-->

Kehendak Bebas

 Tian Yang Maha Esa. Menganugerahkan manusia Watak Sejati (xing) yang di dalamnya terkandung benih-benih kabajikan sebagai kemampuan luhur untuk berbuat bajik (sesuai dengan kehendak-Nya), kemampuan untuk melaksanakan kebajikan ini menjadi kodrat suci manusia. Zhongyong Bab Utama Pasal I menyebutkan: “Firman Tian itulah dinamai Watak Sejati. Berbuat mengikuti watak sejati itulah dinamai menempuh Jalan Suci. Bimbingan menempuh Jalan Suci itulah dinamai agama.”


Namun dinyatakan (tertulis di dalam Kong-gao): ”Firman itu sesungguhnya tidak berlaku selamanya. Maka dikatakan, ‘yang berbuat baik akan mendapatkan dan yang berbuat tidak baik akan kehilangan.” (Daxue. X:11) Manusia memiliki kemampuan sekaligus kebebasan  untuk memilih. Maka pada dasarnya kita adalah hasil dari pilihan-pilihan kita, meskipun gen, pola pengasuhan, pendidikan, dan lingkungan mempengaruhi, tetapi tidak menentukan siapa diri kita. Kemampuan untuk memilih ini berarti bahwa kita bukan sekedar produk dari masa lalu kita atau dari gen orang tua kita, bukan juga produk dari perlakuan orang lain terhadap kita. Manusia sering kali mempermasalahkan masa lampau untuk membenarkan situasi  dan masalah yang ia hadapi sekarang. Maka, menjadi penting untuk selalu menyadari bahwa masalah yang kita hadapi adalah tanggung jawab kita. Kita tidak lagi menyalahkan orang tua, lingkungan dan Negara. Kita menyadari bahwa kita adalah  pemegang kendali atas nasib kita sendiri. Kita menentukan diri kita sendiri melalui pilihan-pilihan kita. Secara sadar atau tidak, kita telah membiarkan masa kini kita ditentukan oleh pilihan-pilihan di masa yang lalu. Bila masa kini kita ditentukan oleh pilihan-pilihan kita di masa lampau, maka kita bisa mengarahkan masa depan kita melalui pilihan-pilihan kita yang sekarang. Jangan biarkan masa lalu kita  terus menentukan masa depan kita. Tentu saja ada halhal yang terjadi pada kita (gen/struktur genetik)  yang terhadapnya kita  tidak punya  pilihan. Kendati demikian, kita tetap memiliki kemampuan untuk memilih cara bagaimana kita menanggapinya. Bahkan orang yang memiliki kecenderungan genetik untuk penyakit tertentu, tidak pasti bahwa ia akan menderita penyakit tersebut. Dengan memanfaatkan kesadaran diri dan kekuatan kehendak untuk memilih program olahraga atau program dan pola-pola tertentu, memungkinkan ia dapat terhindar dari penyakit yang mungkin telah menewaskan nenek moyangnya.

Namun sayangnya, sering kali manusia hidup mengikuti alibialibinya, dan kemudian ia benar-benar menyakini alibi-alibinya itu. Bahwa ia tidak akan menjadi lebih baik dan berprestasi karena berbagai alasan yang dibentuknya sendiri. 

Manusia harus terus mengembangkan kekuatan dan kebebasan untuk memilih agar dapat menjadi pribadi transisi, yaitu menjadi pribadi yang mampu menghentikan kecenderungan yang tidak pantas/ tidak baik untuk diwariskan ke generasi berikutnya, atau menghentikan semua kecenderungan yang tidak baik agar tidak terus mempengaruhi kehidupan kita yang pada gilirannya akan mempengaruhi masa depan kita. Seburuk apapun kondisi yang ada dan terjadi pada kita, yang terpenting adalah bahwa kita tidak boleh membiarkan apa adanya, tetapi kita memiliki tanggung jawab untuk mengubahnya. Nabi Kongzi mengingatkan dalam sabdanya “Sesungguhnya untuk memperoleh kegemilangan itu hanya tergantung pada usaha orang itu sendiri.” (Daxue. Bab I: 4)



Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Our Akuntansi


0 komentar:

Post a Comment