-->

Pemanenan Susu

a) Pemerahan Dengan Tangan 

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan pemerahan :
  • Kandang harus dibersihkan dari segala kotoran terak, air kencing, sisa-sisa makanan dan sampah. 
  • Bersihkan dan cuci ambing, bagian lipat paha dan paha dengan sikat.  
  • Ternak yang akandiperah diberi pakan konsentrat lebih dahulu supaya ternak tersebut dalam keadaan tenang. Jangan diberi rumput, silase atau hijauan lainnya sebelum atau selama diperah.  
  • Alat-alat susu (ember susu, kan susu) harus bersih, oleh karena itu alat-alat susu yang dipakai untuk menampung dan menyimpan susu sebelumnya harus dicuci bersih.  
  • Mengikat ekor ternak, terutama dilakukan pada sapi-sapi yang sering mengibas-ngibaskan ekornya, karena dapat mengganggu pemerah dan kotoran yang terdapat pada ekor sapi tersebut dapat mencemari susu dalam ember yang dipakai untuk memerah. Sebaiknya ujung ekor sapi tersebut diikatkan pada salah satu kaki belakangnya. 
  • Mencuci ambing  dengan air bersih yang panas (50-60°C) dengan menggunakan lap yang bersih, kemudian ambing yang telah dicuci bersih dikeringkan dengan memakai handuk yang kering dan bersih. Pencucian ambing akan lebih baik bila dilakukan dengan cairan chloor yang mengandung 150-200 mg chloor per liter air. Tukang perah harus bersih tangannya selama melakukan pemerahan. Orang yang memerah hendaknya memakai pakaian yang bersih dan sebelum memerah tangannya harus dicuci bersih dengan sabun. Jika tangannya kotor karena memegang sapi sebelum atau saat memerah, maka tangan harus dicuci lagi sebelum melakukan pemerahan kembali. Tukang perah jangan memakai vaselin atau minyak sebagai pelicin pada pemerahan. 
  • Uji mastitis hendaknya dilakukan setiap melakukan pemerahan yaitu dengan memerah pakai tiga jari (ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah) pada setiap puting 2 atau 3 pancaran susu ke cangkir atau piring alumunium yang bagian dalamnya dicat hitam untuk mengetahui ada tidaknya kelainan susu yang terdapat dalam susu misalnya : darah, atau nanah. Hal ini menunjukkan adanya mastitis (radang ambing). Puting yang mengeluarkan susu abnormal harus disisihkan lebih dulu dan diperah yang terakhir sesudah selesai memerah sapi-sapi yang sehat ambingnya. Susu yang abnormal harus dipisahkan dari susu yang baik, sebab bila dicampur akan mengakibatkan kerusakan pada semua susu hasii pemerahan, Susu yang abnormal setetah dimasak dapat diberikan pada anak sapi, jika kualitasnya tidak begitu buruk.

b) Pemerahan Dengan Mesin 

Perah Metode pemerahan dengan mesin perah modern dewasa ini menggunakan cara mekanisasi, artinya pemerahan memakai mesin sebagai pengganti tangan. Dalam peternakan perah, mesin perah dibedakan :

- Sistem ember (Bucket system) 

Sistem ember adalah salah satu pernerahan memakai mesin sebagai pengganti tangan yang dapat dipindahpindah dari tempat satu ke tempat lain, cocok digunakan untuk petemak kecil, susu ditampung di ember yang terdapat di setiap mesin. Setelah susu hasil perahan setiap ekor sapi ditakar terlebih dahulu kemudian dituang di tangki pendingin. Pemerahan dengan sisitem ini dapat diterapkan di Indonesia pada peternak sapi perah yang jumlah sapi induk kurang dari 10 ekor atau pada peternak sapi perah rakyat yang kandangnya berkelompok. Pemerahan dengan sistem ember ini perlu dirintis di Indonesia dengan harapan dapat menekan kandungan kuman dalam susu.

