-->

PERSPEKTIF EKONOMI DALAM WANATANI BAG 4


c. Menilai  Keberadaan  Wanatani  Dan Mengukur Efisiensi

Salah satu cara untuk menilai keberadaan wanatani adalah mengevaluasi produktivitas wanatani, baik secara finansial maupun secara ekonomi. Produktivitas  di  sini  diartikan  sebagai  kemampuan  untuk  berproduksi  yang secara finansial dan ekonomi diukur dari seberapa besar wanatani mampu memberikan keuntungan berupa pendapatan bersih atau sering disebut dengan profitabilitas. Pertanyaan pertama yang harus dikemukakan adalah siapa yang berkepentingan terhadap wanatani dan apa kepentingannya. Jawaban terhadap pertanyaan tersebut akan menentukan ukuran efisiensi yang mana yang akan digunakan.

Seperti halnya kegiatan pertanian, keberadaan wanatani tidak hanya menjadi kepentingan petani saja. Akan tetapi juga merupakan kepentingan pemerintah (pengambil keputusan). Para pengmbil keputusan berkentingan terhadap produktivitas penggunaan lahan, kelestarian lingkungan, tersedianya lapangan pekerjaan di pedesaan, kecukupan pangan bagi masyarakat. Kepentingan petani dalam  membudidayakan  wanatani  terutama  terletak  harapan  untuk mendapatkan penerimaan dari hasil wanatani. Kedua kepentingan tersebut akan menentukan parameter produktivitas yang mana yang akan dipakai.

1) Parameter 

Terdapat sejumlah cara dan pengukuran profitabilitas yang lazim dipakai. Analisa Manfaat-Biaya atau Benefit-Cost Analysis menghasilkan dua parameter: Benefit-Cost Ratio (BCR) dan Internal Rate of Return  (IRR). BCR merupakan perbandingan antara nilai manfaat dan nilai biaya dari satu investasi pada tingkat bunga yang telah ditentukan. Nilai BCR lebih besar dari satu menunjukkan bahwa investasi cukup menguntungkan. Sedangkan IRR membandingkan  manfaat  dan  biaya  yang  ditunjukkan  dalam persentasi. Dalam hal ini nilai IRR merupakan tingkat bunga di mana nilai manfaat sama dengan nilai  biaya.  IRR  merupakan  parameter  yang  menunjukkan  sejauh mana satu investasi mampu memberikan keuntungan. Nilai IRR yang lebih besar dari tingkat bunga umum memberikan petunjuk bahwa investasi tersebut cukup menguntungkan. Analisis yang lebih sering digunakan untuk mengukur profitabilitas satu investasi jangka panjang dalam kegiatan pertanian adalah Net Precent Value, yaitu selisih antara nilai manfaat dan nilai biaya selama kurun waktu tertentu pada tingkat bunga yang ditentukan. Nilai positif NPV dari satu sistem kegiatan investasi (dalam hal ini wanatani) menunjukan bahwa wanatani tersebut cukup menguntungkan.

Mengingat bahwa para petani wanatani kebanyakan mengelola sendiri wanataninya, maka profitabilitas yang diukur dengan NPV diturunkan menjadi penerimaan bersih per hari kerja yang dalam halini disebut dengan return to labor. Return to labor dihitung dengan cara mengubah tingkat upah dalam perhitungan NPV sehingga menghasilkan NPV = 0. Perhitungan ini mengubah ‘surplus’ yang ada menjadi upah setelah memasukkan biaya input dan modal dalam discounted cash flow. Return to labor yang lebih besar dari tingkat upah umum memberikan indikasi bahwa kegiatan itu memberikan keuntungan bagi petani.

NPV yang dihitung dengan harga finansial (analisis finansial), yaitu perhitungan dengan nilai pasar yang mencerminkan penerimaan dan pengeluaran nyata petani, menghasilkan parameter profitabilitas untuk kepentingan petani. Dalam hal ini akan memberikan estimasi besarnya keuntungan petani dari sistem wanatani yang dianalisis. Atau dengan perkataan  lain  penerimaan  nyata  petani.  Sehingga  return  to  labor  yang dihitung dengan nilai finansial, merupakan indikator profitabiltas bagi petani yang merupakan insentif untuk berproduksi. Sedangkan perhitungan NPV dengan menggunakan harga-harga ekonomi (analisis ekonomi), yaitu harga barang dan jasa yang mencerminkan nilai tertinggi, menghasilkan parameter profitabilitas untuk kepentingan para pengambil keputusan atan masyarakat yang lebih luas. Mengingat bahwa produktivitas  lahan  merupakan  kepentingan  para  pengambil  keputusan, maka NPV yang dihitung dengan nilai ekonomi, merupakan indikator profitabilitas yang lebih baik. Karena memasukkan semua komponen lingkungan di dalamnya.

