-->

Pengetahuan lokal dan pengembangan agroforestri


Banyak pengetahuan lokal yang diterapkan oleh petani berasal dari pegalaman bertani mereka maupun para pendahulunya. Melalui aktivitas penelitian dan pengembangan secara informal, para petani menghasilkan pengetahuan baru yang pada gilirannya bisa digunakan untuk menghasilkan teknologi-teknologi baru. Praktek agroforestri sudah dilaksanakan petani berabab-abad lamanya, namun agroforestri sebagai ilmu pengetahuan masih relatif baru. Karenanya pemahaman ilmiah tentang agroekosistem kompleks seperti praktek agroforestri tradisional ini masih lemah.

Akan tetapi sudah disadari bahwa petani dan masyarakat lokal yang mengelola berbagai macam agroekosistem telah banyak belajar dan menghasilkan pengetahuan yang kompleks, canggih dan tepat guna untuk kondisi pertanian setempat (Sinclair dan Walker, 1998).
Dalam pengembangan sistem agroforestri beberapa hal penting yang harus diketahui adalah kapasitas petani dalam memahami lingkungan biofisik dan budaya setempat untuk meramalkan dan menjelaskan hasil suatu percobaan. Oleh karena itu untuk menciptakan sistem bertani yang berwawasan lingkungan dibutuhkan kerjasama yang erat dengan para petani. Pengetahuan indigenous merupakan pelengkap (complement) penting bagi pengetahuan ilmiah formal. Seperti yang dinyatakan oleh Grandstaff and Grandstaff (1986) berdasarkan pengalamannya di Thailand, para petani memang tidak punya pengetahuan ilmiah untuk memprediksi apa yang mungkin terjadi, akan tetapi tak seorangpun mampu lebih baik dalam memahami kondisi lokal mereka selain mereka sendiri.

Banyak dari praktek bertani indigenous yang belum dipahami oleh ilmu pengetahuan ilmiah formal secara tuntas. Jika pengetahuan indigenous ini mampu dipahami secara ilmiah formal, maka akan sangat dimungkinkan untuk memperbaikinya. Misalnya, banyak spesies tanaman dan jenis hewan indigeneous, varietas lokal dan bibit bersifat unggul mempunyai potensi besar untuk dimanfaatkan dalam pengembangan agroforestri. Dalam pengembangan sistem agroforestri tersebut, petani tidak hanya menyumbang pengetahuan ekosistem lokal saja, tetapi pengalaman melakukan percobaan dan adaptasi teknologi dalam kondisi setempat juga sangat penting dan membantu mempercepat proses adopsi. Sebagai contoh misalnya pengetahuan lokal petani di Sumberjaya (Lampung Barat) akan peranan pohon dalam konservasi tanah dan air). Inovasi yang dihasilkan para petani dalam menghadapi masalah dan menyikapi peluang baru memberikan indikasi perbaikan potensial penting
sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan bio-fisik yang harus mereka hadapi.



Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Our Akuntansi


0 komentar:

Post a Comment