-->

Pemeliharaan Artemia salina

Artemia yang dipelihara didalam tambak garam untuk tumbuh dan berkembangbiak harus terdapat makanan yang dapat dikonsumsi oleh artemia tersebut. Oleh karena itu harus dilakukan penumbuhan makanan alami untuk artemia tersebut dengan cara melakukan pemupukan secara kontinu dengan menggunakan pupuk organik atau anorganik sebanyak 10% dari dosis awal pemupukan dan dilakukan inokulasi pakan alami. Makanan Artemia diperairan alami adalah material partikel detritus organik dan organisme hidup seperti algae mikroskopik dan bakteri.

Selama pemeliharaan nauplii ditambak garam harus dilakukan penumbuhan pakan alami dan juga dapat diberikan pakan tambahan berupa dedak yang diperkaya dengan vitamin dan mineral atau bungkil kelapa, silase ikan maupun tepung terigu. Selain itu pada tambak pemeliharaan Artemiajuga dapat diberikan pakan tambahan berupa bungkil kelapa yang sebelumnya (2 jam) direndam baru diberikan dengan cara menebarkannya secara merata pada tambak budidaya.Pemberian bungkil kelapa di Jepara menggunakan dosis 10 g/m3 air. Pemberian pakan dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari, disebar secara merata ke seluruh permukaan air. Kepadatan pakan alami di tambak pemeliharaan harus dipantau dengan cara melakukan pemeriksaan kecerahan di tambak (sebaiknya transparansi adalah 25 cm) dan dilakukan pemupukan secara reguler.

Budidaya Artemia dapat dilakukan pada lokasi yang memiliki salinitas cukup tinggi yaitu lebih dari 50 promill, menurut hasil penelitian salinitas ditambak budidaya artemia pada saat penebaran nauplii artemia adalah 70 ppt dan untuk menghasilkan kista dengan hasil yang optimum dibutuhkan salinitas antara 120 – 140 ppt sedangkan peningkatan salinitas hingga 150 ppt akan menghasilkan produktivitas telur menjadi menurun. Oleh karena itu,pada tambak budidaya artemia setelah dilakukan penebaran nauplii Artemia salinitas tambak secara bertahap terus ditingkatkan dari 70 ppt menjadi 80 ppt terus secara bertahap dinaikkan sampai menjadi 120 – 140 ppt. Pada umur 16 hari setelah pemeliharaan umumnya induk betina Artemia sudah terdapat telur. Karena Artemia yang dipelihara didalam tambak garam akan menjadi dewasa setelah berumur dua minggu. Induk Artemia yang telah dewasa akan mengalami proses reproduksi secara seksual atau biseksual. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 14.

Setelah 20 hari pemeliharaan pada permukaan air tambak sudah mulai terlihat kista. Produksi kista pada umumnya terus meningkat dan terjadi penurunan sesaat dan terus meningkat lagi. Berdasarkan pengamatan siklus hidup dan perkembangbiakan Artemia diketahui bahwa umur hidup Artemia adalah 50 hari, jika sudah mencapai umur tersebut maka Artemia akan mati. Hal ini jelas terlihat pada permukaan air tambak setelah dua bulan pemeliharaan akan terlihat induk artemia yang mengapung/mengambang dan bisa diambil untuk diberikan pada ikan. Biomassa Artemia dapat langsung diberikan kepada udang yang disesuaikan dengan ukurannya atau disimpan dalam bentuk segar (dalam freezer) maupun dikeringkan untuk dibuat tepung Artemia. Agar proses budidaya Artemia salina berkesinambungan harus dilakukan peremajaan biomassa setelah dua bulan pemeliharaan dengan cara menurunkan kadar garam hingga 80 ppt sehingga tidak akan terbentuk kista namun akan berkembangbiak menjadi nauplii.



Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Our Akuntansi


0 komentar:

Post a Comment