-->

Tahap Menata Busana



a. Menganalisis naskah lakon . Naskah lakon adalah sumber gagasan sebuah pementasan teater. Gagasan kreatif seorang penata busana mengacu langsung pada naskah yang akan dipentaskan. Menganalisis naskah artinya adalah memahami naskah secara utuh. Seorang penata busana menganalisis naskah untuk mengetahui jenis busana, model, warna, tektur, dan motif yang dibutuhkan.  Memahami naskah bermula dari mempelajari tokoh, jaman maupun suasana dari latar cerita lakon. Keutuhan  tokoh yang menyangkut dimensi fisik, psikologis, dan latar sosial sangat menentukan arah rancangan busana. Seorang penata busana perlu juga mempelajari aktivitas tokoh yang menyangkut karakteristik akting. Seorang tokoh yang dalam naskah banyak melakukan adegan perkelahian dengan motif gerak silat, sehingga penata busana perlu membuat busana yang memiliki pola tertentu maka  memberi ruang gerak maksimal.  Dengan mempelajari naskah, seorang penata busana bisa mengetahui perubahan busana dalam setiap adegan atau babak. Semua aspek yang menyangkut fungsi busana dalam sebuah pementasan perlu dicermati oleh penata busana.  Memahami naskah akan memberikan ide kreatif terhadap penata busana. Saat mempelajari naskah, seorang penata busana perlu membuat catatan penting terkait gagasan atau hal-hal yang akan didiskusikan dengan tim artistik lain. Seorang penata busana juga perlu mencatat kesulitan, baik menyangkut model busana, maupun aspek teknik, sehingga memperoleh gambaran utuh tentang rancangan busana yang dibutuhkan.

b. Diskusi dengan sutradara dan penata artistik . Penata busana perlu melakukan diskusi dengan sutradara untuk memperoleh pemahaman  yang sama terhadap naskah. Gagasan sutradara tentang busana merupakan masukan penting bagi penata busana. Diskusi menyangkut model busana, bentuk, warna, motif, garis, dan kemungkinan akting yang membawa konsekuensi pada rancangan busana. Masukan sutradara menjadi landasan  untuk membuat desain. Diskusi dengan tim artistik menjadi proses kerja yang penting bagi seorang penata busana, khususnya dengan penata cahaya. Pencahayaan berpengaruh langsung pada dimensi dan
warna busana.  Penata busana  perlu menyampaikan warna yang dipakai sehingga tidak memunculkan efek lain yang tidak diinginkan. Dalam diskusi, semua gagasan artistik diungkapkan untuk mencapai kesepakatan pengolahan unsur estetik.

c. Mengenal tubuh pemain . Membuat busana terkait langsung dengan bentuk tubuh pemain. Tokoh dalam naskah mempunyai karakteristik tubuh yang tidak selalu sesuai dengan bentuk tubuh pemain. Bentuk tubuh pemain memiliki kelebihan dan kekurangan yang perlu dipertimbangkan dalam membuat rancangan busana. Oleh karena itu, penata busana perlu mencatat dengan cermat karakteristik tubuh pemain. Anatomi tubuh yang tidak sesuai perlu dicarikan solusinya sehingga sesuai dengan kebutuhan tokoh. 

d. Mendesain busana . Desain busana menentukan proses pengadaan dan produksi. Pengadaan dan produksi terkait dengan waktu, biaya, dan tenaga yang terlibat. Pengadaan busana dengan cara memadukan busana yang sudah ada, membutuhkan waktu dan biaya yang sedikit. Sebaliknya, busana yang harus diproduksi membutuhkan waktu, biaya, dan tenaga yang banyak. Hal ini perlu dipertimbangkan agar busana dapat disediakan tepat pada waktu yang telah ditentukan.  Desain busana berarti rancangan  tentang suatu bentuk dan model busana. Desain menjadi media untuk menggambarkan gagasan perancang busana dan menjadi penuntun dalam hal model, motif,  warna, bentuk, dan tekstur. Desain dalam produksi idealnya terwujud dalam bentuk desain produksi yang memuat petunjuk teknik, ukuran, dan detail busana. Fungsi lain desain adalah sebagai alat mengkomunikasikan gagasan kepada orang lain untuk dapat diwujudkan dalam bentuk busana. Secara garis besar, desain dibedakan menjadi dua, yaitu desain ilustrasi dan desain produksi.

