-->

Jenis-Jenis Konservasi Tanah Secara Vegetatif

Teknik konservasi tanah secara vegetatif adalah:

Penghutanan kembali (reforestation)

Penghutanan kembali Penghutanan kembali dalam hal ini meliputi areal didalam dan diluar kawasan hutan (reboisasi dan penghijauan). Kegiatan ini merupakan kegiatan penanaman kembali pohon-pohonan atau kayu-kayuan pada areal yang tidak berhutan sehingga terbentuk atau terbangun ekosistem yang baik dimana fungsi ekologi dan hidroorologinya membaik. Dengan berkembangnya pohon-pohonan akan mendorong tumbuhnya kehidupan lainnya, misalnya serangga, semut, cacing, kupu-kupu, butung dan lain-lain. Selanjutnya kesuburan tanah akan meningkat karena terjadinya tambahan bahan organik dan kelengasan tanah serta menurunnya erosi.

Reboisasi Pohon-pohonan juga membentuk kayu bahan ramuan rumah, daun dan buah sebagai sumber makanan ternak maupun gizi masyarakat yang dapat merupakan sumber pendapatan masyarakat. Disamping terdapat jenis –jenis pohon tertentu yang dapat menghasilkan getah sebagai sumber bahan baku industri misalnya pinus, jelutung, karet dan lainlain. Hutan mempunyai kemampuan menyimpan air pada waktu musim hujan dan mengalirkannya dimusim kemarau sehingga akan mencegah banjir dan menyediakan air untuk pertanian maupun untuk industri dan kebutuhan hewan dan manusia. Untuk menjamin keberhasilan program reforestasi ini berbagai hal perlu pertimbangan antara lain kecocokan lahan atau pemilihan jenis, perawatan dan minat masyarakat. Disamping itu bila kegiatan penghutanan kembali melibatkan masyarakat maka peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan sikap serta pengembangan kelembagan.

Wanatani (agroforestry)

Wanatani (agroforestry) Agroforestry merupakan system penggunaan lahan yang mengkombinasikan dengan tanaman hutan dan tanaman pertanian/semusim. Penanaman pohon atau kayu-kayuan pada tanah miring atau lereng pada pematang /anggelan sebagai campuran dengan tanaman semusim akan membantu memperkuat tanah dan memberikan kesempatan pergiliran pemanenan hasil. Sebagai contoh tanaman buahbuahan yang dapat berbuah sepanjang tahun akan memberikan keuntungan ekonomi pada petani yang hanya memanen tanaman 3 bulanan atau bulanan, misalnya tanaman jambu biji. Tanaman semusim umumnya dilakukan pengolahan tanah dengan intensif maka tanaman kayu-kayuan dapat mengurangi intensitas pengolahan dan mengurangi besarnya erosi secara terbatas. Dalam agroforestry ini maka pola tanam akan sangat penting guna meningkatkan konservasi tanah dan air serta peningkatan hasil panen. Dalam prakteknya sistemagroforestry ini dikembangkan di daerahperairan sehingga dinamakan silvofishery dan juga dikembangkan areal peternakan sehingga dinamakan silvopasture.

Pertanaman lorong (alley cropping)

Pertanaman lorong (alley cropping) adalah sistem bercocok tanam dan konservasi tanah yang dikombinasikan sekaligus/secara bersamaan. Penggunaan tanaman jenis leguminusae sebagai tanaman pagar (perdu atau diperdukan) sehingga ditanam rapat mengikuti garis kontur dan disela-selanya merupakan tanaman semusim. Tanaman pagar dapat berupa jenis Acasia vilosa, Lomtoro, Kaliandra dan sejenisnya karena memiliki kemampuan cepat tumbuh dan segera tumbuh setelah dipangkas. Cara penanaman seperti ini akan mengurangi terjadinya erosi dengan biaya lebih murah, bahkan tanaman pagar ini juga dapat memberikan produksi makanan ternak atau kayu bakar. Bila efektivitas tanaman pagar rendah maka sebaiknya dikombinasikan dengan tanaman rumput guna meningkatkan infiltrasi air sehingga erosi akan menurun. Tanaman pagar sebaiknya dipotong secara periodik sehingga tingginya tidak menggangu pertumbuhan tanaman selanya. Potongan tanaman pagar dapat sebagai makanan ternak atau pupuk hijau. Bila kesuburan tanah tak terpenuhi untuk pertumbuhan tanaman selanya maka pupuk dari kotoran ternak perlu dikembalikan kelokasi dimana pemotongan tanaman pagar dilakukan.

