Domestikasi
Di masa lalu, penentuan prioritas spesies untuk domestikasi umumnya didominasi oleh peneliti, institusi pemerintah dan proyek bilateral atau multilateral. Sebagian besar prosesnya bersifat top-down dan dibuat berdasarkan minat internal organisasi yang bersangkutan. Selanjutnya telah diupayakan agar proses penentuan prioritas ini lebih bersifat partisipatif. Mengingat domestikasi pohon adalah proses farmer-driven, maka tujuan petani dan keperluan petani seharusnya yang menjadi pertimbangan utama dalam proses penentuan prioritas. Seperti halnya proses domestikasi, proses penentuan prioritas juga akan bervariasi dengan masing-masing situasi. Beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai pedoman umum dalam pelaksanaan penentuan prioritas spesies domestikasi ini antara lain:
a) Identifikasi keperluan komunitas (masyarakat).
b) Evaluasi jenis yang sekarang diusahakan.
c) Ranking penggunaan utama spesies, baik produk atau manfaat.
d) Identifikasi terhadap sejumlah terbatas spesies prioritas.
e) Penaksiran dan penyusunan ranking prioritas spesies tentatif, dan menentukan prioritas spesies untuk domestikasi.
Di Asia Tenggara telah ada kesepakatan atau konsensus tentang penentuan prioritas domestikasi pohon dalam sistem produksi pohon yang dilakukan petani kecil, yakni untuk pohon kayu bangunan dan buah-buahan, baik spesies lokal (indigenous) maupun spesies eksotik. Produksi, kualitas dan diseminasi plasma nutfah dengan metode propagasi generatif dan vegetatif juga merupakan prioritas.
Terdapat kekhawatiran akan masalah pemasaran dan kebijakan yang bersifat disincentives sehingga bisa menghambat domestikasi di banyak negara. Keseluruhan liputan prioritas adalah pelatihan tambahan dalam topik domestikasi pohon yang relevan, diseminasi informasi dalam bentuk yang tepat untuk berbagai kalangan, seperti para peneliti, pekerja lapangan dan petani.
Prioritas-prioritas ini dapat disarikan sebagai berikut:
a) Penyebaran jenis dan provenance pilihan, dengan tekanan pada spesies kayu bangunan dan buah-buahan, baik spesies eksotis maupun indigenous.
b) Perbaikan kualitas dan jalur penyaluran plasma nutfah, untuk memperbaiki akses terhadap benih yang berkualitas, termasuk aktivitas sistem produksi benih pada level petani.
c) Manajemen pembibitan dan teknik propagasi pohon, baik dengan menggunakan benih maupun dengan dengan cara vegetatif.
d) Masalah-masalah pemasaran dan keputusan kebijakan yang menghambat usaha-usaha domestikasi petani kecil.
e) Pelatihan dan keperluan-keperluan informasi untuk berbagai audensi –para peneliti, pekerja lapang dan petani.
a) Teknik koleksi dan seleksi benih.
b) Pengelolaan bibit pada kebun bibit petani (pengairan, penjarangan, pemotongan akar, pemangkasan, dsb).
c) Pengetahuan tentang penanaman beberapa spesies dalam bentuk campuran.
d) Kombinasi pohon buah-buahan dan pohon kayu bangunan, pemilihan spesies dan provenance, jarak tanam yang sesuai, dsb, misalnya: nangka atau durian dan sengon, dll.
e) Pengkombinasian tajuk bawah dan tajuk atas, dengan tekanan pemilihan spesies atau provenance dan bagaimana tanamantanaman tersebut berinteraksi, misal: jahe tumbuh di antara jati, atau kopi di bawah pohon Erythrina dsb.
f) Pemupukan: apa, kapan, bagaimana, dan berapa jumlah pupuk yang seharusnya diaplikasikan. g) Pengendalian hama dan penyakit.
Kebanyakan aktivitas agroforestri terfokus pada budidaya pohon atau produktivitas sistem, sementara aspek pemasaran dan ekonomis produk agroforestri kurang mendapatkan perhatian. Hal ini sangat wajar karena pada awalnya perhatian lebih banyak dipusatkan pada pemilihan spesies dan target produktiivitas sistem untuk memenuhi kebutuhan petani subsisten. Banyak produk dari sistem ini berada di luar struktur pasar, misalnya kayu bakar, pakan ternak, pupuk hijau. Perkembangan selanjutnya menunjukkan bahwa produk-produk agroforestri tidak hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga (subsisten) saja melainkan juga untuk pendapatan (income). Aneka produk agroforestri seperti kayu untuk bangunan, getah, serat, akar dan umbi, sayur, biji-bijian, dsb merupakan produk komersial agroforestri.
