-->

Melakukan Pemberian Pakan dan Air Minum

Pertumbuhan sapi-sapi dara sebelum beranak yang pertama tergantung sekali pada cara pemeliharaan dan pemberian makanan. Peternak sering mengabaikan pemeliharaan anak-anak sapi setelah anak sapi tersebut tidak menerima susu lagi, sehingga dengan demikian pertumbuhan sapi-sapi dara akan terhambat.
Sapi-sapi betina muda akan tumbuh terus dengan baik sampai umur 5 tahun, bila pemeliharaan dan makanan yang diberikan pada masa, pertumbuhan ini tidak baik maka pada waktu sapi-sapi betina beranak untuk pertama kalinya besar badannya tak dapat mencapai ukuran yang normal dan hewan itu akan tetap kecil, di samping itu umur beranak yang pertamanya akan terlambat sampai umur 3 tahun atau lebih keadaan ini banyak terdapat di Indonesia. Juga dalam hal produksi susunya tak akan sesuai seperti yang diharapkan. Karena itu perhatian haruslah banyak ditujukan pula pada pertumbuhan sapisapi dara dengan selalu memperhatikan makanannya baik kualitas maupun kuantitasnya, agar supaya tetap mempertahankan kecepatan tumbuhnya.
Selain hijauan, anak-anak sapi diberikan pula makanan penguat. Sejak mulai umur 3 bulan calf starter yang mengandung protein kasar 16-18% secara sedikit demi sedikit diganti dengan makanan penguat yang mengandung 12% atau 13% protein kasar, tetapi bila hijauan yang diberikan berkualitas sedang, maka makanan tersebut sama dengan calf starter (75% MN) jumlah konsentrat yang diberikan tergantung kualitas dan kuantitas hijauan yang diberikan pada sapi dara tersebut.
Sapi-sapi dara dapat dikawinkan untuk pertama kali setelah sapi tersebut berumur 15-18 bulan dan besar badannya telah cukup besarnya dengan berat badan ± 300 kg. Hal ini penting supaya sapi-sapi dara dapat beranak pada umur 2 tahun. Pada kira-kira 2 bulan sebelum beranak, maka pemberian makanan penguat harus ditambah disesuaikan dengan kebutuhan sapi bunting.

1) Pemberian Pakan dan Air Minum

Pakan untuk pembibitan harus mengandung cukup energi, protein, dan mineral. Pemberian pakan didasarkan pada bobot badan yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan didasarkan pada besarnya pertambahan bobot badan sapi perhari, yaitu untuk memenuhi kebutuhan produksi. Pemberian pakan harus disesuaikan dengan kemampuan ternak mengkonsumsi bahan kering pakan. Kemampuan konsumsi bahan kering sapi berkisar antara ± 3% dari bobot badan. Dapat dilihat pada tabel kebutuhan pakan sapi penggemukan.
Berikut contoh pakan/ ransum sapi dewasa per hari. Hijauan 40-50 kg/ekor, konsentrat 2-5 kg/ekor, dedak halus 3 kg, bungkil kelapa 1 kg, mineral 30-50 gr, dan sedikit garam dapur. Jumlah pakan yang diberikan bervariasi tergantung umur, jenis kelamin, dan ukuran tubuh.


