Penerimaan Bahan Baku Pakan Ternak Unggas
Penerimaan bahan baku pakan ternak merupakan salah satu aktivitas penting dalam produksi pakan ternak unggas.
1) Prosedur Penerimaan Bahan Baku Pakan
Prosedur pembelian dan penerimaan bahan baku yang dikembangkan oleh bagian manajemen perusahaan merupakan garis pertahanan awal dalam keamanan pabrik, kualitas ransum dan memberikan kontribusi terhadap keuntungan perusahaan. Industri pakan ternak harus mengembangkan dan mengikuti suatu prosedur penerimaan bahan baku yang meliputi pemeriksaan dokumen bahan yang dikirim, pemeriksaan sensorik (sensory)bahan baku dan dokumen penerimaan. Prosedur penerimaan bahan baku diperlukan untuk menjamin bahan baku yang datang sesuai dengan spesifikasi kualitas kontrak pembelian. Prosedur penerimaan bahan baku pakan ternak seperti skema pada Gambar berikut:
Gambar 38. Prosedur Penerimaan Bahan Baku
Penjelasan prosedur penerimaan bahan baku pakan :
a) Pemeriksaan/pengecekan identitas/spesifikasi bahan baku
Pemeriksaan/pengecekan dokumen dan identitas/spesifikasi bahan baku pakan untuk menjamin kesesuaian kontrak
pembelian. Pembongkaran bahan baku tidak dapat dilakukan jika tidak dilengkapi dengan label yang sesuai dan kesesuaian mutu bahan baku yang tertera dalam kontrak.
b) Pemastian berat bahan baku
Pemeriksaan pada bahan baku kemasan ditujukan untuk menjamin ketepatan dan keseragaman berat bahan baku, jumlah kemasan bahan baku dan tidak ada kebocoran atau kontaminasi. Pemeriksaan bahan baku curah dengan menimbang kendaraan pengangkut. Pemeriksaan dilakukan terhadap kendaraan pengangkut untuk kemungkinan adanya kontaminasi baik secara biologis, kimia maupun fisik.
c) Pengambilan sampel
Pengambilan sampel bahan baku sesuai dengan prosedur yang tersedia.
d) Pengujian kualitas bahan baku
Pemeriksaan awal meliputi warna, tekstrur, aroma, kadar air dan benda asing, serta pengujian kandungan mikotoksin pada beberapa bahan baku yang memerlukan.
e) Penyerahan sampel untuk pengujian kimia zat makanan atau penetapan kesesuaian mutu dalam kontrak pembelian dengan mutu bahan baku yang dikirim.
- Jika hasil uji kualitas sesuai dokumen perjanjian, maka diterima
- Jika hasil uji mutu tidak sama dengan kontrak, maka dilakukan negosiasi ulang, jika sepakat maka akan dilakukan revisi harga, jika tidak sepakat barang bisa di retour (dikembalikan ke suplier)
f) Pemastian pengangkutan bahan baku berisiko tinggi secara benar
Beberapa bahan baku mempunyai potensi penyebab masalah jika pengangkutan tidak dilakukan melalui jalur yang benar.
g) Penyimpanan sampel
Penyimpanan sampel bahan baku harus dapat menjamin keaslian bahan baku itu. Penyimpanan diperlukan jika timbul pertanyaan terhadap kualitas produk akhir. Daya tahan sampel bervariasi tergantung pada tipe bahan baku dihasilkan dan daya tahan ransum.
h) Penerimaan atau penolakan bahan baku
Apabila hasil sampling dan pengujian menunjukkan kualitas yang sesuai, maka berarti bahan baku tersebut diterima. Namun, apabila hasil sampling dan pengujian menunjukkan kualitas yang tidak sesuai, maka yang dilakukan menolak bahan baku tersebut atau menerima bersyarat. Mencatat semua alasan penolakan bahan baku.
i) Bongkar muat bahan baku
Pembongkaran bahan baku dapat dilakukan jika dilengkapi dengan label yang sesuai dan kesesuaian mutu bahan baku yang tertera dalam kontrak.
j) Penyimpanan bahan baku pakan
Penyimpanan bahan baku pakan dilakukan segera setelah bongkar muat bahan baku pakan tersebut.
