Seleksi induk matang gonad
Untuk melakukan pemijahan induk, diperlukan induk – induk yang siap
pijah. Oleh karena itu, langkah awal yang harus kita lakukan dalam
pemijahan adalah melakukan seleksi induk siap pijah. Induk siap pijah,
selain dilihat dari umur dan ukuran induk, seperti yang sudah dijelaskan
pada materi sebelumnya, juga dilihat dari tingkat kematangan gonadnya.
Tingkat kematangan gonad ialah tahapan perkembangan gonad sebelum dan
sesudah induk krustasea memijah. Gonad adalah organ reproduksi yang
berfungsi menghasilkan sel kelamin (gamet). Gonad yang terdapat ditubuh
induk jantan disebut testis berfungsi menghasilkan spermatozoa,
sedangkan gonad yang terdapat dalam induk betina dinamakan ovari,
berfungi menghasilkan telur (ovum). Semakin meningkat kematangan
gonadnya, telur dan sperma semakin berkembang. Pengamatan tentang
tahap-tahap kematangan gonad dapat dilakukan secara morfologi dan secara
histologi. Pengamatan secara morfologi dapat dilakukan di lapangan dan
di laboratorium, sedangkan pengamatan secara histologi hanya dapat
dilakukan di laboratorium.
Tingkat perkembangan gonad pada induk jantan tidak dapat diketahui secara visual, akan tetapi dapat dilihat secara histologi. Gonad pada induk jantan akan menghasilkan spermatozoa melalui proses spermatogenesis. Pada proses ini, spermatogonia akan mengalami pembelahan meiosis menjadi spermatosit dan spermatosit ini kemudian terbagi menjadi spermatozoa dan spermatids. Berdasarkan dari beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa udang dengan panjang 155 mm dapat melakukan perkawinan setiap saat.
Sedangkan perkembangan gonad pada reproduksi induk betina ditandai dengan berkembangnya oosit yang mengakumulasi vitellin. Dalam individu telur terdapat proses yang disebut vitellogenesis, yaitu terjadinya pengendapan kuning telur pada tiap – tiap individu telur. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan – perubahan dalam gonad. Proses vitellogenesis ini dimulai dari sinyal lingkungan yang diterima oleh sistem saraf pusat dan akan diteruskan ke hipothalamus, sehingga hipothalamus akan melepaskan hormon GnRH (gonadothropin releasing hormone) yang selanjutnya bekerja pada kelenjar hipofisa. Hal ini menyebabkan hipofisa melepaskan hormon gonadotropin-I, sehingga gonada dapat mensintesis testosteron dan estradiol-b. Estradiol-b inilah yang selanjutnya akan merangsang hati untuk mensintesis vitelogenin (bakal kuning telur). Selanjutnya, vitellogenin akan diakumulasi sebagai vitellin, yang merupakan sumber nutrisi selama proses embriogenesis.
Sementara itu, pada proses oogenesis (pembentukan sel telur), terjadi pembelahan meiosis pertama, dimana oogonium berubah menjadi oosit. Pada pembelahan meiosis pertama ini, oosiit mengakumulasi RNA pada tahap previtellogenesis, mengakumulasi butir minyak dan PAS (periodic acid-Schiff) pada tahapan endogenous vitellogenic, dan mengakumulasi bakal kuning telur pada tahapan exogenous vitellogenic. Vitelogenin tersebut dibawa oleh aliran darah menuju gonad dan secara selektif akan diserap oleh oosit, sehingga oosit akan tumbuh membesar dan tidak mengalami perubahan apapun (fase dorman) dan menunggu sinyal lingkungan lagi untuk dikeluarkan dari tubuh induk dalam proses pemijahan melalui pembelahan meiosis kedua.
Kematangan gonad dapat terjadi beberapa hari sampai beberapa minggu setelah ablasi. Pada keadaan induk yang telah mengalami perkembangan gonad sebelum ablasi, peneluran dapat terjadi paling cepat 3 hari setelah ablasi. Untuk itu, 3 hari setelah proses ablasi, sebaiknya dilakukan pemantauan TKG yang bertujuan untuk menghindari terjadinya proses peneluran pada bak pemeliharaan.
