Proses penetasan kista Artemia salina
Padat penebaran bibit pakan alami sangat bergantung pada volume
produksi yang dilakukan dalam membudidayakan pakan alami tersebut.
Padat penebaran bibit pakan alami Artemia biasanya digunakan dalam
menetaskan kistaArtemia disesuaikan dengan kebutuhan. CystArtemia atau
kistaArtemia adalah telur yang telah berkembang lebih lanjut menjadi
embrio dan kemudian diselubungi oleh cangkang yang tebal dan kuat.
Cangkang ini berguna untuk melindungi embrio terhadap pengaruh
kekeringan, benturan keras, sinar ultra violet dan mempermudah
pengapungan. Jadi kista artemia itu yang akan ditetaskan adalah hasil dari
perkawinan Artemia dewasa jantan dan betina yang pada kondisi
lingkungan buruk akan membentuk fase istirahat atau dorman. Dan
biasanya disebut telur kering (diapauze).
Berapakah kebutuhan kistaArtemia yang harus ditetaskan untuk
memenuhi kebutuhan produksi? Untuk menjawab hal tersebut ada
beberapa hal yang harus dipahami antara lain adalah padat penebaran cyst
atau kistaArtemia didalam media penetasan dan disesuaikan dengan
volume media penetasan. Berdasarkan pengalaman beberapa akuakulturis
dalam menetaskan kistaArtemia, padat penebaran yang digunakan adalah 2 – 5 gram/liter. Semakin besar wadah yang digunakan maka jumlah kista
yang akan ditebarkan akan semakin banyak. Oleh karena itu harus dipilih
wadah yang tepat untuk menetaskan kistaArtemia tersebut.
Setelah ditentukan padat penebaran yang akan dilakukan dalam penetasan
kistaArtemia, langkah selanjutnya jika media penetasan sudah
dipersiapkan dan volumenya sudah dihitung adalah melakukan penebaran
kistaArtemiake dalam media penetasan. Cara yang dilakukan untuk
melakukan penebaran kistaArtemia adalah :
1. Tentukan volume media penetasan.
2. Hitung jumlah kista yang akan ditebar sesuai dengan volume media
penetasan sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan.
3. Ambil kista artemia dan timbanglah sesuai kebutuhan ,
4. Masukkan kistake dalam wadah yang berisi media penetasan sesuai
dengan salinitas yang telah ditetapkan dengan cara menuangkan secara
perlahan kistake dalam media, pada saat kista ditebar sebaiknya selang
aerasi dihentikan terlebih dahulu agar kista tersebut berada didalam
media penetasan.
Dalam menetaskan kista Artemia ada dua metoda yang dapat dilakukan
yaitu metoda Dekapsulasi dan metoda tanpa Dekapsulasi. Metoda
penetasan dengan dekapsulasi adalah suatu cara penetasan kista Artemia
dengan melakukan proses penghilangan lapisan luar kista dengan
menggunakan larutan Hipokhlorit tanpa mempengaruhi kelangsungan
hidup embrio. Sedangkan metoda penetasan tanpa dekapsulasi adalah
suatu cara penetasan artemia tanpa melakukan proses penghilangan
lapisan luar kista tetapi secara langsung ditetaskan dalam wadah
penetasan.
Prosedur yang harus dilakukan dalam menetaskan kista artemia dengan
metode Dekapsulasi adalah :
1. Ambil kista Artemia sejumlah yang telah ditentukan dan harus diketahui
bobotnya, kemudian kista tersebut dimasukkan ke dalam wadah yang
berbentuk kerucut dan dilakukan hidrasi selama 1 – 2 jam dengan
menggunakan air tawar atau air laut dengan salinitas maksimum 35
permil serta diberi aerasi dari dasar wadah .
2. Dilakukan penghentian aerasi sebelum kista tersebut disaring dengan
menggunakan saringan kasa yang berdiameter 120 mikron meter ,
kemudian kista tersebut dicuci dengan air bersih.
3. Larutan Hipoklorit yaitu larutan yang mengandung HClO disiapkan yang
akan digunakan untuk melakukan proses penghilangan lapisan luar
kista. Larutan Hipoklorit yang digunakan dapat diperoleh dari dua
macam senyawa yang banyak dijual dipasaran yaitu Natrium hipoklorit
(Na O Cl) dengan dosis 10 cc Na O Cl untuk satu gram kista dan Kalsium
hipoklorit (Ca (OCl)2 dengan dosis 0,67 gram untuk satu gram kista. Dari
kedua senyawa larutan Hipoklorit ini Kalsium Hipoklorit lebih mudah
didapat dan harganya relatif lebih murah daripada Natrium Hipoklorit.
Dalam dunia perdagangan dan bahasa sehari-hari Kalsium Hipoklorit
dikenal sebagai kaporit (berupa bubuk), sedangkan Natrium Hipoklorit
dijual berupa cairan dan dikenal sebagai Klorin.
4. Kista yang telah disaring dengan saringan kasa dimasukkan ke dalam
media larutan Hipoklorit dan diaduk secara manual serta diaerasi
secara kuat-kuat , suhu dipertahankan dibawah 40 ⁰C.
5. Proses penghilangan lapisan luar kista dilakukan selama 5 – 15 menit
yang ditandai dengan terjadinya perubahan warna kista dari coklat
gelap menjadi abu-abu kemudian orange.
6. Kista disaring dengan menggunakan saringan 120 mikron meter dan
dilakukan pencucian kista dengan menggunakan air laut secara
berulang-ulang sampai bau Klorin itu hilang.
7. Kista artemia tersebut dicelupkan ke dalam larutan HCl 0,1 N sebanyak
dua kali dan dicuci dengan air bersih dan siap untuk ditetaskan dengan
menggunakan larutan penetasan
8. Proses penetasan yang dilakukan sama dengan proses penetasan tanpa
dekapsulasi.
Prosedur yang dilakukan dalam menetaskan kista artemia dengan metoda
tanpa dekapsulasi adalah :
1. Kista yang akan ditetaskan ditimbang sesuai dengan dosis yang
digunakan misalnya 5 gram kista per liter air media penetasan.
2. Wadah dan media penetasan disiapkan sesuai persyaratan teknis
3. KistaArtemia dimasukkan ke dalam media penetasan yang diberi aerasi
dengan kecepatan 10 – 20 liter udara/menit, suhu dipertahankan 25 –
30 ⁰C dan pH sekitar 8 – 9.
4. Media penetasan diberi sinar yang berasal dari lampu TL dengan
intensitas cahaya minimal 1.000 lux . Intensitas cahaya tersebut dapat
diperoleh dari lampu TL /neon 60 watt sebanyak dua buah dengan jarak
penyinaran dari lampu kewadah penetasan adalah 20 cm.
5. Penetasan kista Artemia akan berlangsung selama 24 – 48 jam
kemudian.
Pemilihan metoda penetasan kistaArtemia sangat bergantung kepada jenis
Artemia yang digunakan dan spesifikasi dari jenis artemia tersebut.
Artemia yang ditetaskan dari hasil dekapsulasi dapat langsung diberikan
pada benih ikan atau ditetaskan terlebih dahulu baru diberikan kepada
benih ikan.
0 komentar:
Post a Comment