2) Kontrol Kualitas Bahan Baku Pakan Ternak Unggas
Langkah awal program penjaminan kualitas (Quality Assurance) ialah melalui pengawasan mutu atau kontrol kualitas (Quality Control). Pengawasan mutu dilakukan pada setiap aktivitas dalam menghasilkan produk dimulai dari bahan baku, proses produksi, hingga produk akhir. Bahan baku yang digunakan sebagai inputdalam industri pakan ternak diperoleh dari berbagai sumber, mempunyai kualitas yang sangat bervariasi. Bervariasinya kualitas bahan baku disebabkan oleh variasi alami (natural variation), pengolahan (processing), pencampuran (adulteration) dan penurunan kualitas (dam aging and detioration).
Variasi alami dan pengolahan bahan baku dapat menyebabkan kandungan zat makanan yang berbeda. Bahan baku sering terkontaminasi atau sengaja dicampur dengan benda-benda asing dapat menurunkan kualitas sehingga perlu dilakukan pengujian secara fisik untuk menentukan kemurnian bahan. Penurunan kualitas bahan baku dapat terjadi karena penanganan, pengolahan atau penyimpanan yang kurang tepat. Kerusakan dapat terjadi karena serangan jamur akibat kadar air yang tinggi, ketengikan dan serangan serangga. Pengawasan mutu bahan baku harus dilakuka secara ketat pada saat penerimaan dan penyimpanan. Pemilihan dan pemeliharaan kualitas bahan baku menjadi tahap penting dalam menghasilkan ransum yang berkualitas tinggi. Kualitas ransum yang dihasilkan tidak akan lebih baik daripada bahan baku penyusunnya.
Langkah awal untuk menjamin kualitas ransum adalah pengambilan sampel dan pengujian bahan baku sebelum dilakukan pembongkaran. Pengawasan mutu dan prosedur analisis tidak akan terlepas dari kegiatan pengambilan sampel. Proses pengmbilan sampel menekankan pola sampling, jumlah sampel yang diambil, ukuran sampel dan penyimpanan sampel yang benar.
Proses produksi pakan ternak merupakan rangkaian aktivitas yang meliputi penggilingan, pencampuran, pelleting, dan pengepakan. Bahan baku yang dibeli biasanya terdapat dalam bentuk dan
ukuran yang berbeda, untuk menghasilkan ukuran dan bentuk bahan baku mempengaruhi hasil pencampuran dan proses pelleting. Pengawasan mutu selama proses produksi mutlak dilakukan karena penggilingan dan pencampuran yang tidak sempurna tidak akan menghasilkan ransum seperti yang diharapkan.
Tindakan sangat penting dalam pengawasan mutu bahan baku dan proses produksi adalah pengambilan sampel (sampling). Laboratoriun yang dilengkapi dengan peralatan yang canggih dan didukung dengan tenaga ahli yang berpengalaman tidak akan mampu memberikan data yang akurat tanpa didukung ketersediaan sampel yang tepat. Teknik, jumlah, dan peralatan yang tepat diperlukan untuk memperoleh sampel yang representatif .
a) Preparasi sampel
Langkah awal untuk menjamin kualitas ransum adalah pengambilan sampel dan pengujian bahan baku sebelum dilakukan pembongkaran. Pengawasan mutu dan prosedur analisis tidak akan terlepas dari kegiatan pengambilan sampel. Proses pengambilan sampel menekankan pola sampling, jumlah sampel yang diambil, ukuran sampel dan penyimpanan sampel yang benar.
Pola sampling pada industri pakan ternak secara umum terdiri dari simple random sampling, stratified random sampling, dan systematic sampling. Industri pakan ternak biasanya menggunakan kombinasi ketiga pola tersebut. Baik untuk bahan baku curah (bulk ingredients), bahan baku kemasan (bagged ingredients) maupun bahan baku cair (liquid ingredients).
Jumlah sampel yang diambil sama pentingnya dengan pola pengambilan sampel. Sampel yang representatif diperoleh melalui 3 tahap, yaitu pengambilan sampel primer (primery sample), sample sekunder (secondary sample) dan sampel uji (inspection sample). Sampel primer diambil beberapa titik pada sekumpulan bahan baku. Jumlah sampel primer yang banyak harus dikurangi menjadi sampel sekunder kemudian dijadikan sebagai sampel uji yang akan dibawa ke laboratorium. Pengambilan jumlah sampel harus memperhitungkan akurasi, tingkat kepercayaan, dan perhitungan ekonomis.
b) Peralatan Sampling
Sampling secara manual membutuhkan perlengkapan untuk mengambil sampel seperti grain probe, bag trier, bom sampler, dan alat pemisah sampel seperti Riffler dan Boerner Divider. Grain probe (Gambar 1.40.) digunakan untuk mengumpulkan sampel berupa biji-bijian, bungkil kedelai, dan ransum akhir. Probe harus cukup panjang sehingga mampu masuk sekitar ¾ ke dalam bahan baku. Probe tersedia dengan panjang standar 5, 6, 8, 10, dnan 12 kali.
