-->

Perbedaan antara pengetahuan lokal dan ilmiah

Sistem pengetahuan dalam lingkup pengelolaan sumber daya alam, secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua kategori: pengetahuan ilmiah dan pengetahaun lokal (Berkes et al., 2000). Pengetahuan ilmiah, adalah suatu pengetahuan yang terbentuk dari hasil penyelidikan ilmiah yang dirancang secara seksama dan sudah terbakukan. Sebaliknya pengetahuan lokal adalah pengetahuan yang sebagian besar diturunkan dari pengamatan petani akan proses ekologi yang terjadi di sekitarnya dan berbagai faktor yang mempengaruhinya berdasarkan interpretasi logis petani. Pembentukan pengetahuan lokal sifatnya kurang formal dibandingkan pengetahuan ilmiah.
Jenis pengetahuan petani tentang cara bertani berdasarkan prinsip ekologi ini selanjutnya oleh Ford dan Martinez (2000) dinamakan sebagai Pengetahuan Ekologi Tradisional (Traditional Ecological Knowledge) yang disingkat PET. Istilah ini menggambarkan pengetahuan masyarakat yang sudah selaras baik dengan budaya asli maupun lingkungan dan praktek budaya di mana pengetahuan tersebut terbentuk. Beberapa peneliti agak keberatan dengan istilah ini, karena istilah tradisional sering dikonotasikan dengan sesuatu yang statis, sedangkan kita ketahui bahwa pengetahuan lokal jauh dari sifat statis. Mereka cenderung untuk menggunakan istilah  Pengetahuan Ekologi Lokal disingkat PEL (Local Ecological Knowledge=LEK), dan nampaknya istilah ini lebih dapat diterima.
Pemahaman lokal berbeda dari pengetahuan ilmiah dalam tataran agregasinya. Pengetahuan ilmiah lebih menekankan pada penggunaan analisis reduktif yang parsial. Sedangkan petani cenderung berpikir lebih holistik (berjenjang), walaupun analisisnya terbatas pada apa yang dapat mereka amati dan mereka alami. Ini akan menciptakan suatu keteraturan dalam pengetahuan lokal tentang proses alam lintas budaya dan keteraturan bagaimana pengetahuan lokal berbeda dengan pemahaman ilmiah. Di daerah tertentu, PEL merupakan sumber daya dasar yang bergantung pada pengamatan, struktur pengalaman dan fungsi, dan terkait dengan prioritas dan praktek petani. Petani membuat keputusan dan melakukan suatu tindakan, serta mengembangkan inovasi baru secara progresif berdasarkan pengetahuan mereka.

Pada daerah dengan agroekosistem yang marginal, banyak petani miskin dengan sumber daya terbatas telah berhasil mengembangkan pengetahuan teknis yang kompleks dan terbukti mampu memecahkan permasalahan yang mereka hadapi (Fujisaka, 1997). Hasil yang diperoleh adalah dalam bentuk (agro)ekosistem yang menerapkan prinsip konservasi dan keanekaragaman hayati (Berkes et al., 2000). Pengetahuan lokal dapat dibedakan dari pengetahuan ilmiah berdasarkan empat hal yaitu metoda, kerangka kelembagaan, kemampuan dan fasilitas teknik, dan skala perspektif, yang secara ringkas disajikan dalam Tabel 5.



Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Our Akuntansi


0 komentar:

Post a Comment