Tumpang sari (inter cropping)

Tumpang sari (intercropping) adalah kegiatan penanaman pohon yang dikombinasikan dengan tanaman semusim yang merupakan penghasilan jangka pendek. Tumpang sari sudah sangat lama dipraktekan di P. Jawa terutama di areal kerja Dinas Kehutanan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Perum Perhutani. Penanaman tumpang sari di Perum Perhutani dilaksanakan karena petani memiliki lahan yang sempit sehingga perlu disediakan lahan untuk meningkatkan penghasilannya melalui tanaman semusimnya. Umumnya tugas petani adalah menanam dan memelihara tanaman pokok berupa pohon dan menanam, memelihara dan memanen tanaman semusim untuk dirinya. Tanaman pohon dilakuak dengan jarak tanam tertentu sesuai dengan teknis umumnya atau dengan desain khusus. Di Perum Perhutani pada program tumpang selain tanaman semusim juga ada tanaman pohon lain, misalnya tanaman sela dan tanaman pengisi erupa pohon. Program tumpang sari di areal kerja Perum Perhutani umumnya tanaman semusim sampai 2 tahun, tetapi di Dinas Kehutanan Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilakukan bertahun-tahun bila di areal tanaman Kayu putih.

Pertanaman menurut strip (strip cropping)

Penanaman menurut jalur (strip cropping) Penanaman menurut strip/strip croping adalah penanaman tanaman yang diatur secara sistematik mengikuti garis kontur melintang lahan. Cara ini ditujukan menguragi erosi dan pengangkutan sedimen. Hal ini juga bertujuan untuk melindungi tanaman dari tiupan angin yang membawa butiran tanah. Disamping itu strip cropping juga dimaksudkan untuk memperbaiki kualitas air, meningkatkan infiltrasi dan kelembaban tanah. Strip cropping yang bersilangan juga memberikan pemendangan yang bagus. Strip cropping ini akan lebih efektif bila dibuat secara selang seling.

Strip rumput (grass strip) barisan sisa tanaman

Jalur rumput (grass strip) Strip rumput adalah jalur –jalur yang ditanami rumput untuk mengurangi erosi dari lahan olah.

Tanaman penutup tanah (cover crop)

Cover crops adalah tanaman yang ditanam disela-sela tanaman pokok dengan tujuan utama untuk mengatur kesuburan tanah, pengaturan air, gulma, hama dan penyakit dan biodiversity. Jenis tanaman untuk cover crop umumnya jenis leguminusae karena dapat mengikat nitrogen sehingga dapat membantu menyediakan tambahan nitrogen bagi tanaman pokok. Tanaman cover crop diharapkan juga membantu penyediaan baik macronutrient maupun micronutrient bagi tanaman pokok. Cover crop pada awalnya juga dapat menggangu/melilit tanaman pokok sehingga perlu perawatan yang intensif agar tidak merugikan. Kadang-kadang cover crop ditanam pada periode tertentu dan bila sudah dianggap menyediakan nitrogen dalam jumlah banyak kemiudian dibajak atau dikubur sehingga menjadi bahan pupuk hijau. Perlu diingat bahwa jenis leguminusae memiliki kemampuan bekerja sama dengan bakteri pengikat nitrogen sehingga kehadirannya membantu memperbaiki kesuburan tanah.