Pada udang windu dan vannamei, tingkat kematangan gonad diukur berdasarkan perkembangan ovari, yang terletak dibagian punggung atau dorsal dari tubuh udang, mulai dari carapace sampai kepangkal ekor (telson). Ovari tersebut berwarna hijau sampai hijau gelap, makin matang ovari makin gelap warnanya dan tampak melebar serta berkembang kearah kepala (carapace).
Pada dasarnya, kematangan gonad udang dapat dibedakan menjadi 4 tingkatan, yaitu :
Pemeriksaan ovari udang windu/vannamei dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
1) Bak pemeliharaan/perkawinan disurutkan airnya hingga ± 50 cm
2) Sinari bagian tubuh udang dengan lampu yang kedap air.
3) Induk betina yang telah matang pada bagian atas tubuhnya (abdoment) nampak garis hitam tebal dan berlekuk di bagian kepala, dan menandakan bahwa induk telah mengalami TKG III dan siap untuk memijah
4) Induk yang telah mengalami TKG III kemudian dipisahkan dan dimasukkan ke dalam bak pemijahan atau bak peneluran.
Tingkat kematangan gonad induk udang windu dan vannamei agak berbeda dengan udang galah dalam hal lokasi pemeriksaan ovariumnya dan perubahan warnanya, dimana kematangan gonad udang galah dilihat pada bagian carapacenya saja karena tidak mengalami pelebaran hingga menuju bagian abdomen. Selain itu, perkembangan warna ovari pada udang galah adalah dari hijau kehitaman hingga kuning cerah. Tingkat kematangan gonad induk udang galah seperti terlihat pada Tabel 18. dibawah ini.
Induk yang sudah mencapai TKG III dapat dikumpulkan dan dipindahkan ke dalam bak pemijahan dan penetasan telur yang diberi tutup agar ketenangan induk tidak terganggu, sehingga proses peneluran dapat terjadi dengan baik. Peneluran induk betina terjadi apabila sperma membuahi sel telur.
Tingkat perkembangan gonad pada induk jantan tidak dapat diketahui secara visual, akan tetapi dapat dilihat secara histologi. Gonad pada induk jantan akan menghasilkan spermatozoa melalui proses spermatogenesis. Pada proses ini, spermatogonia akan mengalami pembelahan meiosis menjadi spermatosit dan spermatosit ini kemudian terbagi menjadi spermatozoa dan spermatids. Berdasarkan dari beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa udang dengan panjang 155 mm dapat melakukan perkawinan setiap saat.
Sedangkan perkembangan gonad pada reproduksi induk betina ditandai dengan berkembangnya oosit yang mengakumulasi vitellin. Dalam individu telur terdapat proses yang disebut vitellogenesis, yaitu terjadinya pengendapan kuning telur pada tiap – tiap individu telur. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan – perubahan dalam gonad. Proses vitellogenesis ini dimulai dari sinyal lingkungan yang diterima oleh sistem saraf pusat dan akan diteruskan ke hipothalamus, sehingga hipothalamus akan melepaskan hormon GnRH (gonadothropin releasing hormone) yang selanjutnya bekerja pada kelenjar hipofisa. Hal ini menyebabkan hipofisa melepaskan hormon gonadotropin-I, sehingga gonada dapat mensintesis testosteron dan estradiol-b. Estradiol-b inilah yang selanjutnya akan merangsang hati untuk mensintesis vitelogenin (bakal kuning telur). Selanjutnya, vitellogenin akan diakumulasi sebagai vitellin, yang merupakan sumber nutrisi selama proses embriogenesis.