Banyak petani agroforestri masih belum mampu memanfaatkan peluang pasar yang sudah ada secara optimum, karena berbagai keterbatasan dan hambatan baik yang berasal dari dalam maupun dari luar sistem. Padahal kesempatan masih sangat terbuka untuk menciptakan peluang bagi pasar yang baru, perbaikan pasca panen dan prosesing serta membangun akses ke pasar internasional. Isu ekonomi dan pemasaran yang harus dipertimbangkan, meliputi:
a) Analisis permintaan pada level pasar maupun level subsisten.
b) Analisis permintaan potensial dan mendatang.
c) Analisis sistem pemasaran.
d) Pembentukan harga (Product pricing).
e) Akses petani akan informasi harga dan permintaan.
f) Identifikasi para pemain: petani, kelompok masyarakat, LSM, lembaga pemerintah, perguruan tinggi, sektor swasta, pedagang perantara dan produser.
g) Nilai tambah pengolahan pada tingkat petani atau pada tingkat komunitas.
h) Pengembangan kemitraan yang saling menguntungkan antara industri dan para petani.
i) Pertimbangan keseimbangan antara pasar lokal, nasional dan internasional. Pasar tidak untuk selamanya (misal : cengkeh), sistem informasi pasar harus mencukupi dan mampu disosialisasikan dengan cepat untuk merespon dengan segera perubahan tersebut.
a) Meningkatkan nilai tambah terhadap pohon yang sudah ada (perbaikan kualitas dengan pemangkasan dan penjarangan, pengolahan di tingkat petani, penyulaman pohon yang merana).
b) Meningkatkan kualitas spesies yang ada.
c) Diversifikasi spesies pohon di lahan (untuk memperkecil risiko). Sedangkan alasan mengapa harus menanam pohon-pohon yang bernilai tinggi:
a) Identifikasi keperluan komunitas (masyarakat).
b) Evaluasi jenis yang sekarang diusahakan.
c) Ranking penggunaan utama spesies, baik produk atau manfaat.
d) Identifikasi terhadap sejumlah terbatas spesies prioritas.
e) Penaksiran dan penyusunan ranking prioritas spesies tentatif, dan menentukan prioritas spesies untuk domestikasi.
Di Asia Tenggara telah ada kesepakatan atau konsensus tentang penentuan prioritas domestikasi pohon dalam sistem produksi pohon yang dilakukan petani kecil, yakni untuk pohon kayu bangunan dan buah-buahan, baik spesies lokal (indigenous) maupun spesies eksotik. Produksi, kualitas dan diseminasi plasma nutfah dengan metode propagasi generatif dan vegetatif juga merupakan prioritas.
Terdapat kekhawatiran akan masalah pemasaran dan kebijakan yang bersifat disincentives sehingga bisa menghambat domestikasi di banyak negara. Keseluruhan liputan prioritas adalah pelatihan tambahan dalam topik domestikasi pohon yang relevan, diseminasi informasi dalam bentuk yang tepat untuk berbagai kalangan, seperti para peneliti, pekerja lapangan dan petani.
Prioritas-prioritas ini dapat disarikan sebagai berikut:
a) Penyebaran jenis dan provenance pilihan, dengan tekanan pada spesies kayu bangunan dan buah-buahan, baik spesies eksotis maupun indigenous.
b) Perbaikan kualitas dan jalur penyaluran plasma nutfah, untuk memperbaiki akses terhadap benih yang berkualitas, termasuk aktivitas sistem produksi benih pada level petani.
c) Manajemen pembibitan dan teknik propagasi pohon, baik dengan menggunakan benih maupun dengan dengan cara vegetatif.
d) Masalah-masalah pemasaran dan keputusan kebijakan yang menghambat usaha-usaha domestikasi petani kecil.
e) Pelatihan dan keperluan-keperluan informasi untuk berbagai audensi –para peneliti, pekerja lapang dan petani.