Mesin perah sistem ember terdiri dari bagian-bagian :
  • Sebuah motor pembangkit vakum 
  • Pipa vakum 
  • Selang karet vakum 
  • Pulsator 
  • Ember penampung susu 
  • Pengatur pulsasi 
  • Tabung perah (teat cup} yang terbuat dari logam tahan karat dan karet inflasi di dalam tabung perah 
  • Selang susu 
Mesin perah bekerja atas dasar perbedaan tekanan udara yang dibangkitkan oleh motor pembangkit vakum atau pompa vakum. Perbedaan tekanan udara ini menyebabkan karet inflasi di dalam tabung perah kembang kempis memijat puting. Pada waktu udara masuk ke dalam tabung perah, yaitu diantara tabung perah dan karet inflasi, karet inflasi mengempis. Peristiwa ini disebut fase istirahal. Selanjutnya udaran di dalam tabung menjadi hampa udara. Oleh karena itu di dalam tabung dan karet inflasi kompa (tidak ada tekanan) sedangkan di dalam ambing bertekanan, maka susu terdorong keluar/tersedot. Peristiwa ini disebut fase perah, Demikian seterusnya, fase perah dan fase istirahat datang silih berganti. Supaya fase perah dan fase instirahat dapat berlangsung secara bergantian, maka mesin perah dilengkapi dengan pulsator yang berfungsi mengatur tekanan udara antara keadaan bertekanan dan hampa udara. Dengan kala lain, pulsator mengatur fase istirahat dan fase perah. Bila kiep atau tombol vakum ditutup maka udara dari luar masuk dan berhentilah kegiatan pemeraban dan karet inflasi kembali berbentuk semula. 

Rasio pulsasi adalah perbandingan antara fase perah dan fase istirahat. Untuk mesin perah sistem ember/baket, rasio pulsasi 60 : 40 per satuan waktu, artinya dalam satuan waktu-waktu fase pemerahan berlangsung 60 kali dan fase istirahat 40 kali per satuan waktu. Laju pulsasi, laju atau besar keeilnya pulsasi di atur oleh tombol pengatur pulsasi yang terletak di bawah keempat tabung perah. Laju pulsasi disetel sesuai dengan anjuran pabrik pembuat mesin.
Meningkatkan laju pulsasi melebihi anjuran tidak akan mempercepat pemerahan, bahkan dapat menyebabkan luka-luka yang sering pada puting dan ambing. Tekanan pada mesin perah disetel pada saat instalasi mesin perah di pasang. Tekanan yang terlalu lemah membuat tabung perah tidak dapat menempel pada puting. Mintalah bantuan teknisi untuk menyetel tekanan vakum dan pemeriksaan secara berkala.

- Sistem pipa (Pipe line system)

Pada sistem ini pemerah langsung juga berada di dalam kandang dimana sapi yang diperah tetap terikat ditempatnya. Mesin perah dipindah dari sapi satu ke sapi berikutnya. Sedang susu hasil pemerahan langsung dialirkan ke dalam tangki pendingin mclalui pipa tanpa berhubungan dengan udara luar. 

- Sistem bangsal pemerahan (Milking parlor system) 

Pemerahan berlangsung di suatu bangsal atau ruang khusus yang disiapkan untuk pemerahan. Di bangsal ini ditempatkan beberapa mesin perah. Setiap satu mesin melayani seekor sapi. Sasu hasil pemerahan langsung ditampung di tangki pendingin (cooling unit) sesudah melalui tabung pengukur produksi yang terdapat pada setiap mesin. Sapi yang akan diperah digiring ke bangsal pemerah melalui suatu ternpat (holding area) yang luasnya terbatas dan sapi berdesakan. 
Sistem bangsal perah (milking parlor system) bentuknya bermacam-macam antara lain :
  1. Sistem sirip ikan tunggal atau ganda (single/double heringbone milking, parlor). 
  2. Sistem sirip ikan berbentuk wajik (heringbone diamond shaped polygon milking parlor). 
  3. Sistem komidi putar (rotary milking parlor).



Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Our Akuntansi


0 komentar:

Post a Comment