-->

Prosedur pengendalian gulma

Digolongkan dalam  enam kategori yaitu pengendalian secara pencegahan, secara mekanik, secara biologis, secara kultur teknis, secara kimiawi, dan secara terpadu.

1) Pengendalian gulma secara pencegahan (preventif) 

Cara ini ditujukan untuk mencegah atau menhalangi perkembangbiakkan dan penyebaran bahan gulma (biji, rimpang, batang) dari satu tempat ke tempat lain. Secara teknis dilakukan dengan:
  • Menyeleksi benih tanaman budidaya untuk menghindari kemungkinan tercampurnya benih gulma. 
  • Membersihkan atau mencuci pakian kerja dan alat-alat pertanian setelah digunakan. 
  • Membuat peraturan karantina mencegah masuknya biji, bagian lain dari gulma yang masuk dari suatu daerah ke daerah lain 
  • Tidak menggunakan pupuk kandang yang belum matang/mentah 
  • Membersihkan/sanitasi penggir-pinggir selokan/pematang

2) Pengendalian secara mekanis 

Merupakan usaha menekan pertumbuhan gulma dengan cara merusak sebagian atau seluruh organ tumbuhan  gulma sehingga gulma tersebut mati. Biasanya menggunakan alat-alat bantu dari yang bersifat sederhana, semi mekanis dan mekanisasi. Contoh tata cara pengendalian gulma secara mekanis yaitu:
  • Pembabatan gulma 
  • Menginjak-injak gulma 
  • Pencangkulan lahan 
  • Pencabutan gulma 
  • Penyiangan 

3) Pengendalian gulma secara biologis 

Merupakan cara pengendalian gulma dengan menggunakan organisme hidup, baik berupa binatang, ternak, tumbuh-tumbuhan. Contoh cara pengendalian secara biologi  yaitu:
  • Pengendalian gulma alang-alang dengan menggunakan tanaman penutup tanah (legumenoceae). 
  • Pengendalian gulma antanan oleh ulat Plusia verticulata 

4) Pengendalian gulma secara kultur teknis 

Merupakan cara pengendalian gulma didasarkan pada aspek ekologis yaitu berusaha untuk menciptakan kondisi lingkungan yang sesuai dengan tanaman pokok/budidaya, sehingga dapat tumbuh baik dan mampu bersaing dengan tumbuhan gulma. 

5) Pengendalian gulma secara  kimiawi

Merupakan cara pengendalian gulma dengan menggunakan senyawa kimia  (herbisida) untuk menghambat atau mematikan pertumbuhan gulma. Herbisida ini selain membunuh gulma, dapat juga membunuh organisme lain, sehingga penggunaannya harus selektif dan merupakan tindakan alternatif terakhir.  Penggunaan herbisida memiliki keuntungan yaitu hasilnya cepat terlihat, biaya aplikasi pada areal luas dapat murah, durasi waktu aplikasi relatif sedikit dan cepat serta tenaga kerja yang dibutuhkan relatif sedikit. Sebaliknya, penggunaan herbisida menimbulkan kerugian yaitu terjadinya residu dalam tanah, pencemaran lingkungan, memerlukan pengetahuan dan keterampilan dalam aplikasinya serta mengurangi kesempatan kerja. Tanggapan gulma terhadap herbisida sangat tergantung jenis herbisida yang digunakan. Herbisida dikelompokkan menjadi dua yaitu herbisida selektif dan non selektif. Herbisida selektif contohnya 2,4 D bersifat toksis pada gulma berdaun lebar, tetapi tidak membahayakan bagi gulma berdaun sempit.

6) Pengendalian gulma secara terpadu 

Merupakan cara pengendalian gulma dengan menerapkan teknik pengendalian yang paling sesuai dalam menekan atau menghambat pertumbuhan gulma serta mematikannya sampai batas secara ekonomis tidak merugikan. Praktik pengendalian gulma secara terpadu harus mempertimbangkan kondisi  lingkungan dan aspek ekonomis.  Kondisi lingkungan meliputi jenis gulma yang ada pada areal tanaman herbal/atsiri , sifat dan kemampuan tumbuh gulma, daya saing gulma terhadap tanaman pokok, dan alternatif pengendalain lainnya yang dapat dilakukan tanpa merusak lingkungan. Kemudian secara ekonomis, pengendalian gulma secara terpadu harus mempertimbangkan luas areal tanaman herbal/atsiri, keadaan gulma  yang tumbuh, pengaruh gulma terhadap tanaman pokok, dan cara-cara pengendalian lain yang dapat dipadukan secara serasi sehingga biayanya murah.



Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Our Akuntansi


0 komentar:

Post a Comment