-->

Peralatan dan Sajian Sembahyang


a. Peralatan Sembahyang 

Ziyou bertanya tentang peralatan yang wajib disediakan untuk upacara perkabungan. Nabi bersabda, “Wajib disediakan sesuai kemampuan keluarga.” Ziyou berkata, “bagaimanakah keluarga yang mampu dan tidak mampu dapat melakukan hal yang sama?” Nabi menjawab, yang mampu janganlah melampaui ketentuan kesusilaan, yang tidak mampu cukup sekedar tubuhnya ditutupi dari kepala sampai kaki dan selanjutnya dimakamkan. Peti jenazah cukup diturunkan dengan tali. Dengan demikian siapakah  yang akan menyalahkan?” (Liji. II A. III: 17) Zilu berkata, “Saya mendengar Hu Cu (Nabi Kongzi) bersabda bahwa di dalam upacara berkabung adanya rasa sedih sekalipun kurang di dalam perlengkapan upacara, itu lebih baik daripada memamerkan kesedihan dengan lengkapnya peralatan upacara. Dan di dalam sembahyang, adanya hormat khidmat, itu lebih baik daripada berlebihan peralatan upacara tetapi kurang ada rasa hormat khidmat.” (Liji. II A. II: 27)

b. Makna Simbolis Sajian Sembahyang

Sajian atau persembahan  yang dikenal secara awan sebagai sesajen memang tidak bisa dilepaskan dalam sembahyang yang dilakukan umat Khonghucu. Namun demikian, jarang yang memperhatikan makna simbolis dari berbagai sajian dimaksud.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sesajen adalah sajian berupa makanan bunga dan sebagainya yang disajikan untuk roh yang telah meninggal. Sajian dimaksudkan untuk menunjukkan rasa hormat kepada yang meninggal, seperti disabdakan Nabi Kongzi, “Semua (sajian) itu untuk menunjukkan puncak rasa hormat. Akan rasanya tidak diutamakan, yang penting ialah semangatnya.”  Hal sajian sembahyang ini sering menjadi perdebatan bahkan pelecehan dari pihak luar. Untuk apa orang yang telah meninggal dunia diberikan sajian (makanan), adakah yang mengerti kalau yang meninggal itu akan makan sajian yang dipersembahkan? Kecaman semacam ini bukan baru sekarang, namu sejak dahulu sudah ada. Nabi Kongzi menyatakan bahwa semua sajian itu hanya untuk menunjukka rasa hormat kepada almarhum.  Beliau bersabda,  “Adakah ia mengerti, bahwa roh yang meninggal itu akan menikmatinya? Yang berkabung itu hanya terdorong oleh ketulusan dan rasa hormat di dalam hatinya.” “Orang mati  itu tidak makan, tetapi dari jaman yang paling kuno sampai sekarang hal (sajian) itu tidak pernah dialpakan. Maka kecaman terhadap kesusilaan (sajian) itu, sesungguhnya adalah kajian yang tidak susila.  Berikut adalah macam-macam sajian yang umum digunakan oleh umat Khonghucu sebagai persembahan dalam upacara sembahyang baik kepada Tian, kepada Alam, dan kepada manusia (nabi dan leluhur) beserta makna simbolisnya.

c. Buah-Buahan Sajian Sembahyang 

•    Pisang
Xiangjiao (香 蕉 ) pisang, diidentikan dengan lafal/bunyi  Xiangjiu (香 久) artinya  Langgeng. Dalam persembahyangan, yang lazim digunakan adalah jenis pisang raja atau pisang mas. Penyajiaan pisang di meja altar biasanya diletakan di sebelah kiri altar.
•    Jeruk
Juzi (橘 子) Jeruk,  diidentikan dengan lafal/bunyi Jixiang (吉  祥) artinya Kebaikan. Jenis Jeruk yang biasanya digunakan untuk sesajian sembahyang adalah jenis jeruk bali  atau jenis jeruk garut atau  jeruk siam. Biasanya diletakan di sebelah kanan altar.
•    Apel
Pingguo (苹 果) artinya Apel, diidentikan dengan lafal/bunyi Pingan (平 安) artinya Tentram.
•    Pear
Liguo (莉 果) Pear, diidentikan dengan lafal/bunyi Liyi  (利 益) artinya keberuntungan 
•    Nanas
Ong Lay bermana kejayaan datang. Sesuai juga dengan bentuk yang menghadap ke atas  menandakan kejayaan.
•    Semangka
Semangka (Citrullus Vaalgares). Dalam upacara pemberangkatan jenazah, biasanya buah ini dibanting sampai pecah berkeping-keping. Biji semangka yang berjumlah banyak bertebaran itu menunjukkan akan tumbuh sekian banyak pohon semangka yang berasal dari satu buah itu. Artinya, kita harus pandai mengembangkan peninggalan yang kita peroleh dari orang tua. 
•    Tebu
Tebu tumbuhan berumpun, tidak pernah ada yang tumbuh hanya sebatang. Maknanya ialah agar kita hidup tidak menyendiri. Dalam kehidupan rumah tangga hendaknya hidup harmonis, masing-masing mengenal batas dan pandai mengendalikan diri dan ada rasa kebersamaan. Air tebu terasa manis, batang tebu beruas-ruas tumbuh lurus  dan tidak bercabang. Manis adalah lambang kebajikan dan cinta kasih. Tebu tumbuhnya  beruas-ruas diibaratkan manusia yang dalam  tumbuh kembangnya sejak bayi hingga mencapai usia tua harus selalu tumbuh pula cinta kasih dan kebajikan. Sepasang tebu dengan daun dan akarnya diikat di sebelah kanan dan  kiri meja altar, hal ini sebagai petanda rasa syukur ke hadirat Tian Yang Maha Esa’

d. Kue Sajian Sembahyang 

•    Kue Ku
Guiguo (龜 粿) artinya Kue Ku, diidentikan dengan lafal/bunyi Shou (壽) artinya panjang umur. Bentuknya yang dibuat mirip batok kura-kura yang dipandang sebagai hewan yang usianya panjang, dapat mencapai kurang lebih 2000 tahun. Hidup melata di air dan darat. Kura-kura atau penyu merupakan salah satu dari empat jenis hewan yang suci, tiga hewan suci lainnya adalah Naga (Long), Qilin, dan burung Huang.  Makna sesajian kue Ku dalam persembahyangan merupakan harapandari para leluhur kita agar kita memiliki daya tahan hidup lama di dunia, supaya dapat menyelesaikan kewajiban dengan lebih sempurna. 
•    Kue Mangkok
(Hwat Kue) Fagao (苹 果) artinya Kue  Mangkok, diidentikan dengan lafal/bunyi  Fa (發) artinya berkembang Bentuk Kue Mangkok umumnya dianggap baik apabila permukaanya merekah seperti buah delima dan biasanya berwarna merah. Makna dari kue ini ialah agar hidup kita berkembang dan bahagia seperti yang disimbolkan oleh warna merah.
•    Kue Wajik
(Hwat Kue) Migao (米 糕) artinya wajik, diidentikan dengan lafal/bunyi  He (合) artinya bersatuharmonis.

e. Nama-nama Waktu Sembahyang 



Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Our Akuntansi


0 komentar:

Post a Comment