1) Desain ilustrasi Desain ilustrasi busana merupakan desain dasar yang tidak memiliki keterangan spesifik tentang busana. Desain Ilustrasi busana berupa gambar yang menjadi gagasan dasar dan membutuhkan penjabaran teknik apabila hendak diproduksi. Desain busana bisa dibuat dengan gambar detail realistik, tetapi bisa juga desain busana juga dibuat dalam bentuk sketsa yang memuat ide secara global. Desain ilustrasi  
dengan gambar detil realistik akan memberikan kemudahan bagi sutradara dan tim tata artistik lain untuk memahami. Tetapi karena desain ilustrasi masih merupakan tahap awal, akan sedikit menyulitkan bagi penata busana untuk menggambar desain ulang setelah mendapatkan penyesuaian dari sutradara. Pada tahap awal, gambar desain berupa sketsa lebih dianjurkan karena masih ada penyesuaian di sana-sini sehingga tidak terlalu menyulitkan dalam mengubah gambar desainnya.   
          
2) Desain produksi Desain produksi adalah suatu desain yang dibuat dengan tujuan untuk diproduksi. Oleh karena itu mengandung keterangan teknik yang lebih rinci dan jelas, sehingga dapat dibaca dan diwujudkan ke bentuk busana yang sesungguhnya. Desain produksi sudah terkait dengan ukuran, model, potongan, teknik, dan pernak-pernik yang ada dalam busana. Misalnya busana yang harus mengaplikasikan payet atau benang tertentu sebagai hiasan dari busana tersebut.   

e. Mempersiapkan alat dan bahan . Persiapan alat adalah mempersiapkan peralatan yang digunakan untuk bekerja, atau kalau menggunakan tata busana dengan teknik drapery, maka peralatan yang digunakan tidak terlalu rumit, karena tata busana teknik drapery tidak terlalu banyak peralatan yang digunakan untuk bekerja. Peralatan utama yang digunakan hanya gunting untuk memotong bahan, dan pin sebagai alat bantu untuk penyemat kain.  
Bahan busana perlu disiapkan untuk tata busana pementasan sesuai dengan konsep dan gaya pementasan yang digagas oleh sutradara. Bahan busana bisa menggunakan busana yang sudah tersedia dan mengaplikasikan teknik padu padan, tetapi bisa juga busana harus diadakan demi pemenuhan konsep dan gaya pementasan. Ketika tata busana yang akan dibuat menggunakan teknik drapery, maka bahan yang perlu disiapkah hanya lembaran tekstil sejumlah pemeran yang ada dan berbagai jenis tali.

f. Memproduksi busana . Membuat busana untuk pementasan teater membutuhkan persiapan matang dan tata urutan kerja yang sistematik.  Seorang perancang busana tidak bisa bekerja sendiri, karena karyanya berhubungan dengan tata artistik lain. Dimensi dan warna busana tergantung pencahayaan yang dikerjakan penata cahaya. Rancangan busana harus mempertimbangkan masukan sutradara, karena sutradara yang mengetahui bentuk, pola, gaya permainan pemeran, dan konsep keseluruhan dari pertunjukan.  Pengerjaan busana untuk pementasan teater tergantung desain dan teknik pengerjaan. Suatu busana mungkin tidak perlu dibuat, karena dapat memanfaatkan busana yang ada tinggal ditata sesuai dengan disain rancangan. Ketika desain busana menuntut untuk diproduksi baru, maka  bisa diwujudkan dengan menyiapkan bahan sampai proses penjahitan. 



Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Our Akuntansi

1 komentar:

avatar
UnknownJuly 12, 2018 at 11:47 AM

Terimakasih atas informasinya, Silahkan Kunjungi website kami ^^
http://fauziaherbal.com/obat-herbal-leukorea/