-->

Pengujian mutu benih.

Pengujian benih ditujukan untuk mengetahui mutu atau kualitas dari suatu jenis atau kelompok benih. Data dan informasi mengenai benih yang diuji tentunya akan sangat bermanfaat bagi produsen, penjual maupun bagi konsumen benih. Dengan demikian konsumen dapat memperoleh jaminan mengenai benih yang akan digunakan. Karena itu, penggunaan benih berkualitas akan mendukung pembangunan hutan berkualitas.  

Pengujian benih dilakukan di laboratorium untuk menentukan mutu benih, baik mutu fisik maupun mutu fisiologik suatu jenis atau kelompok benih. Pengujian mutu fisik benih mencakup kegiatan pengambilan contoh benih, pengujian kemurnian benih, kadar air benih dan berat 1000 butir benih. 
Sedangkan pengujian terhadap mutu fisiologik benih mencakup kegiatan pengujian daya kecambah atau daya hidup dan kesehatan benih. Uji daya kecambah benih dapat dilakukan secara langsung dengan mengamati dan membandingkan unsur-unsur tumbuh penting dari benih pada suatu periode uji tertentu. 

Uji daya hidup benih dapat pula dilakukan secara tidak langsung, yaitu dengan mengukur aktivitas metabolisme benih misalnya dengan menggunakan uji Tetrazolium. Pengujian dengan menggunakan uji Tetrazolium lebih bersifat kepada pendugaan daya hidup benih bukan untuk mengukur daya kecambah benih. Oleh karena itu, untuk mengetahui daya kecambah benih yang sesungguhnya harus dilakukan uji perkecambahan. Namun demikian, untuk menduga daya hidup benih yang paling cepat, metode uji Tetrazolium merupakan alternatif yang dapat digunakan. Dalam melaksanakan pengujian benih, harus menggunakan benih murni dari contoh kerja Pengambilan contoh uji benih dalam rangka mempertahankan identitas asal-usul benih (sebagai bentuk menjaga kualitas genetik) harus dilakukan secara hati-hati. Perlu dipahami bersama bahwa kehilangan identitas dari asal-usul benih akan sangat mempengaruhi terhadap pendugaan dan pengembangan genetik dan akan kehilangan informasi yang berharga. Sampai saat ini, untuk menjaga kualitas genetik benih masih menganut pendekatan identitas sumber benih (penelusuran asal-usul benih). 

Dalam hal pengembangan benih dan bibit berkualitas, maka posisi sumber benih sangat memegang peranan penting. Melalui pengujian benih, akan dihasilkan informasi mengenai mutu benih yang akan ditanam. Informasi tersebut sangat dibutuhkan oleh produsen benih dalam hubungannya dengan pemasaran benih. Bagi pemakai/konsumen benih, informasi tersebut merupakan pedoman untuk menetapkan jumlah benih yang dibutuhkan serta bagaimana perlakuannya. 
Pengujian benih juga merupakan kegiatan pengawasan terhadap mutu benih yang beredar. Data dan informasi hasil dari kegiatan pengujian benih harus dituangkan dalam bentuk dokumen yang memiliki kekuatan hukum/yuridis. Sampai saat ini pihak yang berwenang dan ditunjuk oleh pemerintah sebagai penerbit dokumen yang memiliki kekuatan hukum adalah Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH). 

Untuk mengetahui bagaimana alur proses pengurusan pengujian mutu benih hutan yang diperdagangkan di Indonesia yaitu dapat dilihat pada Gambar17.

1) Pengujian Mutu Fisik

Pengujian mutu fisik benih merupakan bentuk kegiatan pengujian terhadap benih yang diuji untuk mendapatkan informasi tentang kondisi fisik benih. Kondisi fisik didefinisikan sebagai bentuk benihyangdapat dilihat secara kasat mata. Kondisi fisik benih dapat dilihat berdasarkan bentuk morfologi benih yang dapat dilihat secara kasat mata. 
Faktor-faktor yang dapat dijadikan sebagai indikator bagi kualitas fisik benih, yaitu :

a) Kemurnian benih

Pengujian kemurnian diperlukan sebagai upaya untuk mengetahui seberapa besar benih yang sebenarnya tanpa mempertimbangkan komponen lain selain benih. Kemurnian sangat diperlukan untuk menduga berapa berat benih yang diperlukan untuk memproduksi sejumlah bibit tertentu. Oleh karena itu, dalam penentuan keperluan benih untuk suatu tujuan produksi bibit, maka harus dipertimbangkan berapa kemurnian dari benih tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka jelas bahwa dengan diketahuinya informasi mengenai kemurnian benih, maka akan mendukung efisiensi dari penggunaan benih untuk tujuan produksi bibit.