2) Kebutuhan Nutrien Pakan Sapi 

Pemenuhan nutrien bagi ternak sapi bertujuan untuk :
(a) Memenuhi kebutuhan hidup pokok,
(b) Mempertahankan produksi,
(c) Mendukung berbagai proses produksi lain seperti kebuntingan dan lain-lain.
Nutrien dimaksud dapat dikelompokkan menjadi :
(a) Energi,
(b) Protein,
(c) Karbohidrat,
(d) Mineral
(e) Vitamin .
Apabila di dalam pakan yang disajikan terjadi kekurangan nutrien tersebut di atas maka tingkat produktivitas ternak akan terganggu . Namun, jumlah nutrien yang dibutuhkan sangat tergantung pada fase fisiologis ternak. Misalnya, pada sapi perah dewasa, tingkat energi yang terkandung di dalam pakannya, pada umumnya sangat menentukan tingkat produksi susunya . Sedangkan pada sapi dara dan sapi perah laktasi pertama, kebutuhan terhadap protein relatif cukup tinggi guna memenuhi kebutuhan pertumbuhan kerangka tubuh dan produksi. Mineral dan vitamin pada umumnya tidak sebagai faktor pembatas yang dominan terhadap produksi, dan ternak mengambil sebagian besar nutrien ini dart pakan hijauan yang dikonsumsinya.
Seekor sapI biasanya memanfaatkan nutrien cadangan tubuhnya sekitar 12 minggu pascakelahiran untuk memenuhi kebutuhan energi, selain pasokan energi yang berasal dari pakan. Energi yang dihasilkan dari simpanan energi tubuh dimanfaatkan untuk produksi susu yang memungkinkan ternak tersebut mencapai puncak produksi yang belum tentu bisa dicapai bila hanya ada pasokan pakan saja. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa salah satu perubahan yang akan terjadi pascakelahiran, adalah konsumsi . Hat ini disebabkan karena pada saat pascakelahiran selera makan ternak hanya 50-70% dari maksimum pada puncak konsumsi akibat menurunnya volume rumen dan ukuran papillanya selama proses kebuntingan serta pemulihan ke kondisi normal membutuhkan waktu hingga 12 minggu (Gambar 1) . Apabila hijauan yang disajikan terlalu basah, misalnya kandungan airnya hingga 87%, rumen tidak mampu menampung cukup hijauan segar guna memenuhi kebutuhan bahan kering ternak . Produksi puncak terjadi antara minggu ke-6-8 masa laktasi sehingga ternak tersebut pada urnumnya sulit memperbaiki kondisi tubuhnya hanya dari pemberian pakan yang diakibatkan oleh kekurangan energi atau terbatasnya konsumsi .
Sapi perah yang sedang laktasi mempunyai potensi sangat besar untuk meningkatkan produksi karbohidrat, protein dan lemak dalarn susu, tetapi ternak-ternak tersebut juga mempunyai kebutuhan nutrien yang tinggi untuk mencapai potensi genetiknya. Sebagai contoh, misalnya selama 12 bulan periode laktasi jumlah protein yang dihasilkan oleh seekor sapi perah (Peranakan Friesian Holstein) mencapai 1 kg/hari . Jumlah ini ekuivalen dengan pejantan sapi pedaging yang mempertahankan pertambahan bobot badan sebesar 8 kg/hari atau 4 kali lebih besar dari yang sering kali dijumpai di peternakan koinersial . Oleh karena itu, untuk mencapai performans produksi tersebut sapi yang sedang laktasi harus dapat mengonsumsi bahan kering pakan sampai 4% bobot badannya (dalam bahan kering) setiap harinya .
Di bawah ini dibahas secara ringkas tentang nutrien utama yang berperan dalam pakan sapi perah, meliputi : air, energi, protein, serat kasar, mineral dan vitamin

(1). Air
Air bersih dan segar adalah penting bagi kelangsungan kehidupan ternak, dan dibutuhkan dalam jumlah besar serta harus tersedia sepanjang waktu . Air berfungsi sebagai buffer (penyeimbang), dan sebagai pengangkut nutrien ke seluruh tubuh, serta sebagai salah satu bahan dasar darah dan susu . Seekor sapi membutuhkan air dalam jumlah lebih banyak pada pemeliharaan di daerah beriklim tropis . Umumnya, kebutuhan dasar seekor sapi perah terhadap air lebih kurang 40 liter per hari (akan bertambah apabila ukuran tubuh sapi lebih besar) . Jumlah ini akan menjamin semua fungsi tubuh agar bekerja pada tingkat optimum . Tambahan air dibutuhkan • bagi sapi yang sedang laktasi ; untuk setiap liter susu yang dihasilkan, sapi membutuhkan tambahan empat liter air . Oleh karena itu, seekor sapi yang menghasilkan 10 liter susu per hari akan membutuhkan total 80 liter air per hari . Apabila seekor sapi menghasilkan 20 liter susu, maka harus disediakan 120 liter air per hari.