Bag trier terdapat dalam 3 bentuk, yaitu tape red bag tier, double-tube bag trier dan single tube open – end bag trier. Tapered bag trier (Gambar 1.41.) terbuat dari stainless steel dengan bentuk ujung meruncing, digunakan untuk mengambil sampel tepung dan komoditi butiran dalam karung tertutup. Double tube bag trier terbuat dari stainless steel digunakan untuk mengambil sampel bentuk tepung baik pada karung terbuka maupun tertutup. Single tube open – end bag trier terbuat dari stainless steel digunakan untuk komoditi bentuk tepung pada karung terbuka.
Bomb sampler (Gambar 1.42.) digunakan untuk mengumpulkan bahan baku cairan. Alat ini mempunya i panjang 12-16 inci dengan diameter 1¾ - 3 inchi. Katup terangkat jika mencapai dasar tangki atau diangkat secara manual.
Sampel yang diambil dari setiap titik pengambi lan dilakukan pencampuran secara merata sebelum dilakukan pengurangan. Pengurangan jumlah sampel dapat di lakukan dengan menggunakan Diverter - type (Gambar 1.43.), Boerner Divider (Gambar 1.44.), riffler (Gambar 1.45.) atau dengan menggunakan metode Quartering (Gambar 1.46.). Diverter - type digunakan untuk sampel bahan baku dengan ukuran par t ikel yang besar seperti butir -butiran utuh. Sampel yang diambi l dengan probe (sampel primer) dimasukkan ke dalam primary sampler dan mengalir melalui tabung menjadi sampel sekunder yang akhirnya menjadi sampel uji.
Posisi:
A. Alat penguji sekitar 2 kaki dari depan dan samping
B. Disisi berlawanan dengan A, probe diantara depan dan tengah, 2 kaki dari samping
C. Disisi yang sama dengan A, probe ¾ dari depan dan tengah2 kaki dari samping
D. Probe ditengah pengangkut
E. Disisi sama dengan B, probe berjarak ¾ dari belakang dan tengah, 2 kaki dari samping
F. Disisi berlawanan dengan E, probe diantara belakang dan tengah, 2 kaki dari samping
G. Disisi sama dengan E, probe 2 kaki dari belakang dan samping.
c) Pengambilan sampel
Alat dan teknik yang berbeda digunakan dalam mengambil sampel untuk komoditi yang berbeda. Industri pakan ternak biasanya menggunakan kombinasi pola pengambilan sampel secara acak, bertingkat atau sistematik.
- Bahan baku curah
Bahan baku curah berupa butiran dan bungkil kedelai yang diangkut dengan truk atau kereta, sampel diambil menggunakan grain probe. Sampel diambil dari beberapa tempat dengan jumlah sekitar 2 kg setiap sampel. Jumlah titik pengambilan digunakan aturan 10 %. Hal ini untuk menjamin jumlah sampel maksimum yang bisa diambil, hingga diperoleh sampel yang lebih refresentatif.
- Bahan baku kemasan
Prosedur pengambilan sampel lain yang harus diketahui, yakni prosedur pengambilan sampel untuk kelompok bahan dalam karung. Sampel yang representatif bisa diperoleh dengan alat penguji berujung runcing. Prosedur pengambilan sampel bahan baku dalam karung dilakukan dengan menusukkan probe secara diagonal dari bagian atas ke bagian bawah karung (Gambar 1.48.). Sampel diambil dari seluruh karung jika jumlah karung 1 – 10 karung, dan sampel diambil dari 10 karung secara acak jika jumlah karung lebih dari 11 karung, namun ada beberapa teori berbeda dalam industri untuk menentukan jumlah karung sampel per kelompok.