Efisiensi sangat diperlukan untuk menghindari biaya yang harus dikeluarkan oleh konsumen apabila akan memproduksi bibit. Tidak diketahuinya data kemurnian benih tentunya dapat mengakibatkan inefisiensi/tidak efisien  dalam pembelian benih, sehingga secara ekonomis dapat merugikan. Disamping hal tersebut, dengan diketahuinya kemurnian, maka akan diperoleh data dan informasi kondisi benih yang sebenarnya (di luar komponen lain selain benih). Kemurnian benih merupakan persentase berdasarkan berat benih murni yang terdapat dalam suatu contoh benih.

Tujuan utama dari analisa kemurnian benih adalah: 
  • Untuk menentukan komposisi berdasarkan berat dari contoh benih yang akan diuji atau dengan kata lain komposisi dari kelompok benih. 
  • Identitas dari berbagai spesies benih dan partikel-partikel lain yang terdapat dalam contoh. 
    Karena itu, untuk analisa kemurnian benih, maka contoh uji yang dijadikan bahan analisa dapat dipisahkan menjadi 4 (empat komponen), yaitu : 
  • Benih murni yaitu semua benih dari spesies yang dinyatakan oleh pengirim atau berdasarkan penemuan dengan uji laboratorium. Benih murni dapat dikategorikan menjadi benih masak dan utuh. Benih yang berukuran kecil, mengerut, tidak masak.  Benih yang
    telah berkecambah sebelum diuji. Pecahan benih yang ukurannya lebih besar dari separuh benih yang sesungguhnya, asalkan dapat dipastikan bahwa pecahan benih itu termasuk ke dalam spesies yang dimaksud. 
  • Benih spesies lain yaitu komponen benih spesies lain mencakup semua benih yang ikut tercampur dalam contoh dan tidak dimaksudkan untuk diuji. 
Bahan lain atau kotoran yaitu termasuk semua pecahan benih yang tidak memenuhi persyaratan, baik dari komponen benih murni maupun benih spesies lain, partikel-partikel tanah, pasir, sekam, jerami dan bagian-bagian tanaman seperti ranting, daun dan lain-lain (dalam hal bagian-bagian tanaman termasuk sayap apabila benih memiliki sayap).
Untuk pelaksanaan pengujian kemurnian tentunya diperlukan peralatan yang harus digunakan dalam proses analisa.

