SAYATAN TIPIS BATUAN
Analisis sayatan tipis batuan dilakukan karena sifat-sifat fisik, seperti tekstur, komposisi dan perilaku mineral-mineral penyusun batuan tersebut tidak dapat dideskripsi secara megaskopis di lapangan.
Contoh batuan-batuan tersebut adalah:
1. Batuan beku yang bertekstur afanitik atau batuan asal gunungapi
2. Batuan sedimen klastika berukuran halus, seperti batugamping, batupasir, napal, lanau, fragmen batuan dan lain-lain
3. Batuan metamorf: sekis, filit, gneis dan lain-lain
Jadi mineralogi optis atau petrografi adalah suatu metode yang sangat mendasar yang berfungsi untuk mendukung analisis data geologi. Untuk dapat melakukan pengamatan secara optis atau petrografi diperlukan sayatan tipis (thinsection).
Sayatan tipis ( thinsection) adalah batuan yang disayat / diiris sesuai dengan ketipisan standar, yaitu 0,03 mm. Angka 0,03 mm dipakai sebagai standar adalah berdasar indeks warna dari mineral kwarsa dan plagioklas ( William, Turner, F,J Gilbert ).
Pada saat batuan disayat mencapai ketipisan 0,03 mm maka mineral-mineral yang tampak pada mikroskop polarisasi posisi sejajar nikol, akan relatif sesuai warna yang sebenarnya. Sebagai contoh apabila batuan disayat dengan ketebalan lebih dari 0,03 mm, pada mikroskop polarisasi posisi sejajar nikol maka mineral plagioklas akan tampak berwarna warni sehingga akan menyebabkan kesalahan dalam menentukan nama mineral tersebut, sedangkan apabila disayat 0,03 mm akan tampak berwarna putih sesuai warna aslinya yang telah ditentukan oleh para ahli mineral.
Kegunaan sayatan tipis ini adalah untuk keperluan Analisa Batuan atau analisa mineral secara detil ( Analisa Petrografi ). Dalam pembuatan sayatan tipis ini diperlukan.
0 komentar:
Post a Comment