-->

Ciri-Ciri Bibit Ternak Ruminansia Yang Baik Secara Umum

Keberhasilan di dalam agribisnis ternak ruminansia pedaging salah satunya  ditentukan oleh bagaimana peternak  mampu melakukan pemilihan bibit ( bakalan ) ternak  yang baik.  Untuk melakukan kegiatan pemilihan dan pengadaan bibit ( bakalan ) ternak, peternak harus tahu dan paham  tentang ciri-ciri ternak ruminansia yang baik secara umum.  Ternak ruminansia  (seperti sapi, kerbau, domba dan kambing) yang baik dapat dilihat dari  bentuk luarnya (eksterior)  maupun dilihat dari keturunannya (genetisnya).  Adapun ciri-ciri ternak ruminansia   yang  baik  secara umum adalah sebagai berikut:
 Sehat  tidak berpenyakitan
 Tidak cacat 
 Lincah  
 Tidak loyo
 Mata bersinar  
 Nafsu makan  tinggi atau baik
 Berdiri tegak dengan keempat kakinya 
 Kulit halus, mengkilat dan tidak mengidap penyakit kulit.
 Punggung lurus
 Dada lebar
 Jumlah gigi lengkap, dll

1) Sapi
Sapi adalah salah satu jenis ternak ruminansia yang cukup dikenal oleh masyarakat luas, baik di desa maupun di kota. Anak kecilpun sudah tau tentang apa itu sapi, apalagi orang tua.  Beternak sapi mempunyai beberapa manfaat dan merupakan suatu usaha yang mempunyai prospek yang cukup menjanjikan. Sapi juga merupakan ternak  yang paling berperan dalam memenuhi kebutuhan sumber protein hewani.  Salah satu manfaat yang secara langsung dapat dirasakan pada kita semua adalah ternak sapi sangat bermanfaat bagi manusia sebagai sumber protein hewani yang paling besar yaitu sebagai penghasil daging. Dengan kata lain dikatakan bahwa kebutuhan daging sapi meningkat sejajar dengan meningkatnya taraf hidup bangsa.
Sumberdaya manusia berkualitas dapat terpenuhi apabila makanan yang dikonsumsi setiap harinya memenuhi gizi.  Gizi yang berasal dari hewani dapat berupa, susu, telur dan daging. Kebutuhan akan daging salah satunya dapat dipenuhi dari ternak sapi. Walaupun mudah dalam pemeliharaannya agar ternak sapi dapat berproduksi secara  optimal maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain : kandang dan perlengkapannya, bibit, pemberian pakan dan minum,   penanganan kesehatan dan pemanenan.  Pada kesempatan ini pembahasannya hanya ditekankan  di pengadaan bibit ( bakalan)  atau pemilihan bibit saja.
Pemilihan bibit sapi  tergantung dari tujuannya apakah bibit tersebut dipersiapkan untuk diggemukkan atau untuk di budidayakan (dalam arti sapi dipelihara untuk menghasilkan keturunan atau anak). Beberapa tahun terakhir ini banyak petani mengusaha sapi untuk menghasilkan anak. Apabila petani/peternak ingin mengusahakan/membudidaya ternak sapi untuk menghasilkan keturunan, maka harus didukung oleh pengetahuan dan ketrampilan dalam bidang reproduksi dan pemuliaan ternak, sehingga akan  menghasilkan bibit sapi yang  mempunyai kualitas yang baik. Sedangkan apabila petani/peternak memilih bibit/bakalan untuk digemukkan juga harus mempunyai ketrampilan dalam memilih, apakah sapi tersebut bisa cepat tumbuh besar dan bisa  cepat gemuk  apabila digemukkan.
Usaha penggemukan pada ternak sapi pedaging/potong pada dasarnya sudah dirintis sejak dahulu kala, namun ternak yang digemukkan adalah ternak sapi yang sudah mencapai umur 2-3 tahun.  Akan tetapi, dewasa ini ternak sapi yang digemukkan pada umur yang sangat muda, yaitu 12-18 bulan atau paling tua umur 2,5 tahun, karena pada umur tersebut ternak sapi sudah memasuki fase pertumbuhan baik pembentukan kerangka maupun jaringan daging. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka  petani/peternak perlu memperhatikan hal-hal yang berkaitan dalam usaha penggemukan ternak sapi yang meliputi:

a) Ternak calon untuk digemukkan yang baik adalah bila ternak-ternak yang digemukkan memiliki keseragaman, baik umur maupun besar/berat tubuhnya. Kelompok ternak yang memiliki keseragaman semacam ini akan lebih menguntungkan peternak dalam berbagai hal, diantaranya ternak yang seragam akan lebih mempermudah tatalaksana dan pada umumnya ternak yang seragam akan mempunyai pertumbuhan yang relatif seragam, karena dalam persaingan mendapatkan pakan tidak ada yang selalu dikalahkan.