Peralatan yang digunakan pada analisa kemurnian benih adalah :
  • Alat pembersih kotoran fisik (seed blower ) digunakan untuk memisahkan kotoran fisik yang ringan dari benih. Untuk membersihkan kotoran fisik yang dari benih biasanya dibutuhkan waktu lima menit dengan ukuran hembusan angin yang tergantung masing-masing benih.  
  • Alat pembersih kotoran (purity desk) yaitu untuk menghitung kotoran diambil contoh uji seberat 50 gram. Pemeriksaan kemurnian dilakukan di atas ”Purity desk ” dengan memisahkan benih tanaman lain, benih yang pecah, sisa benih hampa dan kotoran fisik yang berat. Benih hampa dapat dipisahkan dari benih murni dengan pertolongan”Diffusion light” yang terdapat pada purity desk tersebut. Makin halus benih biasanya makin banyak ditemui kotoran dan semakin perludilakukannya analisa kemurnian. 
  • Alat timbangan, untuk kelompok benih ringan digunakan alat timbangan halus (Torsionbalance) yang mempunyai maksimum 100 gram. Sedangkan untuk menimbang kelompok benih yang lebih berat digunakan timbangan kasar (Ohaus) yang kemampuannya bisa sampai 5 kg. 
  • Kaca pembesar, mikroskop strereo, forsep, saringan dan sebagainya. 
  • Kantong plastik; digunakan untuk menempatkan sementara benihyang akan dianalisa kemurniannya. 
  • Kertas label; digunakan untuk menandai identitas setiap benih yangdianalisa serta untuk mencantumkan data-data lain yangberhubungan dengan identitas benih agar tidak terjadi kesalahaninput data. 
  • Spidol; alat yang digunakan untuk menuliskan data-data yangberhubungan dengan identitas benih serta hasil analisa.
Dalam prakteknya, (untuk menguji kemurnian benih) apabila dalam seed handling   telah diterapkan dengan baik maka alat  seed blower ,dapat dikatakan kurang diperlukan. Demikian juga apabila purity desk tidak dimiliki maka pengujian dapat dilakukan di atas meja biasa, dengan alas yang berwarna kontras dengan warna benih. Sedangkan peralatan lainnya merupakan peralatan yang sangat diperlukan dalam pengujian benih.
Kebersihan dan kenyamanan ruang kerja serta situasinya akan sangat mendukung terhadap kenyamanan penguji. Oleh karena itu, suasana dan kenyamanan ruangan juga harus diperhatikan untuk dapat memperoleh data yang valid (menghindari human error).
Analisa kemurnian benih biasanya dilakukan secara duplo  (dua kali). Beda antara hasil ulangan pertama dan kedua tidak boleh lebih tinggi dari 5% atau harus lebih rendah dari 5%. Setiap komponen ditimbang lalu ditotal, dimana berat total seharusnya sama dengan berat mula-mula keseluruhan contoh uji untuk kemurnian, tetapi bisa juga kurang. Persentase dari setiap komponen didapatkan dari berat masing-masing komponen dibagi berat total, kali 100%. Hasilnya ditulis dalam 2 desimal (dua angka di belakang koma). 
Berikut diberikan suatu contoh hasil analisa kemurnian benih dimana contoh uji terdiri dari campuran dua jenis yakni benih mahoni (Swietenia spp.) dan jati (Tectona grandis), yang akan diuji kemurniannya adalah mahoni. 

Didapatkan hasil sebagai berikut: 
Benih murni (mahoni dan jati)= a %
Benih tanaman lain=b %
Kotoran= c %

Dari komponen benih murni diambil contoh uji, lalu diamati di atas purity desk (di atas meja). Dipisahkan antara benih mahoni dan jati kemudian ditimbang diperoleh benih mahoni = x gram dan jati = y gram. 

Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diperoleh informasi:
Persen benih murni mahoni sesungguhnya adalah:   (X/ Y) x a%
Persentase benih tanaman lain sekarang adalah  : (X / Y) x a%+b%
Kotoran tetap = c %.  

Apabila contoh uji tersebut terdiri dari dua atau lebih jenis yang sulit dibedakan, maka diperbolehkan untuk memasukkan dan menimbang benih-benih yang serupa dalam satu komponen (dengan catatan tidak kehilangan informasi dari asal-usul benih yang diuji).

b) Penentuan kadar air

Kadar air adalah kandungan air dalam benih yang diukur berdasarkan hilangnya kandungan air tersebut dan dinyatakan dalam persen. Kadar air yang terkandung di dalam benih akan sangat mempengaruhi kualitas fisiologis benih. Bahkan untuk kondisitertentu dapat berpengaruh juga terhadap kualitas fisik benih. 
Penentuan kadar air benih dari suatu kelompok benih sangat penting untuk dilakukan. Dasar pemikirannya adalah laju kemunduran suatu benih dipengaruhi oleh kadar airnya. Di dalam batas tertentu, makin rendah kadar air benih makin lama daya hidup benih tersebut. 
Kadar air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah 6 %-8 % (jenis ortodoks). Sedangkan kadar air untuk jenis rekalsitran > 12 %. Kadar air yang terlalu tinggi untuk jenis-jenis benih ortodoks dapat menyebabkan benih berkecambah sebelum ditanam. Sedangkan dalam penyimpanan menyebabkan naiknya aktifitas pernapasan yang dapat berakibat terkuras habisnya bahan cadangan makanan dalam benih.Selain itu, dapat merangsang perkembangan cendawan patogen didalam tempat penyimpanan. Tetapi harus diperhatikan juga kondisi sebaliknya, dimana pada saat benih memiliki kadar air yang terlalu rendah dapat menyebabkan kerusakan pada embrio.
Secara umum, ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan pada saat menguji kadar air adalah :
Berat minimal contoh uji untuk analisa kadar air adalah 10 gram, untuk benih berukuran besar dan 5 gram untuk benih berukuran kecil. Dibungkus terpisah dari contoh benih untuk pengujian viabilitas. Untuk mencegah terjadinya perubahan kadar air benih selama dalam pengiriman ke laboratorium, maka contoh benih harus dimasukkan dalam kantong alumunium, kaleng atau botol yang tertutup rapat. Contoh harus segera dikirimkan dan analisa harus secepat mungkin dikerjakan. Pengujian harus cepat dilakukan, karena benih memiliki sifat higroskopis dan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan (suhu dan kelembaban).
Contoh uji antara proses pengujian kadar air dengan contoh uji untuk menguji viabilitas harus dipisahkan, karena contoh uji yang digunakan untuk pengujian kadar air menyebabkan kematian embrio, sehingga apabila digunakan untuk pengujian viabilitas benih tidak akan mewakili informasi yang diinginkan.
Penentuan kadar air dikerjakan secara duplo. Perbedaan hasil antar ulangan tidak boleh lebih besar dari 0.2%. Apabila didapati perbedaan hasil yang lebih besar, maka analisa harus diulang kembali! Sebelum analisa dilakukan, contoh benih harus diaduk dengan menggunakan alat pengaduk di dalam kaleng atau botol asalnya. Pengaduk dimaksudkan untuk mendapatkan contoh uji yang homogen. Untuk benih-benih tertentu (benih yang banyak tercampur kotoran) harus diaduk di atas baki pencampur dan dikerjakan secepatnya.
Hasil pengukuran kadar air harus dicatat dan didokumentasikans ebagai data yang mendukung untuk penerbitan sertifikat mutu benih. Prinsipnya metode yang digunakan untuk mengukur kadar air benih ada dua macam, yaitu metode praktis  dan metode dasar