- Bahan baku cair
Pengambilan sampel bahan baku bantuk cair seperti lemak cair atau molase dapat dilakukan dengan menggunakan tabung gelas atau stainless steel berdiamater 3/8 sampai 1/2 inchi. Sampel paling sedikit diambil sebanyak 10 persen dari kontainer dan dikumpulkan minimal 0.586 liter. Bahan baku cair sebelum dilakukan pengambilan sampel harus dilakukan pengadukan agar diperoleh penyebaran bahan yang homogen. Sampel diambil dari bagian atas, bagian tengah dan bagian bawah kontainer.
Industri pakan ternak di Indonesia biasanya melakukan dua kali pengambilan sampel untuk bahan baku lokal. Sampling pertama saat bahan baku datang dan sampling kedua dilakukan saat pembongkaran. Kualitas bahan baku yang tidak seragam merupakan alasan utama dilakukannya sistem 2 kali pengambilan sampel. Sistem ini merupakan bentuk ketidakpercayaan perusahaan terhadap suplier bahan baku lokal. Dilihat dari sisi teknis pengambilan sampel dan penerimaan bahan baku, sistem ini kurang tepat. Pengambilan sampel pertama tidak representatif karena hanya dilakukan pada bahan baku yang terlihat sehingga tidak dapat dijadikan sebagai pedoman untuk menerima atau menolak dan melakukan pembongkaran bahan baku. Sekali bahan baku yang dikirim dibongkar berarti bahan baku tersebut telah diterima.
d) Pengujian Bahan Baku
Pengujian dilakukan saat bahan baku datang dan secara periodik dilakukan selama penyimpanan. Pengujian meliputi warna, tekstur, aroma, kadar air, benda asing dan suhu (lemak cair and molasses). Evaluasi sifat sensorik dan pengamatan kemurnian bahan dapat menjadi suatu pengujian yang cepat dalam menentukan penolakan bahan baku. Evaluasi sifat fisik meliputi kerapatan jenis, kemurnian dan tekstur bahan baku. Pengujian secara kimia dilakukan untuk mengetahui beberapa sifat nutrisi bahan baku (Tabel 2).
Pengujian bahan baku secara fisik atau organoleptik :
- Warna
Warna yang tidak normal pada bahan baku mungkin menunjukkan telah terjadinya pemanasan yang berlebihan. Bungkil kedelai yang mengalami pemanasan berlebihan mempunyai warna kecoklatan sangat berbeda dengan warna bungkil kedelai yang normal yang berwarna kuning atau kuning keemasan. Kerusakan biji-bjian karena hujan dan angin dapat menghasilkan warna terang atau gelap karena tumbuhnya jamur pembusuk. Penyimpanan butir-butiran pada temperatur tinggi menyebabkan warna kecoklatan.
- Bau
Bau apek menunjukkan butiran diserang serangga atau jamur. Bau masam mengindikasi-kan serangan serangga atau butiran berjamur. Kotoran binatang pengerat dapat menyebabkan bau yang kurang sedap.
- Kerapatan jenis
Kerapatan jenis bahan menggambarkan berat per unit volume dinyatakan dengan kilogram per meter kubik
(kg/m3). Kerapatan jenis dapat sangat bervariasi pada bahan baku yang sama yang dapat disebabkan oleh perbedaan ukuran partikel, kadar air dan kepadatan. Kerapatan jenis bahan baku mempunyai peran penting dalam kontrol inventaris dan menentukan bagaimana bahan baku akan diperlakukan selama penyimpanan dan pencampuran. Bahan baku dengan densitas tinggi dimasukkan lebih dahulu pada mixer vertikal, tetapi kemudian pada mixer horizontal. Uji berat merupakan pengukuran kerapatan jenis yang diterapkan pada butir-butiran.
- Kemurnian
Kemurian menunjukkan tidak adanya kontaminan dalam bahan baku. Sumber kontaminan dapat secara fisik, kimia atau mikrobial. Pengawasan kontaminan fisik secara cepat dilakukan dengan ayakan, sedangkan kontaminan kimia dan mikrobial dilakukan di laboratorium.
- Tekstrur
Tekstur suatu bahan baku diukur secara visual dan dengan ayakan. Tekstur menunjukkan homogenitas bahan baku.
- Pengujian bahan baku secara mikroskopis :
Pengujian mikroskopis kualitatif mengidentifikasi dan mengevaluasi bahan baku dan benda-benda asing baik pada bahan baku tunggal maupun dalam ransum. Pengujian mikroskopis menggunakan 2 jenis mikroskopis yaitu stereomicroscopy (penampakan permukaan) dan compound microscopy (sifat internal partikel). Variasi alam seperti kotoran, bahan subalan dan kontaminan dapat diamati dengan stereomicroscopy dan membandingkannya dengan bahan baku
standar. Pengujian mikroskopis saat bahan baku datang dapat mencegah sekitar 90 persen masalah yang disebabkan bahan baku dalam industri pakan ternak.