Sementara itu, pada proses oogenesis (pembentukan sel telur), terjadi pembelahan meiosis pertama, dimana oogonium berubah menjadi oosit. Pada pembelahan meiosis pertama ini, oosiit mengakumulasi RNA pada tahap previtellogenesis, mengakumulasi butir minyak dan PAS (periodic acid-Schiff) pada tahapan endogenous vitellogenic, dan mengakumulasi bakal kuning telur pada tahapan exogenous vitellogenic. Vitelogenin tersebut dibawa oleh aliran darah menuju gonad dan secara selektif akan diserap oleh oosit, sehingga oosit akan tumbuh membesar dan tidak mengalami perubahan apapun (fase dorman) dan menunggu sinyal lingkungan lagi untuk dikeluarkan dari tubuh induk dalam proses pemijahan melalui pembelahan meiosis kedua.
Kematangan gonad dapat terjadi beberapa hari sampai beberapa minggu setelah ablasi. Pada keadaan induk yang telah mengalami perkembangan gonad sebelum ablasi, peneluran dapat terjadi paling cepat 3 hari setelah ablasi. Untuk itu, 3 hari setelah proses ablasi, sebaiknya dilakukan pemantauan TKG yang bertujuan untuk menghindari terjadinya proses peneluran pada bak pemeliharaan.
Pada udang windu dan vannamei, tingkat kematangan gonad diukur berdasarkan perkembangan ovari, yang terletak dibagian punggung atau dorsal dari tubuh udang, mulai dari carapace sampai kepangkal ekor (telson). Ovari tersebut berwarna hijau sampai hijau gelap, makin matang ovari makin gelap warnanya dan tampak melebar serta berkembang kearah kepala (carapace).
Pada dasarnya, kematangan gonad udang dapat dibedakan menjadi 4 tingkatan, yaitu :
- TKG I (Early Maturing Stage) : Garis ovari kelihatan hijau kehitam - hitaman yang kemudian membesar. Pada akhir TKG I garis nampak jelas pada bagian punggung berupa garis lurus yang tebal.
- TKG II (Late Maturing Stage) : Warna ovari semakin jelas dan semakin tebal. Pada akhir TKG II ovarium membentuk gelembung pada ruas abdomen pertama dan kedua.
- TKG III (The Mature Stage) : Terbentuk beberapa gelembung lagi sehingga ovarium mempunyai beberapa gelembung pada ruas abdomennya. Gelembung pada ruas pertama membentuk cabang ke kiri maupun kekanan yang menyerupai setengah bulan sabit. Tingkat ini merupakan fase terakhir udang melepas telurnya.
- TKG IV (Spent Recovering Stage) : Bagian ovarium terlihat pucat dan kosong yang berarti telur telah dilepaskan.
Pemeriksaan ovari udang windu/vannamei dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
1) Bak pemeliharaan/perkawinan disurutkan airnya hingga ± 50 cm
2) Sinari bagian tubuh udang dengan lampu yang kedap air.
3) Induk betina yang telah matang pada bagian atas tubuhnya (abdoment) nampak garis hitam tebal dan berlekuk di bagian kepala, dan menandakan bahwa induk telah mengalami TKG III dan siap untuk memijah
4) Induk yang telah mengalami TKG III kemudian dipisahkan dan dimasukkan ke dalam bak pemijahan atau bak peneluran.
Tingkat kematangan gonad induk udang windu dan vannamei agak berbeda dengan udang galah dalam hal lokasi pemeriksaan ovariumnya dan perubahan warnanya, dimana kematangan gonad udang galah dilihat pada bagian carapacenya saja karena tidak mengalami pelebaran hingga menuju bagian abdomen. Selain itu, perkembangan warna ovari pada udang galah adalah dari hijau kehitaman hingga kuning cerah. Tingkat kematangan gonad induk udang galah seperti terlihat pada Tabel 18. dibawah ini.
Induk yang sudah mencapai TKG III dapat dikumpulkan dan dipindahkan ke dalam bak pemijahan dan penetasan telur yang diberi tutup agar ketenangan induk tidak terganggu, sehingga proses peneluran dapat terjadi dengan baik. Peneluran induk betina terjadi apabila sperma membuahi sel telur.
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Our Akuntansi
0 komentar:
Post a Comment