2) Pengukuran manfaat dan biaya

Persoalan lain yang perlu mendapat perhatian dalam analisis finansial dan ekonomi terhadap kegiatan wanatani adalah menyangkut : 
a) komponen apa saja  yang  harus  masuk  ke  dalam  perhitungan  dan  
b) bagaimana  kita mengukur atau memberi nilai untuk masingmasing komponen.

Tabel 4 memberikan gambaran secara garis besar mengenai kedua hal tersebut.

3) Pengukuran kendala 

Paling tidak terdapat dua kendala yang selalu dihadapi petani dalam membudidayakan wanatani, sepertihalnya dalam budidaya pertanian, yaitu ketersediaan tenaga kerja dan ketersediaan uang kas sebagai modal usaha.

Pemahaman terhadap kendala yang menyangkut tenaga kerja dapat didekati dengan   menghitung   kebutuhan   tenaga   kerja   untuk   membudidayakan wanatani yang mencakup: jumlah kebutuhan tenaga kerja untuk membangun (dalam HOK/hektar, dihitung dengan cara menjumlah semua tenaga kerja yang dialokasikan sampai saat terjadinya cash-flow positif), kebutuhan tenaga kerja untuk pemeliharaan (HOK/ha/tahun, yaitu rata-rata curahan tenaga kerja per hectare per tahun setelah tercapainya (positive cash flow) dan tenaga kerja total (rata-rata HOK/ha/tahun). Kebutuhan tenaga kerja untuk membangun. Angka-angka tersebut kemudian dibandingkan dengan angka ketersediaan tenaga kerja daerah setempat. Bagi para pengambil keputusan, angka-angka tersebut merupakan informasi tentang berapa besar tenaga kerja yang mampu diserap oleh satu sistem produksi tertentu (dalam hal ini wanatani).

Sedangkan  untuk  mengetahui  kendala  aliran  uang  kas,  pendekatan  yang dapat dilakukan adalah dengan cara menghitung biaya pembangunan satu sistem wanatani; yaitu semua biaya yang harus dikeluarkan sampai terjadinya positive cash flow. Informasi ini menjadi penting jika dikaitkan dengan rencana untuk memperluas sistem wanatani atau memperbaiki sistem wanatani.

4) Masihkah Ada Yang  Lain? 

Apa yang dikemukakan di atas merupakan sebagian kecil dari dari salah satu sisi wanatani yang perlu mendapatkan perhatian. Masih banyak pertanyaan yang belum terjawabkan. Misalnya, apakah sudah bisa menjadi jaminan bahwa wanatani yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi, benar-benar memberikan kesejahteraan bagi petani pemiliknya? Upaya untuk mengubah nilai lingkungan menjadi benar-benar mempunyai nilai pasar nampaknya masih diperlukan kerja keras untuk mencapainya.

Pemasaran adalah salah satu komponen penting dalam domestikasi pohon. Perbaikan produktivitas sistem wanatani dapat membantu petani memperbaiki kehidupan mereka dari tingkat subsisten. Bagaimanapun juga, untuk meningkatkan status penghidupan dan ekonomi petani, produk-produk tersebut harus dijual. Pemasaran pada tingkat petani kurang mendapat perhatian pada masa lalu dan tidak dipahami. Dengan memahami hubungan dan interaksi pasar, akan memungkinkan untuk memperbaiki penghidupan petani kecil dengan mengarahkan  produksi  wanatani  mereka  untuk  memenuhi  peluang  pasar. Diskusi sebelumnya menunjukkan bahwa ICRAF/Winrock dan lembaga anggota Konsorsium Pengembangan Masyarakat Nusa Tenggara (KPMNT) setuju dengan pemikiran tersebut. Setiap lembaga telah memprakarsai kegiatan yang berkaitan dengan pemasaran dan mengidentifikasi pemasaran sebagai suatu prioritas. Tujuan pembahasan ini adalah untuk meninjau pemasaran pada tingkat petani dan  memberikan  ringkasan  kegiatan  yang  baru  dilaksanakan  oleh ICRAF/Winrock di Propinsi Lampung.