- Kadar Air
Kadar air mempunyai pengaruh terhadap hampir semua karakteristik bahan baku seperti bentuk, tekstur, warna dan rasa. Kadar air dalam jumlah yang bervariasi dapat menjadi suatu masalah bagi bahan baku. Kadar air bahan baku yang tinggi dapat mendukung pertumbuhan jamur yang menghasilkan beberapa jenis mixotoksin sehingga dapat mempengaruhi lama penyimpanan. Hubungan antara kadar air, suhu dan lama penyimpanan butir-butiran dapat dilihat pada Tabel 3. Makin tinggi kadar air bahan baku, makin berkurang daya tahan baku terhadap kerusakan.
Pengukuran kadar bahan baku dan ransum pada industri pakan ternak dapat dilakukan dengan pengeringan oven, metode distilasi, Near Infrared dan water activity. Water activity (aw) merupakan ukuran air biologis dalam produk bahan makanan dan bahan pakan yang mampu mendukung pertumbuhan mikroba. Water activity memberikan data stabilitas mikroba suatu produk yang disimpan. Air murni mempunyai aw sama dengan 1 dan produk-produk yang mengandung air mempunyai aw berkisar antara 0.2 sampai 0.99.
- Protein, Lemak, Serat, Mineral
Pengujian kandungan protein, lemak, serat kasar dan mineral dilakukan sesuai prosedur yang ada. Pengujian ini dilakukan untuk melihat kesesuaian kandungan nutrisi bahan baku yang datang dengan perjanjian pembelian.
- Pepsin Digest
Pepsin digest merupakan prosedur yang digunakan untuk menentukan kecernaan protein pada tepung limbah ternak. Bahan baku asal limbah ternak biasanya dilakukan pengolahan melalui penggunaan panas yang tinggi sehingga dikhawatirkan protein mengalami denturasi dan sulit dicerna.
- Tepung Bulu, minimal 75 persen dari protein dapat dicerna oleh pepsin.
- Tepung daging, maksimal 14 persen residu tak tercerna dan maksimal 11 protein kasar tak tercerna.
- Tepung tulang dan daging, maksimal 14 persen residu tak tercerna dan maksimal 11 protein kasar tak tercerna.
- Urease
Urease adalah enzim yang bekerja terhadap urea yang menghasilkan karbondioksida dan amonia.
- Brix
Brix merupakan istilah yang umum digunakan untuk menunjukkan kandungan gula pada molase. Analisis ini dilakukan berdasarkan pada sifat optik molase menggunakan refractormeter. Brix diekspresikan dalam derajat dan mempunyai hubungan erat dengan persentase sukrosa. AFIA Feed Ingredient Guide II menetapkan pembacaan Brix pada 79.5o (Herrman, 2001b). Variasi Analitis Variasi analitis (Analytical Variation = AV) terjadi karena adanya keragaman dalam pengambilan sampel dan analisis laboratorium. Variasi analitis memberikan kisaran suatu hasil analisis, apakah suatu bahan yang diuji memenuhi standar yang tetapkan atau tidak. Tabel 4 memperlihatakan variasi analitis beberapa bahan baku. Range penerimaan dapat dihitung melalui langkah berikut :
Langkah 1. Kalikan kandungan zat makanan yang diharapkan atau tercantum pada dokumen dengan nilai persentase AV pada Tabel 2. Konversi persentase AV dalam bentuk desimal.
Langkah 2. Tambah atau kurang nilai yang diperoleh pada langkah 1 dengan kandungan zat makanan yang diharapkan atau tercantum pada dokumen.
Contoh:
Tepung ikan disebutkan mempunyai kandungan protein 60 persen, maka range hasil analisis yang dapat diterima adalah 58.6-61.4% (1) 60 x [(20÷60 + 2)] = 1.4 (2) 60 – 1.4 = 58.6 sampai dengan 60 + 1.4 = 61.4
Sumber :
Direktorat Pembinaan SMK. Agribisnis Pakan Ternak Unggas Untuk Kelas 11 Semester 3. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, 2013
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Our Akuntansi
0 komentar:
Post a Comment