-->

ASPEK SOSIAL EKONOMI AGROFORESTRI bag 3

3) Keuntungan (Profitability)

Apakah penerapan agroforestri lebih menguntungkan dibandingkan sistem penggunaan lahan yang lain? Sebelum menjawab pertanyaan ini, perlu diingat bahwa sistem produksi agroforestri memiliki suatu kekhasan, di antaranya:
  • Menghasilkan lebih dari satu macam produk. 
  • Pada lahan yang sama ditanam paling sedikit satu jenis. tanaman semusim dan satu jenis tanaman tahunan/pohon
  • Produk-produk  yang dihasilkan dapat bersifat terukur. (tangible) dan tak terukur (intangible). 
  • Terdapat kesenjangan waktu (time lag) antara waktu penanaman dan pemanenan produk tanaman tahunan/pohon yang cukup lama.

Analisis ekonomi terhadap suatu sistem agroforestri harus memperhatikan ciri- ciri sistem agroforestri tersebut di atas.

a) Konsep ekonomi 

Sistem agroforestri dapat dikatakan menguntungkan apabila               
1) dapat menghasilkan tingkat output yang lebih banyak dengan menggunakan jumlah input yang sama, atau
2) membutuhkan jumlah input yang lebih rendah untuk menghasilkan tingkat output yang sama.  Kondisi ini dicapai apabila ada interaksi antar komponen yang saling menguntungkan baik dari segi biofisik, maupun ekonomi.  Interaksi biofisik sebenarnya mencerminkan interaksi ekonomi, apabila output fisik per satuan lahan diubah menjadi nilai uang per satuan biaya faktor produksi.  Seperti juga dalam interaksi biofisik, interaksi ekonomi antar komponen dalam sistem agroforestri dapat bersifat menguntungkan, netral, maupun kompetitif.  Dasar penerapan agroforestri adalah interaksi biofisik yang positif, yang akan menghasilkan interaksi ekonomi yang positif pula.
Kenaikan output pada tingkat sumber daya yang sama, dapat disebabkan oleh kenaikan jumlah output fisik atau kenaikan harga per satuan output.  Yang pertama mungkin disebabkan interaksi biofisik yang positif, yang kedua dapat disebabkan kualitas produk atau waktu panen yang tepat.  Demikian juga penurunan biaya input dapat disebabkan oleh penurunan jumlah output yang dibutuhkan, atau penurunan harga per satuan input.  Pada umumnya, interaksi biofisik yang positif akan menghasilkan penurunan biaya input, misalnya dari segi tenaga kerja dan penggunaan sumber daya yang lain.  Adanya naungan pohon dapat menekan pertumbuhan gulma, sehingga kebutuhan tenaga kerja berkurang.  Dengan adanya berbagai komponen dengan waktu panen yang berbeda, distribusi tenaga kerja menjadi merata.  Contoh yang lain, di Costa Rica kopi yang ditanam di bawah naungan Cordia alliodora mengalami panen raya 2,5 minggu lebih lambat dibandingkan dengan yang tanpa naungan (Hoekstra, 1990).  Hal ini membuat petani memiliki posisi tawar yang relatif tinggi, karena terhindar dari surplus produksi pada saat yang bersamaan.

b) Kurva kemungkinan produksi 

Analisis ekonomi terhadap suatu sistem agroforestri harus memperhatikan ciri- ciri sistem agroforestri.  Hal itu dapat dijelaskan dengan penggunaan kurva kemungkinan produksi bagi kombinasi produksi tanaman setahun dan tanaman tahunan/pohon.

Pada kondisi nyata di lapangan, produksi dari suatu sistem agroforestri membutuhkan jangka waktu lama untuk dapat menghasilkan produk dari spesies tanaman tahunan. Selain itu manfaat keberadaan sistem agroforestri terhadap lingkungan tidak bisa dilihat dalam waktu pendek. Oleh karena itu analisis jangka panjang dianggap lebih tepat untuk melihat keseluruhan keuntungan yang dapat diberikan oleh suatu sistem agroforestri.  Hal tersebut dapat dijelaskan melalui kurva kemungkinan produksi jangka panjang yang berbentuk tiga dimensi 