Pengelolaan, Pemasaran dan Pengolahan
Aspek-aspek pengelolaan yang perlu mendapat perhatian dalam agenda penelitian dan pengembangan domestikasi karena sangat dibutuhkan oleh petani antara lain:a) Teknik koleksi dan seleksi benih.
b) Pengelolaan bibit pada kebun bibit petani (pengairan, penjarangan, pemotongan akar, pemangkasan, dsb).
c) Pengetahuan tentang penanaman beberapa spesies dalam bentuk campuran.
d) Kombinasi pohon buah-buahan dan pohon kayu bangunan, pemilihan spesies dan provenance, jarak tanam yang sesuai, dsb, misalnya: nangka atau durian dan sengon, dll.
e) Pengkombinasian tajuk bawah dan tajuk atas, dengan tekanan pemilihan spesies atau provenance dan bagaimana tanamantanaman tersebut berinteraksi, misal: jahe tumbuh di antara jati, atau kopi di bawah pohon Erythrina dsb.
f) Pemupukan: apa, kapan, bagaimana, dan berapa jumlah pupuk yang seharusnya diaplikasikan. g) Pengendalian hama dan penyakit.
Kebanyakan aktivitas agroforestri terfokus pada budidaya pohon atau produktivitas sistem, sementara aspek pemasaran dan ekonomis produk agroforestri kurang mendapatkan perhatian. Hal ini sangat wajar karena pada awalnya perhatian lebih banyak dipusatkan pada pemilihan spesies dan target produktiivitas sistem untuk memenuhi kebutuhan petani subsisten. Banyak produk dari sistem ini berada di luar struktur pasar, misalnya kayu bakar, pakan ternak, pupuk hijau. Perkembangan selanjutnya menunjukkan bahwa produk-produk agroforestri tidak hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga (subsisten) saja melainkan juga untuk pendapatan (income). Aneka produk agroforestri seperti kayu untuk bangunan, getah, serat, akar dan umbi, sayur, biji-bijian, dsb merupakan produk komersial agroforestri.
Banyak petani agroforestri masih belum mampu memanfaatkan peluang pasar yang sudah ada secara optimum, karena berbagai keterbatasan dan hambatan baik yang berasal dari dalam maupun dari luar sistem. Padahal kesempatan masih sangat terbuka untuk menciptakan peluang bagi pasar yang baru, perbaikan pasca panen dan prosesing serta membangun akses ke pasar internasional. Isu ekonomi dan pemasaran yang harus dipertimbangkan, meliputi:
a) Analisis permintaan pada level pasar maupun level subsisten.
b) Analisis permintaan potensial dan mendatang.
c) Analisis sistem pemasaran.
d) Pembentukan harga (Product pricing).
e) Akses petani akan informasi harga dan permintaan.
f) Identifikasi para pemain: petani, kelompok masyarakat, LSM, lembaga pemerintah, perguruan tinggi, sektor swasta, pedagang perantara dan produser.
g) Nilai tambah pengolahan pada tingkat petani atau pada tingkat komunitas.
h) Pengembangan kemitraan yang saling menguntungkan antara industri dan para petani.
i) Pertimbangan keseimbangan antara pasar lokal, nasional dan internasional. Pasar tidak untuk selamanya (misal : cengkeh), sistem informasi pasar harus mencukupi dan mampu disosialisasikan dengan cepat untuk merespon dengan segera perubahan tersebut.
Metode mendapatkan pohon yang bernilai tinggi
Terdapat berbagai metode yang berbeda untuk mendapatkan pohonpohon yang bernilai tinggi:a) Meningkatkan nilai tambah terhadap pohon yang sudah ada (perbaikan kualitas dengan pemangkasan dan penjarangan, pengolahan di tingkat petani, penyulaman pohon yang merana).
b) Meningkatkan kualitas spesies yang ada.
c) Diversifikasi spesies pohon di lahan (untuk memperkecil risiko). Sedangkan alasan mengapa harus menanam pohon-pohon yang bernilai tinggi:
- Meningkatkan pendapatan petani.
- Rencana tata guna hutan seharusnya memasukkan agroforestri.
- Pohon-pohon yang di tanam di lahan-lahan petani biasanya lebih tinggi nilainya, dibandingkan pohon-pohon yang ditanam di perkebunan.
- Meningkatkan pasar untuk produk-produk alami.
- Meskipun tanpa pasar dapat memberikan manfaat.
- Suatu keperluan yang lebih realistis dengan para petani.
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Our Akuntansi
0 komentar:
Post a Comment