-->

Kelenteng (Miao) Sebagai Rumah Ibadah Khonghucu BAG 3

 

3.  Para Suci (Shen Ming) dalam Kelenteng 

Banyak orang datang ke Kelenteng dengan beragam motivasi. Ada yang ingin bersembahyang mengucap syukur kehadirat Huang Tian dan kepada para Shen Ming; namun banyak pula yang datang meminta petunjuk kepada para Shen Ming untuk mengatasi permasalahan seperti masalah bisnis, rumah tangga, mengobati penyakit dan bahkan sampai mencari jodoh!

Mengapa mereka (Shen Ming) disembahyangi, dan dipercaya oleh masyarakat? Apakah mereka pada awalnya adalah orang-orang seperti kita? Apakah mereka dipuja dan disembahyangi karena dipercaya mempunyai ‘kekuatan’ sehingga dapat menolong umat manusia? Apakah Shen Ming sama dengan dewa-dewi? Keberadaan Shen Ming dalam agama Khonghucu dapat dilihat dalam Kitab Sishu Wujing, antara lain:

•    Fu Sheng Wang Zhi Ji Si Ye, Fa Shi Yu Min Ze Si Zhi, Yi Si Qin Shi Ze Si Zhi, Yi Lao Ding Guo Ze Si Zhi, Neng Han Da Huan Ze Si Zhi.
“Berdasarkan peraturan para raja suci tentang upacara sembahyang, sembahyang dilakukan kepada orang yang menegakkan hukum bagi rakyat, kepada orang yang gugur menunaikan tugas, kepada orang yang telah berjerih payah membangun kemantapan dan kejayaan negara, kepada orang yang dengan gagah berhasil menghadapi serta mengatasi bencana besar dan kepada yang mampu mencegah terjadinya kejahatan/ penyesalan besar.” (Liji, Jifa XX: 9)

•    Kong Zi Yue, Jun Zi You San Wei, Wei Tian Ming, Wei Da Ren, Wei Sheng Ren Zhi Yan. Nabi Kongzi bersabda,
“Seorang  memuliakan tiga hal, memuliakan Firman Tian, memuliakan orang-orang besar dan memuliakan sabda para Nabi.”(Lunyu. XVI: 8)

Jadi Shen Ming  adalah roh (Shen) manusia yang pada masa hidupnya banyak berjasa bagi masyarakat, mereka memiliki pribadi yang baik, rela berkorban demi keadilan dan kebenaran. Shen berarti roh yang tidak nampak. Sementara Shen Ming berarti roh yang sudah nampak dalam wujud/bentuk patung yang selanjutnya di kenal dengan sebutan Jin Shen.
Shen Ming bukan lah dewa dewi, karena dewa dalam huruf cina (Zhongwen) tertulis Xian. Berdasarkan karakter huruf, Xian (仙)  terdiri dari radikal huruf Ren (人) artinya manusia, dan Shan (山) artinya gunung. Jadi Xian atau Dewa itu adalah orang yang bertapa di gununggunung dan memiliki kesaktian/kekuatan-kekuatan gaib. Sedangkan Shen bukanlah orang-orang yang  pada saat hidupnya sengaja bertapa di gunung-gunung untuk memiliki kesaktian, tetapi menjalankan kebajikan dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat sesuai dengan yang diajarkan oleh agama sehingga dihormati dan diteladani oleh masyarakat luas. Nabi Kongzi bersabda, “Kita adalah manusia, tidak dapat hidup bersama burung-burung dan hewan. Bukankah aku ini manusia? Kepada siapa aku harus berkumpul? Kalau dunia dalam Jalan Suci, Qiu tidak usah berusaha memperbaikinya.” (Lunyu. XVIII: 6/4)

Lebih lanjut Nabi Kongzi menegaskan,  “Menuntut ilmu gaib dan melakukan perbuatan mujizat agar termasyhur pada zaman mendatang, aku takkan melakukannya.”  (Zhongyong. X: 1) Nabi Kongzi juga menegaskan (tercatat dalam Lunyu bab VII pasal 21) bahwa Beliau tidak membicarakan tentang kekuatan mujizat dan roh-roh tidak keruan. Dalam perkembangan perkembangan selanjutnya (di Indonesia khususnya), istilah Shen (Roh) seringkali bergeser menjadi Xian (Dewa). Di berbagai daerah di  Indonesia akhirnya Shen Ming yang terdapat dalam Kelenteng mendapat sebutan yang berbeda-beda seperti, Pek Kong, Kongco, Makco (dialek hok-kian), dewa-dewi dan sebagainya. Dalam kitab suci agama Khonghucu Sishu Wujing tidak dikenal istilah Dewa, yang ada Guishen dan Shen Ming. Agama Khonghucu adalah agama yang monotheis, bukan polytheis.

Nabi Kongzi juga menjadikan para malaikat menjadi Shen Ming, antara  lain:
•    Xiantian Shangdi (Hiantian Siangtee),
•    Fude Zhengshen (Hoktik Cengsin),
•    Zaojungong (Caokunkong).

Pada zaman kemudian rakyat mengangkat Shen Ming-Shen Ming baru seperti:
•    Guanyu (Kwankong).
•    Tianshang Shenmu (Tianshang Singboo),
•    Yuefei (Gakhui) dan sebagainya.

Masyarakat yang bersembahyang di Kelenteng dapat belajar dari para Shen Ming yang dihormatinya melalui riwayat hidupnya dan perilaku mereka semasa hidup. Malaikat bumi atau Fude Zhengshen diangkat menjadi Shen Ming di Kelenteng supaya masyarakat menjaga kelestarian lingkungan. Perlu di ketahui bahwa pada zaman dahulu Malaikat bumi itu telah dihormati dengan melakukan upacara sembahyang di tempat terbuka seperti di gunung dan di ladang. Nabi Kongzi menempatkan malaikat sebagai Shen Ming di Kelenteng agar masyarakat berkumpul di Kelenteng dan beraktivitas dengan rukun dan damai. Sebaris kalimat ini adalah tulisan asli Nabi Kongzi dalam Kitab Yijing bagian Xichi Shangchuan atau Babaran Agung bagian pertama, bunyinya:

系辞上传,默而成之,不言而信,存乎德行,神而明之,存乎其人。 
xi chi shang chuan, me er cheng zhi, bu yan er xin, cun hu de xing, Shen er ming zhi, cun hu qi ren “Diam dalam keberhasilan, tidak berbicara tetapi dipercaya, keberadaannya membuat orang berperilaku bajik, itulah para Shen Ming, keberadaannya sebagai kreasi  luar biasa manusia.” 

Inilah harapan Nabi Kongzi memperluas fungsi Kelenteng sebagai tempat ibadah dan tempat masyarakat membina diri.



Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Our Akuntansi


0 komentar:

Post a Comment