-->

Menata Busana Dasar (Drapery)

Tata busana dasar untuk pembelajaran pertama diutamakan pada tata busana dengan mengaplikasikan teknik drapery. Teknik drapery adalah teknik pemakaian busana dari lembaran kain yang diaplikasikan ke tubuh dengan  mengaitkan dan  mengikat untuk memperoleh bentuk tertentu. Teknik ini bertujuan memperoleh bentuk tertentu dari pengolahan lembaran kain. Misalnya teater Yunani memakai teknik drapery untuk busana bagian luar. Pemakaian teknik ini biasanya pemain harus memakai  busana dasar. Busana dasarnya semacam baju tanpa lengan dengan bentuk lurus dan bisa juga celana. Menata busana dengan teknik drapery mengaplikasikan busana bungkus yaitu busana yang terdiri dari selembar kain berbentuk segi empat dan cara pemakaian dililitkan pada tubuh. Teknik drapery bisa berdiri sendiri dalam tata busana (busana drapery), tetapi bisa diterapkan pada busana lain. Penggunaan teknik drapery di Asia yaitu
penggunaan kain saree di India, dan di Indonesia, khususnya di suku Jawa adalah teknik penggunaan kain jarik. Sedang teknik drapery yang diaplikasikan pada busana jaman modern adalah aplikasi pemakaian jilbab pada busana muslim di Indonesia. 

a. Teknik drapery pada pemakaian kain saree Kain saree adalah sepotong kain panjang berbentuk segi empat yang digunakan sebagai bahan tata busana dengan cara membalut tubuh sehingga cocok untuk ukuran atau bentuk tubuh apapun. Panjang kain saree sekitar 5,5 meter dari bahan tekstil, dan cara pemakaiannya dengan menggunakan teknik drapery. Penggunaan kain saree biasanya digunakan pada busana luar, sedang untuk busana dasar menggunakan petticote (semacam rok panjang). Langkah pemakaian kain saree sebagai berikut:
1) Lilitkan petticote di pinggang seketat mungkin agar petticote tidak mudah lepas, sebaiknya memakai blouse yang pas dengan badan.
2) Ambil ujung saree dan selipkan salah satu ujung saree ke petticote (pada langkah ini yang perlu diperhatikan adalah ujung kain saree yang diselipkan berbeda dengan kain saree yang disampirkan, jadi jangan sampai terbalik). Kemudian putar saree ke kiri satu putaran penuh dan pastikan ujung saree satunya menyentuh lantai.
3) Mulai dari bagian saree yang terselip, dibuat lipatan (drapery) saree yang besarnya 7-12 cm dan jumlah lipatan kurang lebih 7 sampai 10 lipatan atau disesuaikan dengan panjang saree dan harus disisakan sebagian untuk disampirkan.
4) Selipkan lipatan yang telah dibuat di pinggang agak ke kiri sebelah pusar, kemudian selipkan bagian sisa saree (bukan ujung bagian saree yang akan disampirkan) dan pastikan ujung saree yang akan disampirkan menyentuh lantai.
5) Sampirkan sisa kain saree dan agar tidak mudah lepas bisa menggunakan peniti atau bross untuk menempelkan saree di blouse di bagian bahu.

b. Teknik drapery pada pemakaian jarik Jarik adalah kain persegi panjang yang biasa digunakan oleh suku Jawa untuk tata busana bawah. Jarik memiliki ukuran lebar sekitar 1,25 m dan panjang sekitar 2 m. Pemakaian jarik menggunakan satu titik pusat drapery, pada bagian tengah, yang di sebut wiron. Tata aturan penggunaan jarik berbeda antara pria dan
wanita. Tata aturan masih bisa bertambah kalau menggunakan jarik dengan motif batik. Tetapi yang paling utama adalah tata aturan pemakaian kain jarik antara pria dan wanita menggunakan teknik drapery.