(2). Energi
Dibandingkan dengan nutrien lainnya, seperti vitamin dan mineral, maka energi dan protein sangat berpengaruh terhadap produktivitas sapi perah. Untuk mengukur kebutuhan energi ternak diperlukan satuan energi. Di Indonesia satuan energi yang biasa digunakan untuk penyusunan pakan ternak ruminansia adalah TDN (Total Digestible Nutrien). Dalam penyusunan pakan sapi dengan menggunakan satuan energi TDN, dapat digunakan pedoman dari NRC, jika diketahui bobot badan dan pertambahan bobot badan per hari.
Besarnya konsumsi energi bergantung pada konsentrasi energi per unit pakan dan jumlah pakan yang dikonsumsi. Seekor sapi perah membutuhkan energi untuk beberapa fungsi :
(a) Mempertahankan fungsi-fungsi normal tubuh, seperti bernapas, fungsi-fungsi aliran di dalam tubuh, pencernaan dan kegiatan lainnya,
(b) Kebuntingan, pada saat foetus bertumbuh di fase kebuntingan akan lebih banyak energi dibutuhkan untuk mendukung proses kebuntingan tersebut,
(c) Laktasi, yakni selama periode produksi susu,
(d) Pertumbuhan, yakni pada sapi perah yang belum mencapai dewasa dan masih dalam pertumbuhan tubuhnya, dan
(e) Kondisi tubuh, apabila terdapat kelebihan energi di dalam pakan maka nutrien tersebut akan disimpan dalam bentuk lemak dan dipergunakan kemudian apabila terdapat kekurangan energi di dalam pakan .
Pada sapi perah muda, kekurangan konsumsi energi akan menyebabkan pertumbuhan dan reproduksi yang terlambat. Pada sapi perah dewasa, kekurangan konsumsi energi akan mengakibatkan kurangnya produksi susu dan menurunnya bobot badan. Pada sapi perah yang sedang laktasi, energi dibutuhkan untuk hidup pokok, proses selama kebuntingan, produksi susu dan memperbaiki kondisi tubuh . Kebutuhan energi untuk hidup pokok misalnya untuk proses pernapasan, mempertahankan temperatur tubuh, berjalan dan melakukan aktivitas makan. Energi yang dibutuhkan untuk hidup pokok bervariasi
bergantung pada bobot badan ternak .
Sapi perah yang sedang bunting membutuhkan ekstra energi untuk hidup pokok dan perkembangan foetusnya. Sejak terjadinya konsepsi sampai bulan pertama kebuntingan diperlukan energi ekstra sebesar 1 MJ ME/hari untuk inasingmasing bulan selama kebuntingan dan k°butuhan energi untuk kebuntingan ini menjadi signifikan pada 4 bulan terakhir masa kebuntingan
Energi juga dibutuhkan untuk memproduksi susu yang jumlahnya sangat ditentukan oleh komposisi susu, terutama kandungan lemak dan proteinnya.

(3). Protein
Kecukupan protein merupakan suatu prasyarat penting untuk menghasilkan produksi susu yang tinggi . Jumlah protein yang dibutuhkan oleh seekor sapi perah yang sedang laktasi sangat bergantung pada ukuran tubuhnya, pertumbuhan, produksi susu dan fase kebuntingan . Namun, di antara faktor-faktor tersebut, produksi susu merupakan faktor yang paling dominan memengaruhi kebutuhan protein ternak. Suatu penelitian klasik menunjukkan bahwa produksi susu meningkat sebesar 550
liter/laktasi ketika kandungan protein pakan dinaikkan dari 13,9 menjadi 15,8% (Kutches, 1979).
Selain untuk ternak inangnya, protein dibutuhkan guna terciptanya populasi mikroba rumen yang balk, hal tersebut dibutuhkan bagi pencernaan optimum pakan hijauan dan konsentrat. Populasi mikroba di dalam rumen juga akan berpengaruh terhadap konsumsi protein oleh sapi perah . Hasil fermentasi mikroba di dalam rumen berupa asam lemak (VFA) sebagai suatu sumber energi untuk produksi . Oleh karena itu, protein dari pakan yang dikonsumsi dan dicerna di rumen akan menjamin pertumbuhan populasi mikroba dengan balk yang selanjutnya akan menjamin proses pencernaan yang sangat efektif.