b) Jumlah ternak yang akan digemukkan sebenarnya tidak ada batasan, akan tetapi hal ini tergantung kepada peternak itu sendiri sehubungan dengan penyediaan fasilitas penunjang yang ada, seperti lahan untuk penyediaan pakan hijauan, atau kemudahan untuk memperoleh pakan, kandang serta kemampuan peternak dalam pengelolaan.

c) Pada dasarnya setiap jenis atau bangsa ternak sapi akan memiliki keunggulan dan kelemahan, akan tetapi agar diperoleh hasil yang baik diperlukan bangsa atau jenis ternak tertentu yang laju pertumbuhan dan mutu dagingnya bagus. Selain itu peternak yang berhasil pada umumnya bisa memilih bangsa-bangsa ternak sapi yang adaptasi terhadap lingkungannya baik dan bangsa-bangsa ternak sapi yang telah populer dikalangan peternak.
Selain tersebut diatas, agar diperoleh calon bakalan yang baik yang dapat digunakan sebagai ternak penggemukan, maka peternak perlu mengetahui kriteria dasar sebagai pedoman untuk pemilihan ternak, antara lain genetis ternak (keturunan) dan bentuk luar.
Namun pada umumnya keturunan sapi yang dihasilkan atau diperoleh dari induk dan jantan yang mempunyai sifat  unggul  akan menghasilkan keturunan sapi yang unggul pula. Walaupun  faktor – faktor lainnya juga sangat mempengaruhinya, seperti  kualitas pakan yang diberikan dan manajemen pemeliharaan yang dilakukan.
Ciri-ciri  sapi  pedaging/potong yang  baik berdasarkan keturunan  dapat dilihat  dari,  berapa berat badan pada saat sapi dilahirkan  dan berapa  berat badan sapi setelah disapih. Disamping kedua hal tersebut masih ada pula ciri lain yang harus diperhatikan adalah keadaan pertumbuhan  sapi   setelah disapih, apakah pertubuhannya bagus atau jelek.

d) Ada beberapa ciri-ciri tubuh luar sapi yang langsung  dapat dilihat, dan dapat di pergunakan sebagai salah satu kriteria awal atau kriteria pelengkap dalam melakukan seleksi   diantaranya:
(1)  Kesesuaian warna tubuh dengan bangsanya.
Sapi PO harus berwarna putih, sapi Madura harus berwarna coklat, sapi Bali betina harus berwarna merah bata dan yang jantan saat telah dewasa berwarna hitam.
(2) Keserasian bentuk dan ukuran antara kepala, leher dan tubuh ternak.
(3) Tingkat pertambahan dan pencapaian berat badan ternak pada umur tertentu yang tinggi.
(4) Ukuran minimal tinggi punuk/gumba pada sapi potong calon bibit (indukan dan pejantan), mengacu pada stándar bibit populasi setempat, regional atau Nasional.
(5) Tidak  adanya cacat tubuh yang dapat menurun, baik yang dominan (terjadi di sapi yang bersangkutan) maupun yang resesif (tidak terjadi di sapi yang bersangkutan, tetapi terjadi di sapi tetua dan atau di sapi keturunannya).
(6) Untuk pejantan, testes sapi umur di atas 18 bulan harus simetris (bentuk dan ukuran yang sama antara scrotum kanan dan kiri), menggantung dan mempunyai ukuran lingkaran terpanjangnya lebih dari 32 cm (32-37 cm).
(7) Kondisi sapi sehat yang ditunjukkan dengan mata yang bersinar, gerakannya lincah tetapi tidak liar dan tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan pada organ reproduksi luar, serta bebas dari penyakit menular terutama yang dapat disebarkan melalui aktifitas reproduksi.
(8) Seleksi dapat dilakukan pada saat sapi umur sapih (205 hari), umur muda (365 hari) dan atau umur dewasa (2 tahun), tergantung pada kriteria seleksinya.
Untuk menentukan / mendapatkan besaran patokan minimal suatu kriteria seleksi, dapat dihitung dari rata-rata ukuran kriteria yang dimaksud dipopulasi (sapi dengan umur yang sama yang ada di daerah sekitar peternak atau di populasinya), dan atau ditambah sedikitnya satu standar deviasi.
 Sebelum petani / peternak memilih bibit (bakalan) sapi pedaging/potong  dengan cara melihat dari bentuk luar. Alangkah  baiknya petani/peternak  harus paham dahulu tentang  ciri-ciri sapi pedaging/potong yang baik   berdasarkan  bentuk luar atau bentuk eksterior.  Adapun ciri-ciri  sapi pedaging/potong yang  baik  secara eksterior ( bentuk luar)  adalah sebagai berikut:

 Tubuh  besar
 Kaki kuat dan kokoh ( sapi berdiri tegak dengan keempat  kakinya)
 Mata  tampak cerah bersih
 Bentuk badan segi empat
 Paha sampai pergelangan penuh berisi daging
 Kualitas daging maksimum dan mudah dipasarkan
 Jaringan lemak dibawah kulit tebal
 Kulit lentur, bersih  dan bulu halus
 Perut tidak buncit 
 Berat badan sesuai dengan umur ternak
 dll
Untuk mengetahui atau mengukur berat badan ternak sapi pedaging / potong dapat dilakukan dengan cara: ditimbang, pita gordas,  dengan rumus Schrool dan dengan rumus modifikasi.                        

2) Kerbau
Agribisnis ternak ruminansia pedaging adalah identik dengan usaha penggemukan.  Penggemukan  kerbau   sebetulnya dapat dimulai  dari  segala umur.  Sebagian peternak   pada saat melaksanakan program  penggemukan  kerbau menggunakan   anak kerbau. Pada umur anak  ini adalah waktu yang tepat untuk membesarkannya. Hanya saja sangatlah jarang petani peternak yang menjual ternaknya diusia anak. Karena pada usia ini   pertumbuhan dan perkembangannya sangat cepat, sehingga  apabila petani peternak menjual  ternaknya  di usia anak akan mengalami kerugian.
Berbeda orang beda pula dalam hal pemikirannya, ada peternak yang lebih senang apabila memilih atau mengadakan bibit ( bakalan) pada umur belasan bulan.  Akan tetapi tidak jarang pula ada petani/peternak yang memilih ternak untuk digemukkan setelah kerbau  tersebut dewasa, yaitu pada umur 18-24 bulan. Pemilihan kerbau tersebut tergantung dari ketersediaan bibit (bakalan) yang ada di pasar.  Ada pula orang menggemukkan kerbau karena  rasa senang terhadap  hewan tersebut.  Namun tujuan yang utama dari penggemukan adalah untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar mungkin  dalam waktu sesingkat mungkin.
Sebagai peternak  ruminansia pedaging harus mempunyai pemikiran, wawasan yang luas tentang membaca pasar dan peluangnya. Kapan dan dimana harga ternak yang digemukkan  tersebut di minta pasar dan harganya tinggi. Berdasarkan informasi yang ada dilapangan bahwa
ternak kerbau yang digemukkan, pertambahan bobot badan per hari dapat mencapai 1kg.  Hal ini  menunjukkan bahwa kerbau apabila di pelihara dengan manajemen yang baik tidak kalah produktif  dengan sapi. Karena kerbau lebih mampu memanfaatkan  pakan yang berkualitas lebih jelek dari pada sapi,  lebih efisien mencerna bahan kering dan cellulosa dari pada sapi. Kerbau lebih mampu  merubah bahan makanan yang  kualitas lebih jelek menjadi daging dan mampu juga bertahan hidup di lingkungan yang kurang baik , tetapi sebaliknya kerbau juga lebih mudah menyesuaikan diri mengikuti irama produksi  yang baik dan menguntungkan.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas, maka petani/peternak yang akan melakukan kegiatan penggemukan kerbau juga harus memperhatikan:
(a) Keseragaman ternak yang akan digemukkan seperti pada ternak sapi  yaitu : keseragaman umur dan besar/berat tubuhnya karena untuk memudahkan tatalaksana pemeliharaannya. 
(b) Jumlah kerbau  dan  jenis bangsa yang digunakan.   Sama  seperti pada penggemukan  ternak sapi  bahwa jumlah kerbau yang akan digemukkan tidak ada batasnya berapapun, yang penting adalah keadaan keuangan dan fasilitas pendukungnya  mencukupi atau tidak dan yang tidak kalah penting adalah kemampuan peternak dalam pengelolaannya.  Kalau  semua mencukupi baik dari segi keuangan dan fasilitas  akan tetapi kemampuan mengelola terbatas jangan diteruskan. Karena apabila penggemukan ini diteruskan yang terjadi adalah akan mengalami  kerugian. Begitu pula untuk jenis bangsa kerbau yang  digemukkan harus dipilih bibit (bakalan) mempunyai  sifat-sifat yang unggul, baik dilihat dari   genetis ternak (keturunan) dan bentuk luar.
          