Pergiliran tanaman 

Di lapangan kegiatan pegiliran ternyata ada dua cara, yaitu:

  • Pergiliran tanaman dalam bentuk tanam sama waktu sama lokasi dengan panen bergantian. 
Untuk pergiliran tanaman dalam bentuk sama waktu sama lokasi dengan panen bergantian merupakan salah satu cara bertanam yang sangat menarik karena dapat memberikan waktu panen beberapa kali dalam satu periode penanaman. Di daerah pegunungan seperti daerah Tawang mangu - Jawa Tengah, Cinagara - Bogor Jawa Barat dan tempat lainnya panjang, jagung, ketela pohon ditanam secara bersama-sama disatu tempat. Kacang panjang dan jagung dapat dipanen mulai hari ke 70 hingga hari ke 90 untuk keperluan sayur. Sedang untuk tanaman  jagung yang dipanen sebagai jagung tua dapat dipanen antara umur 110-120 hari. Sedang untuk ketela pohon akan dipanen pada umur 240 - 300 hari.

Kombinasi lain yang biasa ditanam petani adalah ketimun, jagung dan ketela pohon. Tentu masih ada kombinasi tanaman lain sesuai sifat dan umur panen yang memungkinkan hasil lebih tinggi dan pemasaran yang baik. Umumnya petani telah memiliki kreativitas dan pengalaman yang baik terhadap kepentingannya dan perkembangan pasar.

Sistem tanaman dengan pergiliran tanaman ini umumnya memerlukan pupuk yang cukup banyak walaupun dengan menanam jenis leguminusae akan membantu ketersediaan nitrogen. Disamping keuntungan ekonomi menjadi tujuan utama petani juga menghemat tenaga karena pengolahan tanah dilakukan sekali pada awal saja sehingga mengurangi terjadinya erosi.

Untuk meningkatkan produksi sudah barang tentu persaingan akar dan ruang tumbuh menjadi hal yang penting dipertimbangkan. Kombinasi sebaiknya terdiri jenis yang perakarannya dalam atau kebawah dan yang dangkal berada dipermukaan.

Untuk meningkatkan unsur hara dalam tanah sebaiknnya tanaman yang dipanen lebih awal dan batangnya telah mati dibiarkan membusuk agar menjadi pupuk. Pergiliran tanaman ini ternyata bukan hanya dilakukan pada daerah yang masa hujan/pengairannya waktunya pendek tetapi pada daerah yang masa hujan dan pengairan tersedia baik juga dilakukan. Dari pengamatan menunjukan bahwa factor peningkatan nilai ekonomi lebih dominan dalam menentukan cara bertani seperti ini.

  • Pergiliran tanaman dalam bentuk tanam berbeda waktu, jenis dan lokasinya. 
Pada penanaman pergiliran dengan lokasi berbeda dan waktu berbeda akan membantu ketahanan terhadap hama dan penyakit karena akan cenderung memutus rante perkembangan penyakit. Dengan pergiliran tanaman ini maka akan dapat diatur kebutuhan air sehingga akam terbagi dengan baik sesuai waktunya. Penanaman jenis yang sama disatu lokasi beberapa tahun akan menyebabkan menurunkan kesuburan tanah. Pergiliran jenis tanaman dengan menggunakan salah satu jenis leguminusae akan sangat membantu dalam memelihara kesuburan tanah. Walaupun demikian sudah barang tentu pemilihan jenis tanaman tersebut akan sangat tergantung kesesuaian lahan dan iklim.

Mulsa 

Mulsa dalam konservasi tanah dan air adalah bahan-bahan (sisa tanaman, serasah, sampah atau bahan-bahan lain) yang disebar atau menutup permukaan tanah untuk melindungi tanah darikehilangan air melalui evaporasi dan meningkatkan infiltrasi air. Mulsa dapat dapat melindungi permukan tanah dari pukulan langsung butiran hujan sehingga mengurangi terjadinya erosi percik (splash erosion). Bahan mulsa yang sudah melapuk akan menjadi unsur hara/pupuk bagi tanaman dan menumbuhkan microorganisme yang dapat berdampak positif pada kesuburan tanah. Dengan demikian mulsa juga dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Bahan mulsa sebaiknya secara periodik ditambah setelah pembusukan telah terjadi sehingga fungsi konservasi tanah dan airnya tetap berfungsi. Bahan yang dipakai untuk mulsa dapat berupa batang padi, rumput alang-alang atau paku-pakuan yang biasanya merupakan bahan yang ditebas dari lokasi/lahan yang sedang digarap.



Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Our Akuntansi


0 komentar:

Post a Comment