(1) Metode Praktis

Metode pengukuran kadar air secara praktis mudah dilaksanakan tetapi hasilnya kurang teliti, sehingga sering perlu dikalibrasikan terlebih dahulu. Metode praktis terdiri dari  metode  Calcium carbide,, metode Electric moisture  meter. Dengan menggunakan metode praktis ini akan diperoleh data langsung dari alat yang digunakan.  Kesalahan dalam pengukuran dapat terjadi akibat alat yang digunakan atau kesalahan dalam pembacaan.

(2) Metode Dasar

Metode dasar ini kadar air ditentukan dengan mengukur kehilangan berat yang diakibatkan oleh pengeringan/pemanasan pada kondisi tertentu dan dinyatakan sebagai persentase dari berat mula-mula. Penentuan kadar air benih melalui metode dasar meliputi; metode oven, metode destilasi, metode Karl Fisher. 
Pemilihan metode untuk mengukur kadar air akan sangat ditentukan oleh ketersedian peralatan. Untuk pengukuran dengan metode praktis lebih cenderung harus menyediakan peralatan khusus, tetapi kadar air dapat diketahui dengan cepat. Sedangkan untuk metode dasar, data kadar air diperoleh agak lama. 
Metode yang digunakan untuk menguji kadar air benih dapat secara langsung maupun tidak langsung. Pada dasarnya metode langsung, yaitu menguji kadar air dengan menggunakan pengering (oven). Dalam hal ini, perbedaan berat antara benih sebelum dioven dengan setelah dioven merupakan air yang hilang (kadar air). Sedangkan metode tidak langsung lebih menduga kadar air dengan menggunakan daya penghantar listrik. Secara jelas teknik yang dapat dilakukan untuk menguji kadar air adalah :

(a)  Pengujian kadar air secara langsung

Pengujian kadar air secara langsung yaitu dengan:
  • Metode oven temperatur rendah (konstan) Metode oven temperatur rendah yaitu menggunakan temperatur (103±2) oC dan dikeringkan selama 17 ± 1 jam.  Periode pengeringan dimulai pada waktu oven menunjukkan temperatur yang diinginkan. Setelah pengeringan, contoh benih beserta cawannya disimpan dalam desikator selama 30-45 menit untuk pendinginan, kemudian benih ditimbang beserta wadahnya. Selama penimbangan, kelembaban di ruang laboratorium harus kurang dari 70%.
  • Metode oven temperatur tinggi (konstan) Metode oven temperatur tinggi  yaitu sama dengan metode oven temperatur rendah, hanya temperatur oven yang digunakan 130 133 oC dan waktu yang digunakan relatif lebih rendah (4 jam untuk Zea mays,  2 jam untuk sereal lain dan 1 jam untuk jenis lainnya). 

