-->

Prinsip-Prinsip Kepemimpinan Pariwisata

Untuk mencapai tujuan usaha pariwisata maka seorang pengelola atau pemimpin haruslah memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

a. Industri Pariwisata adalah Indutsri “Dunia Tanpa Batas” 

Dalam bukunya “The Borderless World” Kenichi manyatakan bahwa para pemimpin pariwisata perlu mempertimbangkan strategi dalam aspek pelanggan, pesaing, perusahaan, negara dan mata uang.Kekuatan pelanggan pariwisata termasuk kelompok saing liberal, artinya sangat bebas untuk berkunjung ke sejumlah tempat wisata atau menolaknya atau membatalkannya.Ohmae menyatakan pula, pelanggan sebagai pihak yang tidak adanya kesetiaan.Bahkan kadang “nasionalisme” ekonomi terabaikan karena mereka bergerak sesuai “nurani hatinya”. Pemimpin pariwisata ke depan ditantang dalam persaingan untuk menarik wisatawan sebanyak mungkin. Hal ini terkait dengan pemanfaatan teknologi termasuk teknologi informasi.Pemimpin pariwisata tidak hanya memainkan variable-variabel biaya pelayanan pariwisata sendirian, tetapi perlu mantra yang dapat membantu melengkapi biaya tetap. Jaringan antara treveling, hotel, dan daya tarik objek wisata harus bekerjasama saling mempromosikan dan tanpa merendahkan pihak lain. Dr. Kenneth Blancard, pernah menulis buku “Leadership by The book” yang mengisahkan tentang tiga karakter orang yang mewakili tiga aspek kepemimpinan yang melayani yaitu hati yang melayani (servant heart), kepala atau pikiran yang melayani (servant head) dan tangan yang melayani (servant hands). Prijisaksono dan sembel (2001) servant heart adalah karakter kepemimpinan yang dimulai dari dalam diri. Inti hati yang melayani adalah karakter dan integritas seorang pemimpin untuk menjadi pemimpin sejati dan diterima
oleh bawahan dan pelanggannya. Tujuan paling utama seorang pemimpin, orentasinya bukan hanya untuk kepentingan diri pribadi atau golongan tetapi justru untuk kepentingan publik atau pelanggan. Selanjutnya seorang pemimpin sejati tidak hanya cukup dengan karakter semata, tetapi harus memiliki serangkaian metode kepemimpinan yang efektif, yaitu menguasai kompetensi manajemen. Danah Zohar, yiatu penulis buku spiritual Intelligence : SQ the Ultimate Intellegence mengatakan bahwa salah satu tolok ukur kecerdasan spiritual adalah kepemimpinan yang melayanani (servant leadership) tentunya dengan ikhlas.

b. Kekuatan Manajemen Pariwisata: Kemitraan 

Kamampuan seorang pemimpin pariwisata, tidak hanya membangun satu hotel yang megah dipantai.Itu semua tidak berarti jika tidak ada pengunjung yang datang. Oleh karena itu pemimpin harusnya mengembangkan selalu cara baru dan berpikir ke depan untuk menyebrangi batasan-batasan wilayah melalui kemitraan, membentuk jaringan dan mengelola kerjasana atau kolaborasi dengan pihak-pihak yang terkait. Ashkenas (2002), bahwa terdapat empat tuntutan peran pemimpin dalam organisasi yang dapat diaplikasikan dalam dunia pariwisata yaitu:
a. Penyampaian informasi atau gagasan ke seluruh bagian organisasi tersebut, sehingga setiap mitra dapat menyusun tujuan yang konsisten dengan tujuan organisasi keseluruhan
b. Pengembangan kompetensi, para pemimpin harus mampu mengembangkan setiap mitra bisnisnya c. Kewenangan; kewenangan dalam dunia pariwisata penuh dengan power sharing antar mitra bisnis. Ciri dari mekanisme kerja power sharing ini adalah keunggulan mutu kerja dan mutu produk sehingga daya tawar dari masing-masing mitra dapat seimbang dan tidak ada pihak yang dirugikan. Kepemimpinan yang berhasil denganprestasi yang luar biasa selalu didukung oleh banyak pihak. Menciptakan kompetisi antar anggota kelompok bukanlah jalan mencapai tujuan, tetapi menciptakan suatu kerjasama itulah yang perlu terus dikembangkan.
d. Penghargaan (rewards) yaitu lebih terbuka. Pekerja dengan hirarki yang paling bawah masih ada peluang untuk memperoleh penghargaan uang dan kekuasaan sesuai dengan nilai kinerjannya masing-masing.