1) Pemakaian jarik untuk wanita
a) Kaki kanan di posisikan di depan kaki kiri (seperti orang melangkah). Tujuan agar setelah jarik dipakai, masih bisa berjalan dengan nyaman.
b) Jarik dililitkan ke tubuh dari arah kiri ke kanan melingkari tubuh sampai kain jarik tersisa kurang lebih 60 cm untuk wiron.
c) Pertama kali jarik dililitkan, jarik yang disematkan harus ditarik agak banyak atau dilipat ujung atasnya membentuk segi tiga. Fungsi jarik ditarik agak banyak atau dilipat membentuk segi tiga adalah, ketika jarik dililitkan ke tubuh, jarik bagian dalam tidak terlihat atau menggantung (dalam bahasa Jawa “ngelewer). Fungsi lain adalah agar bentuk lilitan jarik bisa membentuk lekuk tubuh bagian bawah.
d) Ujung jarik yang tersisa, kemudian dibuat wiron atau wiru atau lipatan-lipatan jarik dan ditempatkan tepat ditengahtengah kaki.
e) Jarik yang dililitkan ketubuh bagian bawah harus menutupi mata kaki.
f) Setelah selesai jarik dililitkan ke tubuh, kemudian lilitan jarik tersebut diikat dengan tali, dan dililit dengan stagen (kain seperti obi tapi panjang dan berfungsi seperti ikat pinggang).

2) Pemakaian jarik untuk pria 
a) Posisi berdiri dengan kaki direnggankan senyaman mungkin.
b) Jarik dililitkan ketubuh dari arah kanan (jadi kebalikan dengan cara yang digunakan wanita).
c) Pertama kali jarik dililitkan, jarik yang disematkan harus ditarik sedikit, agar bagian dalamnya nanti tidak menggantung.
d) Jarik yang dililitkan harus diberi sisa kurang lebih 50 cm untuk membuat wiron.
e) Wiron dipaskan atau jatuh di tengah-tengah kaki.
f) Jarik yang dililitkan tidak menutupi mata kaki, tetapi harus menggangtung kurang lebih 5 cm di atas mata kaki.
g) Kain jarik yang dililitkan untuk pria, hasil akhirnya tidak membentuk lekuk tubuh bagian bawah, melainkan jatuh lurus ke bawah.
h) Setelah selesai melilitkan jarik, kemudian diikat dengan tali dan diperkuat dengan menggunakan stagen.

3) Teknik drapery pada pemakaian jilbab
a) Pakailah ciput ninja denga rapi sebagai busana dasar, lalu letakkan kerudung segi empat tanpa lipatan di tas kepala.
b) Tarik kedua sisi kerudung yang ada di depan ke arah belakang (di atas cepol, assesoris busana dasar), sematkan dengan peniti atau jarum pentul.
c) Tarik sisi kerudung bagian dalam ke arah kanan untuk menutupi dada.
d) Sematkan sisi kerudung di atas bahu dengan menggunakan jarum pentul.

Penataan busana dengan teknik drapery  adalah penataan busana yang paling tua, karena sejak jaman Mesir sudah mengenal teknik penataan busana ini. Penataan busana teater pada jaman Yunani lebih banyak menggunakan teknik drapery pada penataan busana. Teknik ini diaplikasikan untuk busana bawah, busana atas, dan busana terusan. Bahkan teknik ini juga diplikasikan pada sampiran maupun mantel pada jaman Romawi. Teknik drapery pada tata busana, bisa menggunakan satu titik pusat maupun dua titik pusat. Teknik drapery dengan satu titik pusat, sudah dijelaskan dan diaplikasikan pada penggunaan kain saree, jarik dan pada jilbab. Sedangkan teknik drapery yang menggunakan dua titik pusat, dipalikasikan pada pendukung busana, misalnya diplikasikan pada rok atau lengan kebaya, lengan blous dan lain-lain.



Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Our Akuntansi


0 komentar:

Post a Comment