3) Domba
Agar agribisnis ternak ruminansia pedaging khususnya, dalam hal penggemukan domba dapat menguntungkan maka diperlukan pengetahuan, ketrampilan dan teknologi yang mudah untuk diaplikasikan. Penggemukan domba merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan produktivitas ternak. Tujuan penggemukan domba adalah untuk mendapatkan pertambahan bobot badan yang tinggi dalam waktu singkat, dan untuk menghasilkan kuantitas dan kualitas karkas yang tinggi. Usaha penggemukan domba pada saat ini  memiliki prospek cerah karena kebutuhan daging domba semakin meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk yang semakin meningkat pula. Pada hari-hari tertentu permintaan daging domba sangat tinggi, terutama ketika mendekati hari raya idul adha atau harihari besar lainnya.
Domba yang mempunyai nilai jual tinggi adalah domba yang gemuk,  sehat, tidak cacat, warna bulu putih bersih, keadaan tanduk bagus, keadaan tubuh panjang dan rata. Sudah menjadi rahasia umum bahwa domba yang gemuk memiliki daging yang bagus atau karkasnya tinggi, rasa dagingnya enak, dan kandungan gizi tinggi. Atas dasar hal tersebut maka untuk meningkatkan nilai jual domba, banyak petani /peternak yang melakukan kegiatan penggemukan domba. Keberhasilan dalam melakukan kegiatan penggemukan domba salah satunya ditentukan oleh bagaimana petani /peternak dapat memilih atau mengadakan bibit (bakalannya).
Hati-hatilah pada saat pengadaan atau pembelian  bibit (bakalan) domba dari pasar hewan, sebab apabila tidak mempunyai ketrampilan atau pengetahuan tentang  domba bisa - bisa hasilnya kurang memuaskan.  Atau dengan kata lain hasilnya tidak sesuai dengan harapan. Sebaiknya pada saat  melakukan pengadaan bibit (bakalan) ,
usahakan agar membeli bibit (bakalan) langsung dari petani peternak, sehingga dapat diketahui asal-usul  ternak domba yang akan dijadikan calon bibit (bakalan) tersebut. 
Adapun tujuan dari pemilihan bibit  (bakalan) adalah untuk  mendapatkan  bibit (bakalan ) domba yang memiliki sifat-sifat unggul. Sifat-sifat unggul  yang dimiliki domba  misalnya : kecepatan pertumbuhannya baik, yakni dalam waktu pendek dapat menghasilkan persentase karkas atau daging yang tinggi baik kuantitas maupun kualitasnya, memiliki kemampuan  daya  adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan sehingga tidak mudah terserang penyakit  dan mempunyai  angka   kematian  yang  rendah.
Untuk mendapatkan sifat-sifat unggul seperti tersebut di atas, seleksi bibit dapat dilakukan dengan memperhatikan ciri-ciri fisik  atau keadaan eksterior domba tersebut.  Hampir sama pada ternak sapi dan kerbau, bahwa penilaian keadaan domba bisa dilakukan dengan cara memegang atau pengamatan.  Penilaian  domba dengan cara pengamatan  memang tidaklah mudah,  berbeda apabila di banding dengan penilaian pada ternak sapi, kerbau dan kambing, karena domba mempunyai bulu yang tebal dan menutupi seluruh tubuhnya.  Agar pada saat penilaian domba  tidak  banyak kesalahan,  dan harapannya  pada saat  penilaian  paling tidak mendekati kebenaran, maka penilaian dapat dilakukan pengamatan dari arah depan, belakang  dan samping, serta perabaan.

Kriteria  penilaian  dengan cara pengamatan
 Moncong kelihatan besar, lubang hidung besar
 Pandangan  mata  tajam
 Jarak antara kedua kaki depan lebar 2 Pandangan dari arah 
 Tumbuh kelihatan besar
  Tubuh kelihatan rata baik dari bawah Samping dan bagian atas
 Kaki pendek, lurus  dan kuat 3 Pandangan  dari arah belakang
 Pantat lebar, padat dan berisi
 Kaki kelihatan kuat dan kokoh dan posisi agak lebar

Setelah dilakukan penilaian dengan cara pengamatan baik dari arah depan, belakang  dan dari arah samping, barulah dilakukan perabaan. Hal ini dimaksudkan agar penilaian domba tersebut lebih akurat. Penilaian dengan perabaan dimulai dengan cara memegang atau meraba keseluruh bagian tubuh  domba tersebut. Kalau dimungkinkan lakukan penilaian domba dengan cara mengangkat domba  tersebut untuk memperkirakan bobot  badannya.