Hasil-hasil penelitian memperlihatkan bahwa sistem pertanaman monokultur tanaman semusim/pangan dalam jangka panjang menyebabkan terjadinya penurunan kesuburan lahan yang akhirnya mengakibatkan penurunan produksi tanaman dari tahun ke tahun. Pada Gambar 27 hal itu diperlihatkan apabila produksi tanaman semusim secara monokultur pada saat ini adalah C maka pada jangka panjang tingkat produksi tanaman semusim akan menurun menjadi C'. Oleh karena itu pertanian monokultur umumnya membutuhkan penambahan pupuk buatan maupun pupuk organik yang jumlahnya semakin meningkat setiap tahun. Apabila kebutuhan pangan keluarga itu sebesar S, yang berjumlah tetap dalam jangka panjang (S'), maka kemungkinan kebutuhan subsisten tersebut tidak akan bisa dipenuhi (S' > C'). Sedangkan penanaman tanaman tahunan/pohon jenis-jenis tertentu mampu menjaga kesuburan lahan atau bahkan meningkatkan kesuburan lahan, melalui kemampuan pohon untuk melakukan daur ulang unsur hara.
Pencampuran tanaman semusim/pangan dan pohon dalam jangka panjang akan menjaga penurunan kesuburan lahan dan produksi tanaman pangan. Apabila pada saat ini kita menanam tanaman tahunan sebesar a yang dalam jangka panjang akan menjadi a'. Tanaman tahunan/pohon diharapkan mampu mempertahankan kesuburan lahan, sehingga tidak terjadi penurunan produksi tanaman pangan secara drastis pada masa yang akan datang.  Apabila hal ini terpenuhi, paling tidak kebutuhan subsisten keluarga akan masih terpenuhi dalam jangka panjang (a").

c) Bagaimana cara melakukan analisis ekonomi terhadap sistem agroforestri?

Pada dasarnya, setiap sistem (potensial atau yang sekarang ada) harus dievaluasi dari perspektif petani atau masyarakat itu sendiri, dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan di bawah ini:
  • Apakah sistem produksi tersebut sudah memanfaatkan sumber daya yang tersedia dengan baik? 
  • Apakah sistem tersebut tersebut secara teknis dapat dilaksanakan, pada tingkat sumber daya tenaga kerja tertentu (jumlah, distribusi musiman, ketrampilan manajemen)? 
  • Apakah sistem tersebut secara ekonomi dapat dilaksanakan, pada tingkat sumber daya kapital tertentu (baik yang dimiliki atau yang dapat dipinjam)? 
  • Adakah risiko kalau melaksanakan sistem atau teknologi yang diperkenalkan?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, prinsip dasar ekonomi harus diterapkan:
  • Tingkat input dapat ditingkatkan, selama biaya marjinal tidak melebihi keuntungan marjinal 
  • Input untuk menghasilkan suatu output tertentu (misalnya kayu) dapat digeser untuk output yang lain (misalnya tanaman pangan), selama keuntungan total dari berbagai kombinasi tersebut tidak berkurang. 
  • Suatu output mungkin dapat digeser menjadi output yang lain, untuk mempertahankan biaya produksi pada tingkat yang sama, selama keuntungan total tidak berkurang.

Evaluasi 'dengan' atau 'tanpa' agroforestri

Pendekatan dengan membandingkan antara sistem ‘dengan’ dan ‘tanpa’ agroforestri dianggap sesuai untuk evaluasi ekonomi dari suatu sistem agroforestri, karena antara lain:
  • Tidak seperti sistem produksi yang lain, agroforestri bertujuan untuk kesinambungan produksi.  Oleh karena itu, salah satu keuntungan yang diperoleh adalah mencegah terjadinya penurunan output dari sistem produksi masa kini. 
  • Salah satu karakteristik agroforestri adalah terjadinya penundaan memperoleh sebagian keuntungan, sedangkan biaya produksi harus dikeluarkan pada awal pelaksanaan.  Oleh karena itu, analisis jangka pendek menghasilkan taksiran keuntungan yang lebih rendah dari sesungguhnya, dan hasilnya seolah-olah tidak ekonomis.

Discount rate 

Tidak semua biaya dan keuntungan dari agroforestri didapatkan pada saat yang sama, tetapi tersebar selama dilaksanakannya agroforestri.  Biaya dan keuntungan tersebut dapat dengan mudah dibandingkan, kalau terdapat pada saat yang sama.  Kenyataannya, biaya dan keuntungan dalam agroforestri tidak datang bersamaan, sehingga tidak dapat dibandingkan secara langsung. Dengan mengaplikasikan discount rate, kedua hal tersebut dapat dibandingkan.

Dalam perhitungan, besaran discount rate ini sebenarnya sama dengan suku bunga.  Misalnya, pada suku bunga 10% per tahun, maka uang Rp 100.000 sekarang akan menjadi Rp. 161.000 pada 5 tahun mendatang.  Pada discount rate 10%, uang Rp. 161.000 yang diterima 5 tahun mendatang nilainya
sekarang adalah Rp. 100.000.  Semakin rendah discount rate, semakin menarik.  

d) Indikator finansial 

Sistem agroforestri menghasilkan bermacam-macam produk yang jangka waktu pemanenannya berbeda, di mana paling sedikit satu jenis produknya membutuhkan waktu pertumbuhan yang lebih dari satu tahun. Untuk melihat sejauh mana suatu usaha agroforestri memberikan keuntungan, maka analisis yang paling sesuai untuk dipakai adalah analisis proyek yang berbasis finansial.
Analisis finansial pada dasarnya dilakukan untuk mengetahui seberapa besar manfaat yang diperoleh, biaya yang dikeluarkan, berapa keuntungannya, kapan pengembalian investasi terjadi dan pada tingkat suku bunga berapa investasi itu memberikan manfaat.  Melalui cara berpikir seperti itu maka harus ada ukuran-ukuran terhadap kinerjanya.