(4). Serat Kasar
Serat kasar merupakan salah satu nutrien penting di dalam pakan sapi yang berfungsi menjalankan fungsi rumen yang balk . Apabila fungsi rumen terhambat maka pencernaan akan terganggu dan hewan tidak akan mampu untuk mencapai manfaat optimum dari pakan yang disajikan . Di Indonesia, umumnya pakan hijauan mempunyai kandungan serat kasar tinggi. Apabila kadar serat kasar terlalu tinggi maka gerakan pencernaan terhadap semua nutrien akan melambat dan konsumsi pakan akan menurun. Pakan hijauan berupa rumput gajah yang diberikan kepada sapi perah harus dipanen pada umur 40-60 han guna mengurangi kadar serat kasar dan meningkatkan jumlah daunnya yang akan disajikan untuk ternak.
Sebaiknya, pakan hijauan berupa batang tanaman harus dipisahkan sebelum pakan hijauan tersebut diberikan kepada ternak, hal ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah nutrien yang dikonsumsi oleh ternak yang bersangkutan.
Secara umum, ternak ruminansia membutuhkan serat dalam ransumnya untuk menjamin berjalannya fungsi rumen secara normal, dan sekaligus untuk mempertahankan kadar lemak susu . Level serat yang dibutuhkan oleh sapi perah dalam ransumnya adalah nilai minimum yang absolut (Van Soest, 1994). Seperti diketahui bahwa serat dalam bahan pakan itu dapat dibagi menjadi dua, yaitu : ADF (acid detergent fibre) dan NDF (neutral detergent fibre) . Target (1999) menyarankan bahwa level NDF dalam pakan bisa mencapai 30-35% dari total bahan kering ransum .
Bahan pakan yang rendah serat, tetapi tinggi pati dapat menyebabkan tingginya keasaman rumen (pH rendah) dan kondisi ini dapat mengakibatkan terjadinya acidosis . Pemberian buffer berupa sodium bicarbonat dalam ransum dapat menurunkan keasaman (meningkatkan pH) sehingga acidosis dapat dihindarkan . Pemberian buffer sangat dianjurkan apabila sapi perah diberi biji-bijian dalam jumlah lebih dari 4-5 kg/ekor.

(5). Mineral dan Vitamin
Mineral dan vitamin merupakan nutrien yang dibutuhkan ternak walaupun dalam jumlah yang minim. Mineral dan vitamin lebih banyak berperan dalam mempertahankan produktivitas ternak dan dalam menjaga kesehatan ternak . Semakin tinggi tingkat produktivitas seekor ternak maka semakin kritis kebutuhannya
terhadap kecukupan mineral dan vitamin . Selanjutnya, apabila energi dan protein telah terpenuhi, maka mineral dan vitamin menjadi faktor pembatas peningkatan produktivitas ternak, termasuk produksi susu . Kekurangan dan ketidakseimbangan mineral makro Ca, P, dan Mg dalam pakan dipercaya sebagai salah satu penghambat produktivitas sapi perah . Selain itu, unsur mineral mikro seperti Mn, Cu, Co, Se dan Zn juga memiliki peran yang penting dalam meningkatkan produktivitas. Peternak perlu mengetahui kandungan mineral yang kritis dalam pakan yang diberikan pada ternaknya sehingga dapat mengambil tindakan preventif dan kuratif apabila terjadi problem defisiensi mineral.
Dalam banyak hal, suplementasi mineral diperlukan untuk memenuhi kebutuhan ternak . Dewasa ini cukup banyak tersedia produk suplemen mineral yang dipasarkan untuk sapi perah . Pada prinsipnya, suplemen mineral yang baik harus memenuhi persyaratan, antara lain : rasio Ca:P = 2:1, mengandung mineral mikro yang sering defisien dalam ransum seperti Mn, Co, Cu, Se dan Zn, serta terhindar dari unsur-unsur toksik.
Vitamin merupakan nutrien yang esensial pada sapi perah . Akan tetapi, karena kemampuan mikroba rumen dalam membentuk sebagian vitamin yang dibutuhkan oleh ternak inang, maka hanya vitamin A, D, dan E yang perlu mendapat perhatian dalam formulasi ransum sapi perah. Pemberian karoten yang cukup perlu mendapat perhatian peternak. Defisiensi karoten dapat mengakibatkan adanya gangguan reproduksi seperti terlambatnya ovulasi, berahi tenang, terbentuknya sistik folikel, malahan dapat terjadi kematian din] embrio. Dianjurkan untuk memberi karoten pada sapi perah dara dan yang sedang laktasi dengan dosis masing-masing sebanyak 125 dan 300 mg/ekor/hari .