Adalah tepat untuk memulai pembahasan dengan memberikan definisi “pasar” dan melihat komponen dan interaksinya. Pasar dapat didefinisikan sebagai: Keseluruhan permintaan dari suatu produk di suatu tempat dan waktu yang ditentukan, dalam kondisi yang spesifik.  Jelaslah bahwa: pasar suatu produk tidak sama dengan pasar produk lain; pasar pada suatu tempat tidak sama dengan di tempat lain; pasar pada waktu tertentu tidak  sama  dengan  pasar  pada  kurun  waktu  yang  lain.  Pasar  buah-buahan berbeda dengan pasar kayu-kayuan; pasar mangga berbeda dengan pasar jeruk; pasar  kayu  cepat  tumbuh  (sengon)  berbeda  dengan  dari  pasar  kayu  kualitas prima (jati); pasar lokal berbeda dengan pasar nasional. Selain itu, pasar adalah dinamis.  Kondisi  dan  interaksinya  selalu  berubah.  Pasar  sekarang,  sekalipun untuk produk yang sama, mungkin saja sangat berbeda dengan pasar tahun sebelumnya. Oleh sebab itu, penting untuk memelihara hubungan pasar dan memperbaharui  informasi  pasar  secara  berkesinambungan.  Waktu  dan  usaha yang diperlukan untuk menjalin dan memelihara hubungan dengan pasar akan berharga untuk pengidentifikasian peluang untuk menjual berbagai produk pada tempat dan waktu berbeda.

Untuk menjual produk di pasar, seseorang harus masuk ke saluran pemasaran. Untuk meningkatkan keuntungan yang diterima dari penjualan produk, penjual harus memahami saluran pemasaran dan interaksinya.  Saluran pemasaran adalah: Suatu jalur atau hubungan yang dilewati oleh arus barang-barang, aktivitas dan informasi dari produsen sampai kepada konsumen.

Saluran pemasaran terdiri dari empat komponen utama: produk, pelaku, aktivitas dan input. Untuk tujuan pembahasan kita, produk adalah semua yang dihasilkan dari usaha tani: buah, sayuran, obatobatan, makan ternak, kayu dan lain sebagainya. Setiap produk dapat memiliki lebih dari satu bentuk. Sebagai contoh, buah dan sayuran dapat dijual mentah atau matang, kering atau sebagai sari buah; kayu dapat juga dijual sebagai kayu bulat, kayu bakar, kayu olahan atau produk   jadi   (mebel   sebagai   contoh).   Banyak   pelaku   yang   terlibat   dalam penyaluran produk sepanjang saluran pemasaran. Mereka adalah: petani- produsen, pengumpul, pedagang lokal, pedagang daerah, produsen bahan mentah, produsen bahan baku, produsen barang jadi, pedagang besar, agen pemasaran dan konsumen. Kegiatan yang yang dilaksanakan oleh pelaku tersebut meliputi: produksi, pengumpulan, transportasi, pemilahan, penggolongan, pengolahan, pengolahan di pabrik, penyimpanan dan penjualan. Berbagai input diperlukan  untuk  penyaluran  produk  sepanjang  saluran  pemasaran, mengubahnya dari bahan baku menjadi produk akhir dan menyalurkannya dari petani-produsen ke konsumen. Input tersebut meliputi: pekerja, informasi, keterampilan, pengetahuan dan modal.

Saluran pemasaran tidak memiliki bentuk yang baku. Tidak ada jumlah pelaku yang pasti, hubungan atau kegiatan. Pelaku dapat melakukan lebih dari satu kegiatan, sebagai contoh pengumpulan, transportasi dan pengolahan setengah jadi. Pelaku yang lain mungkin menghasilkan atau membeli bahan mentah, menghasilkan produk jadi, dan menjualnya. Pelaku lain mungkin hanya sebagai pedagang perantara, menyalurkan produk di antara pelaku tanpa mengubah produk. Kemampuan pelaku untuk menjalankan berbagai kegiatan bergantung pada akses dan kemampuan mereka untuk memanfaatkan input yang disebutkan di atas. Akses terhadap informasi, pengetahuan, modal atau hubungan dengan pasar mungkin dikendalikan oleh beberapa pelaku saja. Keterampilan khusus untuk mengolah dan manufaktur mungkin hanya berkembang dari pengalaman dan waktu. Pekerja mungkin dibatasi oleh kondisi sosial ekonomi.



Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Our Akuntansi


0 komentar:

Post a Comment