Adapun ciri- ciri domba   pejantan  yang baik  :
 Tidak terserang penyakit dan tidak cacat tubuh.
 Umur  1,5 – 2   tahun
 Memiliki  garis   punggung  lurus.
 Kaki lurus dan berdiri kokoh / kuat.
 Tumitnya tinggi.
 Tubuh mempunyai penampilan yang gagah dan lincah.
 Mempunyai buah zakar yang sama besarnya (jumlah 2 buah)
 Alat kelaminnya dapat ereksi.
 Ukuran dada dalam dan lebar.
 Kepala pendek dan lebar.
 Mempunyai nafsu kawin yang besar.
 Bulu bersih mengkilap.
 Bentuk tubuh simetris.
 Garis perut bagian bawah rata.
 Paha dalam/panjang.
 Keturunan induk yang melahirkan dua anak

4) Kambing
Berbicara  tentang  kambing,  apa beda antara domba dan kambing ?  mungkin sebagian  orang masih ada yang salah dalam menyebutkannya. Ada yang menyebut domba itu kambing,  karena apa? .  Karena persepsi  masyarakat yang  salah, kalau orang  sedang membeli sate  anggapannya adalah sate kambing, pada hal  sate tersebut adalah sate domba, dan mungkin penjual sate  sendiri yang tidak mengetahuinya.   Agar lebih mengerti atau memahami tentang domba dan kambing di bawah ini  adalah tabel perbedaannya.

Perbedaan  Domba dan Kambing
1. Dicelah antara kedua bilah kuku keluar sekresi  yang berbau khas pada saat jalan Tidak mempunyai sekresi yang berbau khas di celah kedua bilah kuku
2. Tanduk berpenampang segi tiga dan tumbuh melilit Tanduk berpenampang bulat/berbentuk pipih dan tumbuh lurus
3. Bulu sangat tebal  Bulu tipis  halus
4. Bulu sangat baik digunakana sebagai  bahan wol atau  bulu dicukur Bulu  tidak dapat dimanfaatkan atau  bulu tidak dicukur
5. Domba jantan tidak berbau prengus
Kambing jantan mempunyai kelenjar bau yang sangat mencolok  ( prengus)
6. Mempunyai kelenjar di bawah mata yang menghasilkan sekresi seperti air mata
Tidak  mempunyai kelenjar dibawah mata yang menghasilkan sekresi seperti air mata
7. Tidak suka memanjat Kalau makan suka memanjatkan kaki bagian depan
8. Domba merumput dengan memotong sampai di permukaaan tanah Tingkah laku makan dengan cara menjengut pakan hijauan seperti dedauanan, ranting dan semak
9. Tidak berjenggot Ada yang berjenggot
10. Sangat gelisah apabila terpisah dengan kelompoknya Mempunyai sifat igin tahu dan lebih mandiri dibandingkan domba
11. Ekor domba menggantung kebawah Ekornya berdiri, kecuali  jika dalam posisi ketakutan, sakit  atau  dalam kondisi berbahaya /terancam

Seperti  apa yang telah di jelaskan  dibagian atas, bahwa keberhasilan di dalam  agribisnis ternak ruminansia pedaging/potong  sangat  di pengaruhi oleh bibit (bakalan) yang digunakan, apabila bibit ( bakalan)  yang digunakan baik kemungkinan besar hasilnya akan baik, begitu juga sebaliknya apabila bibit ( bakalan) yang digunakan jelek maka hasilnya tentunya juga akan jelek.
Penggunaan bibit (bakalan) kambing  yang baik atau unggul akan memberikan nilai yang positif terhadap keberhasilan dalam agribisnis ternak ruminansia pedaging/potong. 

Adapun ciri-ciri  beberapa bibit  (bakalan) kambing jantan  yang baik antara lain:
 Sehat tidak penyakitan
 Lincah dan aktif bergerak
 Mata bersih dan bersinar
 Nafsu makan tinggi
 Bulu halus dan bersih
 Kaki kelihatan kokoh dan kuat
 Tidak cacat tubuh
 Alat kelamin normal dan simetris serta sering terlihat ereksi
 Tidak cacat  tubuh misalnya di mulut, hidung, telinga , dan ekor 
 Mempunyai sifat kejantanan
 Umur  1,5 – 5 tahun




Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Our Akuntansi


0 komentar:

Post a Comment