(b) Pengujian kadar air secara tidak langsung

Pengujian kadar air secara tidak langsung yaitu dilakukan dengan menggunakan alat-alat yang berdasarkan mekanismenya kepada daya penghantar listrik. Benih yang mengandung lebih banyak air akan memiliki daya penghantar listrik lebih besar apabila dibandingkan dengan benih yang relatif lebih kering. 
Alat yang digunakan adalah steinlite, Dole, Dicky John. Untuk pelaksanaan pengukuran kadar air, harus didukung oleh peralatan. Peralatan yang diperlukan adalah :
  • Timbangan dengan ketelitian sampai dengan 1 mg. 
  • Alat penggiling yang bisa diatur dan memenuhi persyaratan sebagaiberikut: 
  • Terbuat dari bahan non-absorbat. Konstruksinya sedemikian rupa sehingga sebanyak mungkin dapat melindungi benih atau bahan yang digiling dari udara terbuka.
  • Menghasilkan gilingan yang rata pada kecepatan yang tidak menimbulkan panas pada bahan yang digiling.
  • Oven listrik dengan ventilasi baik dan alat pengontrol thermostik untuk menjaga agar temperatur tetap konstan. 
  • Alat mengukur kadar air (moisture tester). 
  • Desikator yang dilengkapi dengan sebuah piring logam atau porselin dan bahan pengering yang cukup (desikan). 
  • Saringan kawat dengan diameter 0.5 mm, 1.0 mm dan 4.0 mm 
  • Wadah yang terbuat dari logam anti karat atau gelas dengan tebal + 0.5 mm, diameter minimal 5 cm dan dilengkapi tutup yang baik. Bagian dasar wadah datar dengan tepi membentuk sudut lengkung.

Beberapa jenis benih harus dihancurkan halus atau kasar, sebelum dikeringkan. Benih-benih yang mempunyai kadar minyak tinggi tidak perlu digiling, karena benih tersebut sulit untuk dihancurkan. Lagi pula terjadinya oksidasi dari minyak selama penggilingan akan menyebabkan penambahan berat, yang akan berakibat terjadinya kesalahan dalam penentuan kadar air benih. Contoh penentuan kadar air dengan menggunakan metode langsung yaitu seperti pada Tabel 3

 

c) Pengukuran Berat 1000 Butir Benih

Penimbangan berat untuk 1000 butir benih dilakukan karena karakter ini merupakan salah satu ciri dari suatu jenis benih.  Hal ini dicantumkan dalam label deskripsi jenis benih. 
Tujuan pengukuran berat 1000 butir benih adalah untuk mengetahui berat setiap kelompok benih per 1000 butir benih dan menentukan efisiensi penentuan berat 1000 butir yang dinyatakan dalam gram. Penentuan berat 1000 butir dapat dipergunakan untuk mengetahui jumlah benih per kg dari suatu jenis yang dapat dijadikan standar dalam perencanaan kebutuhan benih untuk persemaian maupun penanaman. 

Benih dapat dihitung secara manual dengan menggunakan sebuah spatula dan diletakkan pada sebuah tempat dengan warna permukaan kontras terhadap warna benih, kemudian jumlah benih tersebut ditimbang. Pekerjaan menghitung jumlah benih akan lebih mudah dengan menggunakan alat penghitung benih automatik. Bila alat tersebut digunakan secara benar maka tingkat ketepatannya adalah sekitar + 5%. 

Menentukan berat 1000 butir benih dapat dilakukan dengan prosedur 1 x1000 butir, yaitu dengan menghitung sejumlah 1000 butir benih kemudian ditimbang beratnya. Teknik lain dapat dilakukan dengan prosedur 8 x 100 butir, yaitu dengan mengambil sejumlah 100 butir benih dengan 8 x ulangan secara acak dari contoh kerja, kemudian ditimbang. Selanjutnya menghitung koefisien keragaman dari berat 100 butir benih antara 8 ulangan tersebut dengan rumus:

Menurut peraturan ISTA jika koefisien keragaman tidak lebih kurang dari 4.0, maka analisa diterima.  Sedangkan jika CV lebih dari 4, maka ulangan ditambah 8 ulangan (menjadi 16 ulangan). Berat 1000 butir benih diperoleh dengan mengalikan berat rata-rata dengan nilai 10.  Contoh penentuan berat 1000 butir seperti pada Tabel 4



Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Our Akuntansi


0 komentar:

Post a Comment