-->

Seleksi Calon Induk Krustasea - Udang Galah

3) Udang galah (Macrobrachium rosenbergii)  

Udang galah merupakan udang air tawar yang banyak ditemukan di sungai atau danau yang langsung memiliki akses ke laut. Bentuk dan ukuran kakinya yang bercapit dan panjang seperti galah membuat udang ini disebut dengan udang galah. Namun begitu sebutan udang galah berbeda – beda di setiap daerah, misalnya di Riau dan sebagian Sumatera, udang ini memiliki nama udang galah, di daerah Jawa dan Sunda sering disebut dengan udang satang, dan udang watang di Sumatera. Udang galah termasuk kedalam kelas Crustacea dan famili Palaemonidae dengan marga/genus Macrobrachium dan spesies Macrobrachium rosenbergii. Di Indonesia sendiri terdapat 19 jenis udang air tawar yang termasuk dalam marga macrobrachium dan dikelompokkan sebagai udang galah lokal.

Tubuh udang galah terdiri atas 3 bagian, yaitu kepala dan dada (cephalotorax), badan (abdomen) dan ekor (uropoda). Bagian cephalotorax dibungkus oleh kulit keras yang disebut dengan karapas atau cangkang. Udang galah memiliki rostrum atas sebanyak 12 – 15 dan 10 – 14 pada rostrum bawah. Pada bagian dada udang galah terdapat 5 pasang kaki jalan (periopoda). Badan (abdomen) udang galah terbagi menjadi lima ruas dan di setiap ruasnya terdapat sepasang kaki renang (pleiopoda). Pada ruas terakhir terdapat sebuah ekor berbentuk kipas yang berfungsi sebagai pengayuh


Udang galah dewasa hidup di air tawar seperti sungai, rawa, atau danau yang berhubungan dengan laut. Setelah dewasa dan matang kelamin, mereka mulai bermigrasi ke muara sungai. Selama periode pembiakan ini, betina dewasa akan kawin diikuti dengan prespawning moult. Peneluran atau spawning terjadi 24 jam setelah perkawinan. Telur yang telah dibuahi akan disimpan pada brood chamber dan akan mengalami perkembangan embrionik selama 20 - 25 hari. Betina yang membawa telur akan bergerak ke muara sungai menuju daerah estuaria tempat telur ini menetas menjadi larva yang bersifat planktonik (hidup melayang-layang dalam air). Salinitas di daerah estuaria ini berkisar 20 ppt dan dibutuhkan selama perkembangan larva udang. 

Saat ini, telah dikembangkan udang galah yang diperoleh dari peningkatan genetik, dan dikenal dengan udang galah GIMacro. Udang galah GIMacro ini merupakan udang galah super yang diperoleh dari hasil perkawinan silang berbagai jenis udang galah. GIMacro merupakan singkatan dari Genetic Improvement of Macrobrachium rosenbergii. Sesuai dengan namanya, udang galah GIMacro merupakan udang galah super yang genetiknya telah ditingkatkan melalui berbagai perbaikan.  Apabila ditinjau dari bentuk fisik udang galah lokal dan GIMacro, maka perbandingan secara morfometriknya dapat dilihat pada Tabel 15 berikut ini :  

Keunggulan udang ini dibandingkan dengan udang galah lokal adalah tingkat pertumbuhannya cepat dengan karapas yang cenderung lebih kecil dibandingkan dengan udang galah lokal, sehingga ukuran dagingnya lebih besar.

Beberapa keunggulan udang galah GIMacro dibandingkan dengan udang galah lainnya adalah:
a) Pertumbuhan udang galah GIMacro lebih baik 30% dibandingkan dengan udang galah referensi (petani)
b) Ukuran karapas udang galah GIMacro lebih kecil sehingga porsi dagingnya 13,74% lebih banyak daripada udang galah referensi (petani)
c) Memiliki daya adaptasi yang lebih tinggi, sehingga mampu tumbuh dengan baik di daerah waduk atau danau
Untuk menghasilkan benih yang baik, maka perlu dilakukan seleksi induk untuk memperoleh udang galah yang mempunyai sifat – sifat baik dan diharapkan dapat diturunkan kepada generasi berikutnya. Pengetahuan seleksi calon induk yang akan dijadikan indukan, sebenarnya harus dilandasi dengan pengetahuan genetis. Namun sebagai titik tolak dapat dipakai fenotip (morfologis) dengan harapan sifat tersebut dapat menggambarkan sisi genotip serta mempunyai hereditas yang tinggi.

Selain persyaratan – persyaratan di atas, udang galah yang akan dijadikan calon induk harus memiliki tubuh yang bersih dari kotoran maupun organisme parasit. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pengetahuan mengenai asal – usul induk. Generasi yang paling baik adalah generasi ketiga (F3) yang tidak melakukan incross serta dapat dipakai dalam dua atau tiga kali. Jika indukan diperoleh dari hasil budidaya, maka pengambilan induk dalam satu populasi dalam kolam pembesaran dipilih individu yang memiliki pertumbuhan cepat dan paling besar.




Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Our Akuntansi


0 komentar:

Post a Comment