Ukuran-ukuran yang digunakan umumnya adalah :
  • Net Present Value (NPV) atau Nilai Kiwari Bersih, 
  • Benefit Cost Ratio (BCR) atau Rasio Keuntungan Biaya dan 
  • Internal Rate of Return (IRR). 
Berdasarkan data-data pendapatan (penerimaan), pengeluaran (biaya) dan keuntungan bersih maka dapat dilakukan perhitungan-perhitungan NPV dan BCR untuk digunakan sebagai alat pengambilan keputusan dalam menanamkan investasi. Ukuran-ukuran seperti itu diperlukan untuk mengetahui prospek usaha suatu sistem agroforestri secara finansial serta untuk membandingkan antara usaha tani dengan pola agroforestri dengan usaha tani yang memiliki pola lain misalnya yang memiliki pola monokultur.

Analisis finansial ditelaah melalui  perhitungan dan kriteria investasi yang meliputi:
  • Net Present Value (NPV), 
Net Present Value (NPV), yaitu nilai saat ini yang mencerminkan nilai keuntungan yang diperoleh selama jangka waktu pengusahaan dengan memperhitungkan nilai waktu dari uang atau time value of money. Karena jangka waktu kegiatan suatu usaha agroforestri cukup panjang, maka tidak seluruh biaya bisa dikeluarkan pada saat yang sama, demikian pula hasil yang diperoleh dari suatu usaha agroforestri dapat berbeda waktunya.  Untuk mengetahui nilai uang di masa yang akan datang dihitung pada saat ini, maka baik biaya maupun pendapatan agroforestri di masa yang akan datang harus dikalikan dengan faktor diskonto yang besarnya tergantung kepada tingkat suku bunga bank yang berlaku di pasaran.
Suatu usaha termasuk usaha agroforestri akan dikatakan menguntungkan dan sebagai implikasinya akan diadopsi oleh masyarakat atau dapat berkembang, apabila memiliki nilai NPV yang positif.  Besaran NPV yang negatif menunjukkan kerugian dari usaha yang dilakukan sehingga tidak layak untuk diusahakan.  Makin besar angka NPV maka makin baik ukuran kelayakan usaha.  Walaupun demikian untuk lebih jelas melihat tingkat keuntungan dan kerugian suatu usaha maka perlu dilihat tingkat Keuntungan Biaya (Benefit Cost Ratio) dari usaha tersebut.
Benefit Cost Ratio (BCR) yaitu perbandingan antara pendapatan dan pengeluaran selama jangka waktu pengusahaan (dengan memperhitungkan nilai waktu dari uang atau time value of money).
  • Internal Rate of Returns (IRR) 
Internal Rate of Returns (IRR)  menunjukkan tingkat suku bunga maksimum yang dapat dibayar oleh suatu proyek/usaha atau dengan kata lain merupakan kemampuan memperoleh pendapatan dari uang yang diinvestasikan.  Dalam perhitungan, IRR adalah tingkat suku bunga apabila BCR yang terdiskonto sama dengan nol.  Usaha agroforestri akan dikatakan layak apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku di pasar pada saat tersebut.
Contoh hasil perhitungan NPV dan BCR dari beberapa sistem agroforestri diberikan dalam Gambar 29.  Tampak bahwa repong damar mempunyai nilai NPV dan BCR yang sangat tinggi, dibandingkan dengan contoh sistem agroforestri yang lain.

e) Sensitivitas dan Resiliensi 

Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kepekaan sebuah kegiatan (proyek) terhadap adanya perubahan-perubahan.  Perubahan yang dimaksud baik berupa perubahan nilai input maupun nilai output serta perubahan tingkat suku bunga.  Analisis tersebut, bukan saja dapat dipakai untuk mengetahui kepekaan proyek yang bersangkutan, tetapi juga dapat digunakan untuk membandingkan antar alternatif proyek.

Analisis komparatif ditujukan untuk menentukan pilihan berdasarkan :
  • Nilai finansial terbesar. 
  • Risiko dari implikasi kebijakan baik yang bersifat insentif maupun disinsentif terhadap sumber daya alam dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Analisis komparatif yang dimaksud di sini adalah perbandingan antara penggunaan lahan untuk agroforestri dengan penggunaan lahan non agroforestri melalui  besaran NPV dan BCR.

f) Kontribusi pendapatan rumah tangga dan perekonomian wilayah 

Agroforestri sebagai suatu sistem produksi tentunya memberikan pendapatan terhadap pengelolanya baik langsung maupun tidak langsung.  Analisis ekonomi yang banyak dilakukan di Indonesia adalah melihat seberapa besar suatu sistem agroforestri memberikan kontribusi terhadap pendapatan total keluarga dan juga bagaimana kontribusi hasil dari suatu sistem agroforestri terhadap perekonomian daerah setempat.



Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Our Akuntansi


0 komentar:

Post a Comment