3) Sumber Dan Sistem Pemberian Pakan

Pakan sapi diberikan pada pagi hari dan sore hari, pagi hari diberikan sebanyak 70% dari kebutuhan sedangkan sore hari diberikan sebanyak 30% sisanya. Pada waktu pemberian pakan diusahakan tidak tercecer atau berserakan ke sana kemari, yang akibatnya bisa mengundang lalat pembawa penyakit. Keberhasilan usaha pembibitan sapi tidak hanya ditentukan oleh pemasarannya saja, tetapi juga oleh faktor lainnya, terutama ketersediaan pakan yang memadai untuk menghasilkan produksi yang optimal . Biaya pakan dapat mencapai 62,5% dari total biaya usaha pembibitan sapi sehingga keuntungan yang diperoleh peternak juga sangat bergantung pada besaran biaya pakan yang dikeluarkan. Tujuan utama pemberian pakan pada pembibitan sapi adalah menyediakan ransum yang ekonomis namun dapat memenuhi kebutuhan hidup pokok, kebuntingan, dan produksi serta kebutuhan untuk pertumbuhan bagi ternak muda. Agar terpenuhi produksi yang optimal maka perlu tersedia cukup pakan, baik kualitas maupun kuantitas . Dalam hal ini, terpenuhinya kecukupan gizi sesuai dengan kebutuhan ternak, tidak kekurangan ataupun berlebihan .
Pakan sapi terdiri dari hijauan dan konsentrat . Karena adanya variasi kandungan gizi dan variasi harga pakan maka porsi hijauan jauh lebih besar daripada konsentrat . Oleh karena itu, pengembangan sistem produksi sapi di Indonesia menggunakan bahan pakan yang tersedia di daerah tertentu membutuhkan pengertian tentang peran dan kebutuhan nutrien mikroba rumen dan ternak inang .
Bahan pakan berupa hasil ikutan pertanian dengan karakteristik kaya akan kandungan serat, tetapi rendah dalam hal kandungan protein merupakan sumber bahan pakan yang tersedia dalam jumlah yang sangat melimpah. Strategi untuk meningkatkan nilai guna dari bahan pakan tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
(a) Menambahkan pakan suplemen untuk mengoreksi ketidak seimbangan nutrien untuk mendukung kehidupan mikroba dan ternak,
(b) Meningkatkan ketersediaan energi bagi mikroba rumen melalui pemilihan bahan pakan lain secara selektif atau memberikan perlakuan kimia (misalnya urea) sebelum bahan pakan tersebut disajikan pada ternak.
Faktor pembatas utama untuk pertumbuhan dan aktivitas mikroba rumen adalah amonia, sulfur, dan fosfor, sedangkan untuk ternak inangnya adalah kebutuhan pakan suplemen yang dipengaruhi oleh level produksi dan reproduksinya, dimana pemasokan bypass protein merupakan salah satu cara untuk mengatasi faktor pembatas tersebut . Oleh karena itu, dalam rangka mengembangkan sistem pemberian pakan, yang paling penting dipertimbangkan adalah memiliki informasi tentang karakteristik bahan pakan dan mengaitkan hal tersebut dengan kebutuhan nutrien pada level produksi tertentu .
Di negara-negara yang sudah maju, informasi di atas telah tersedia dalam format feeding standard (standar pemberian pakan) yang dapat dimanfaatkan secara mudah untuk menduga produksi ternak secara efektif dan akurat . Akan tetapi, penggunaan feeding standard di daerah tropis telah diamati sering kali kurang sesuai (misleading), khususnya apabila yang digunakan adalah bahan pakan non-konvensional . Hal ini disebabkan karena level produksi yang dicapai pada umumnya jauh lebih rendah dari nilai yang diprediksi akibat rendahnya nilai energi yang dipasok dibandingkan dengan energi yang dibutuhkan untuk produksi.
Beberapa pendekatan perlu menjadi pertimbangan dalam rangka mengembangkan sistem pemberian pakan sapi perah di Indonesia, yaitu:
(a) Efisiensi ekosistem rumen tidak dapat dikarakterisasi dengan hanya menganalisis bahan pakan,
(b) Nilai konsumsi bahan pakan sering kali tidak berkorelasi positif dengan nilai kecernaan, namun lebih banyak dipengaruhi oleh ada/tidaknya pakan suplemen yang disajikan,
(c) Ketersediaan asam amino tidak dapat diartikan berasal dari kandungan protein pakan
(d) Nilai energi pakan dan efisiensi pemanfaatannya sangat dipengaruhi oleh keseimbangan energi, asam lemak berantai panjang (long chain fatty acids) dan asam amino yang diserap oleh ternak. Dengan demikian, ada dua faktor yang perlu dipertimbangkan, - yaitu :

