 
  3. Lubang diisi dengan sampah organik seperti daun, sampah dapur, ranting pohon, sampah makanan dapur non kimia, dsb. Sampah dalam lubang akan menyusut sehingga perlu diisi kembali dan di akhir musim kemarau dapat dikuras sebagai pupuk kompos alami. 
  4. Jumlah lubang biopori yang ada sebaiknya dihitung berdasarkan besar kecil hujan, laju resapan air dan wilayah yang tidak meresap air dengan rumus = intensitas hujan (mm/jam) x luas bidang kedap air (meter persegi) / laju resapan air perlubang (liter / jam). 



Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Our Akuntansi


0 komentar:

Post a Comment