Kualitas Produk
Produk adalah semua yang bisa ditawarkan dipasar untuk mendapatkan
perhatian, permintaan, pemakaian atau konsumsi yang dapat memenuhi keinginan
atau kebutuhan konsumen (Sumarni dan J. Supranto, 1997 dalam Tjiptono,
2006:95).
Kualitas produk mencerminkan kemampuan produk untuk menjalankan
tugasnya yang mencakup daya tahan, kehandalan, kemajuan, kekuatan,
kemudahan dalam pengemasan, dan reparasi produk dan ciri-ciri lainnya (Kotler
dan Armstrong, 1997:279).
Mutu atau kualitas dipengaruhi oleh faktor-faktor yang menentukan bahwa
suatu barang dapat memenuhi tujuannya. Mutu atau kualitas merupakan tingkatan
pemuasan suatu barang. Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas
produk, antara lain :
1. Proses pembuatan produk dan perlengkapan serta pengaturan yang digunakan
dalam proses produksi.
2. Aspek Penjualan
Apabila kualitas dari barang yang dihasilkan dari barang terlalu rendah akan
dapat menyebabkan berkurangnya penjualan. Sebaliknya apabila kualitas dari
barang yang dihasilkan dari barang terlalu tinggi membuat harga jual semakin
mahal sehingga jumlah yang terjual karena kemampuan beli terbatas.
3. Perubahan Permintaan Konsumen
Konsumen atau pemakai sering menginginkan adanya perubahan-perubahan
barang yang dipakainya baik berupa kuantitas maupun kualitas.
4. Peranan Inspeksi
Selain dapat mengawasi atau menjadi kualitas standar yang telah ditetapkan
juga berusaha untuk memperkecil biaya produksi.
Sedangkan menurut Assauri (1993:28), terdapat beberapa faktor mutu atau
kualitas dari suatu produk antara lain adalah :
1. Fungsi suatu barang.
Fungsi suatu barang yang dihasilkan hendaknya memperhatikan fungsi untuk
apa barang tersebut digunakan atau dimaksudkan sehingga barang-barang
yang dihasilkan dapat memenuhi fungsi tersebut.
2. Wujud luar.
Salah satu faktor penting yang sering digunakan oleh konsumen dalam
melihat suatu barang pertama kalinya untuk menentukan kualitas atau mutu
adalah wujud luar dari barang tersebut. Faktor wujud luar suatu barang tidak
hanya dilihat dari bentuk, tetapi juga warna, pembungkusan, dan lain-lain.
3. Biaya barang tersebut.
Pada umumnya, biaya atau harga dari suatu produk akan dapat menentukan
kualitas dari barang tersebut. Hal ini terlihat bahwa barang-barang yang
mempunyai barang mahal dapat menunjukkan bahwa kualitas barang tersebut
lebih baik.
Menurut Guiltinan, Madden dan Paul (1997:7) di dalam kualitas produk,
terdapat 8 (delapan) dimensi, yakni :
1. Kinerja (performance) yang merupakan karakteristik dasar produk. Menurut
Armstrong dan Kotler (1996:584) performance merupakan tingkat dimana
produk mampu menjalankan fungsinya. Kinerja (performance) merupakan
karakteristik operasi pokok dari produk inti (core product) yang dibeli.
(Tjiptono, 1999:3).
2. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), yang merupakan
karakteristik pelengkap istimewa yang menambahkan penglainan pemakaian.
Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), yaitu karakterisitk sekunder
atau pelengkap. (Tjiptono, 1999:25).
3. Kehandalan (reliability), yang merupakan kemungkinan kegagalan produk
dalam rencana waktu yang diberikan. Kehandalan (reliability) yaitu
kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal dipakai. (Tjiptono,
1999:25).
4. Kesesuaian (conformance) yang merupakan derajat atau tingkat dimana
sebuah barang atau jasa memenuhi penetapan suatu standar. Kesesuaian
dengan spesifikasi (conformance to specification) yaitu sejauh mana
karakteristik desain dan operasi produk memenuhi standar-standar yang telah
ditetapkan sebelumnya. (Tjiptono, 1999:25).
5. Daya Tahan (durability), yang merupakan jumlah penggunaan produk yang
dapat diterima sebelum produk tersebut diganti. Daya Tahan (durability)
berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan. Dimensi
ini mencakup umur teknis maupun umur ekonomis penggunaan produk.
(Tjiptono, 1999:26)
6. Service Ability, yang merupakan kecepatan dan kemudahan pembetulan, dan
kehormatan dan kemampuan dari jasa individu. (Tjiptono,1999:26)
7. Estetika, merupakan bagaimana penampilan produk, rasanya, suaranya,
baunya. Estetika bisa juga diartikan dengan daya tarik produk terhadap panca
indera. (Tjiptono,1999:26)
8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), yang merupakan kualitas
yang diambil dari reputasi penjualnya. Menurut Armstrong dan Kotler (1996:
283) cap dagang dapat diidentifikasikan sebagai pembuat atau penjual produk.
Brand atau cap dagang adalah nama, istilah, tanda, simbol, atau desain atau
kombinasi dari hal-hal tersebut yang mengidentifikasikan barang atau jasa
dari suatu penjual atau grup dari penjual dan untuk membedakan mereka dari
para kompetitor. (Kotler, 1996:283).
Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality) yaitu citra dan reputasi
produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya. Biasanya karena
kurangnya pengetahuan atau informasi akan atribut atau ciri-ciri produk yang
akan dibeli, maka seringkali pembeli mempersepsikan kualitas produk dari
beberapa aspek, yaitu : harga, nama merek, iklan, reputasi perusahaan,
maupun negara pembuatnya. (Tjiptono,1999:26)
Menurut Griffin (2002:42), ada beberapa tahap untuk mengelola kualitas
suatu produk :
1. Perencanaan untuk kualitas
Meliputi dua hal yaitu kinerja kualitas, berkaitan dengan keistimewaan kinerja
suatu produk dan keandalan kualitas, berkaitan dengan konsistensi kualitas
produk dari unit ke unit.
2. Mengorganisasi untuk kualitas
Dalam memproduksi barang dan jasa yang berkualitas memerlukan suatu
usaha dari seluruh bagian dalam organisasi.
3. Pengarahan untuk kualitas
Pengarahan kualitas berarti para manajer harus memotivasi karryawan untuk
mencapai tujuan kualitas.
4. Pengendalian untuk kualitas
Dengan melakukan monitor atas produk dan jasa, suatu perusahaan dapat
mendeteksi kesalahan dan membuat koreksinya.
0 komentar:
Post a Comment