  1. Jumlah dan keseimbangan nutrien yang dibutuhkan, dan
  2. Ketersediaan nutrien secara kuantitatif yang berasal dari pakan .

Selanjutnya keseimbangan nutrien dipengaruhi oleh:
(a) Jumlah komponen pakan yang tidak mengalami perubahan oleh mikroba rumen dan diserap (asam amino, glukosa, asam lemak berantai panjang),
(b) Laju produksi basil akhir fermentasi,
(c) Fase fisiologis ternak (bunting, laktasi, pertumbuhan)
(d) Faktor lingkungan (penyakit, parasit, temperatur, dan kelembapan)
Sedangkan ketersediaan nutrien sangat dipengaruhi oleh:
(a) Ekosistem mikroba rumen yang memengaruhi ketersediaan protein mikroba rumen, VFA dan energi glukogenik, dan
(b) Komposisi kimia dan bentuk fisik pakan yang memengaruhi jumlah protein, pati, asam lemak rantai panjang yang lolos •dari fermentasi rumen.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa sebagian pakan sapi terdiri dari bahan pakan berupa hasil ikutan pertanian (agricultural byproducts), terutama selama musim kemarau . Hambatan yang paling utama dalam produksi dengan bahan pakan basil ikutan pertanian dan industri adalah kurangnya komponen glukogenik untuk menyediakan glukosa yang akan digunakan sebagai proses sintesis laktosa dan oksidasi sebagai sumber energi dalam proses sintesis asam lemak. Cukup banyak fakta pada ternak ruminansia yang menunjukkan bahwa sekitar 50% dari asam lemak susu berasal dari lemak pakan. Sumber lemak pakan dapat menyebabkan ketidakseimbangan akibat defisiensi energi glukogenik dan asam amino yang menjadi produk akhir fermentasi. Di daerah tropis, level lemak dalam pakan bisa menjadi penghambat yang utama terhadap produksi susu dan ini menjadi poin penting pada penyusunan ransum dengan pakan basal yang berasal dari hasil ikutan tanaman tebu misalnya molases atau pucuk tebu .

Sumber :
Direktorat Pembinaan SMK. Agribisnis Pembibitan Ternak Ruminansia Untuk Kelas 11 Semester 3. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, 2013



Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Our Akuntansi

1 komentar:

avatar
SurajDecember 8, 2019 at 6:33 AM

Informasi bagus di sini, saya ingin berbagi dengan Anda semua pengalaman saya mencoba mendapatkan pinjaman untuk memperluas Bisnis Pakaian saya di Malaysia. Sangat sulit pada bisnis saya turun karena penyakit kecil saya waktu singkat maka ketika saya sembuh saya membutuhkan dana untuk mengaturnya lagi bagi saya untuk memulai jadi saya bertemu Mr Benjamin seorang petugas konsultan pinjaman di Le_Meridian Funding Service. Dia bertanya saya tentang proyek bisnis saya dan saya katakan kepadanya saya sudah memiliki One dan saya hanya perlu pinjaman 200.000,00 USD dia memberi saya formulir untuk diisi dan saya juga dia bertanya kepada saya tentang ID Valid saya dalam beberapa hari. Mereka melakukan transfer dan pinjaman saya diberikan . Saya benar-benar ingin menghargai upaya di sana juga mencoba untuk memberikan ini kepada siapa pun yang mencari pinjaman bisnis atau masalah keuangan lainnya untuk Menghubungi Layanan Pendanaan Le_Meridian Di Email: lfdsloans@lemeridianfds.com / lfdsloans@outlook.com. Ia juga tersedia di WhatsApp Contact: +1 -9893943740.