c. Pemimpin Pariwisata: Selalu dalam Posisi Animator 

Schein (2000) mengatakan bahwa ada empat peranan pemimpin organisasii berwawasan global sesuai dengan tahap perkembangan organisasi yaitu :
a. Proses pembentukan, dimana peran pemimpin sebagai animator yang berfungsi mensuplaienergi yang dibutuhkan organisasi. Pemimpin harus mampu menungkapkan visi misi organisasi yang jelas. b. Proses membangun, pemimpin harus sebagai pencipta budaya. Organisasi dalam prosesnya bisa hidup dan survive atau sebaliknya mati. Karenanya perlu dibangun dan cara membangunnya dengan penciptaan budaya organisasi.
c. Proses memelihara, pemimpin harus sebagai penyokong budaya.
Perkembangan dan pertumbuhan organisasi dipahami dan keinginan untuk merubah pandangan sendiri dan mengenali keterbatas diri dan membuka kesempatan berbagai pihak untuk muncul. Jika hal ini tidak muncul maka yang terjadi akan adanya kepemimpinan yang otoriter (memusat).
d. Proses perubahan, pemimpin sebagai agen perubahan.
Pemimpin harus mulai berpikir seperti agen perubahan. Dalam setiap permasalahan yang muncul tidak hanya terlintas tentang bagimana cara memperoleh keterampilan dan konsep baru namun juga bagaimana cara belajar meninggalkan hal-hal yang tidak bernuansa melayani organisasi.
e. Manajemen Pariwisata;
Piramida Terbalik Pemimpin organisasi pariwisata memiliki dua peran oragnisasi yaitu peran pemimpin yang melakukan sesuatu hal yang benar (doing the right thing) dan peran pemimpin sebagai manajer, yang melakukan kebenaran dengan sesuatu hal (doing things right). Ketika sedang membicarakan tentang keefektifan organisasi maka akan didasarkan pada visi dan mengarahkannya. Ketika berkata tentang efisiensi maka akan dibicarakan tentang sistem dan prosedur, bagaimana sesuatu dikerjakan. Pemimpinmasa depan pariwisata, dianalogikan dengan piramida terbalik dimana menempatkan pelanggan berada di atas segala-galanya sedangkan yang berada dibawah adalah manajemen puncak. Dalam piramida terbalik manajemen puncak harus mendengarkan bawahan atau karyawan kebalikan dengan piramida tradisional dimana bawahan atau karyawan lebih banyak diposisi mendengarkan.

d. Tatakelola Organisasi yang Baik (Good Governance) 

Setiap organisasi memiliki visi dan misi dari keberadaannya. Visi dan misi tersebut merupakan penyataan tertulis tentang tujuan-tujuan kegiatan usaha yang akan dilakukannya. Kegiatan yang terencana dan terprogram ini dapat dicapai dengan keberadaan sistem tatakelola organisasi yang baik. Disamping itu perlu terbentuk kerjasama tim yang baik dengan berbagai pihak, teutama seluruh karyawan danmanjemen puncak. Upaya aktual ini juga untuk memberdayakan organisasi, menjadikan tata kelola organisasi lebih sehat, dipercaya investor, mampu bersaing dan bermanfaat bagi semua pihak. Prinsip-prinsip tata kelola organisasi yang diperkenalkan oleh OECD merupakan prinsi-prinsip yang disusun seuniversall mungkin sehingga berlaku untuk semua negara dan organisasi, prinsip-prinsip tersebut antara lain;
1. Kewajaran (fairness) Seluruh pemangku kepentingan harus memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan perakuan yang adil dari suatu organisasi. Prinsip ini melarang praktek-praktek tercela yan dilakukan oleh orang yang merugikan pihak lain. Ketika terjadi hal yang berbenturan kepentingan, maka pihak manajemen harus melakukan keterbukaan.
2. Keterbukaan (transparency) Informasi harus diungkapkan secara tepat waktu dan akurat, antara lain keadaan keuangan, kenerja oranisasi, kepemilikan dan pengelolaan organisasi. Audit yang dilakukan atas informasi dilakukan secara independen.Ketrbukaan dilakukan agar pemegang saham dan pihak terkait mengetahui keadaan organisasi, sehingga nilai saham dapat ditingkatkan.
3. Akuntabilitas (accountability) Prinsip ini memuat kewenangan-kewenangan yang harus dimiliki oleh dewan komisaris dan direksi beserta kewajiban-kewajibannya kepada pemegan saham dan pihak terkait lain. Direksi bertanggungjawab atas keberhasilan pengelolaan organisasi dalam rangkat mencapai tujuan yang telah diteapkan oleh pemegang saham.Komisaris bertanggungjawan atas pengawasan dan wajib memberikan nasihat kepada direksi atas pengelolaan organisasi.Pemagang saham bertanggungjawab atas keberhasilan pembinaan dalam rangka pengelolaan organisasi.
4. Pertanggungjawaban (responsibility) Prinsip ini menuntut pimpinan organisasi melakukan kegiatan secara bertanggung jawab. Pengelola organisasi hendaknya menghindari segala biaya transaksi yang berpotensi merugikan pihak lain dengan ketentuan yang telah disepakati.
5. Kemandirian (indepencency) Prinsip ini menuntut pengelola organisasi agar bertindak secara mendiri sesuai peran dan fungsi yang dimilikinya tanpa ada tekanantekanan dari pihak mana pun yang tidak sesuai dengan SOP. Pengelola organisasi harus tetap memberikan pengakuan terhadap hak-hak pihak terkait sesuai ketentuan yang berlaku.
Bagimana melaksanakan tatakelola organisasi yan baik? Dalam prakteknya prinsip tatakelola organisasi harus dibangun dan dikembangkan secara bertahap. Organisasi harus membangun sistem dan pedoman tatakelola organisasi. Karyawan harus dibekali pemahaman bekal pengetahuan tentang prinsip-prinsip tata kelola organisasi yang baik yang akan dijalankan oleh organisasi.



Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Our Akuntansi


0 komentar:

Post a Comment