Menghormati Relik Sang Buddha
Tahukah kalian apa yang dinamakan relik? Relik adalah sisa jasmani orang
suci yang telah mencapai tingkat kesucian tertentu. Dalam agama Buddha
dikenal adanya pencapaian tingkat kesucian. Semakin tinggi tingkat
kesucian yang dicapai, menandakan semakin tinggi pencapaian spritual
seseorang.
Bagaimana mengetahui tingkat kesucian ini. Salah
satunya adalah dengan meneliti sisa jenazah seseorang yang telah
meninggal. Semakin tinggi tingkat pencapaian kesucian yang diperolehnya,
maka semakin banyak relik yang akan ditemukan dari sisa-sisa abu
jenazah orang tersebut.
Sang Buddha meninggalkan banyak relik.
Warnanya mengkilap, yaitu biru, kuning, merah, putih, dan jingga.
Berbeda dengan relik para siswa Sang Buddha seperti Y.A. Monggalana,
Y.A. Sariputta, Y.M. Ananda, dan lainnya yang tidak mengkilap.
Menurut
Mahaparinibbana Sutta, setelah Sang Buddha wafat dan tubuh-Nya
dikremasi, sisa-sisa peninggalan tubuh atau relik Beliau dibagikan
secara adil oleh Brahmana Dona menjadi delapan bagian kepada delapan
pihak yang memperebutkannya. Kedelapan pihak tersebut adalah:
1. Raja Ajatasattu dari Magadha;
2. Suku Licchavi dari Vesali;
3. Suku Sakya dari Kapilavatthu;
4. Suku Buli dari Allakappa;
5. Suku Koliya dari Ramagama;
6. Seorang Brahmana dari Vethadipa;
7. Suku Malla dari Pava, dan
8. Suku Malla dari Kusinagara.
Masing-masing kemudian membangun sebuah stupa untuk menyimpan relik
tersebut. Salah satu relik yang berada di Ramagama tenggelam ke dalam
sungai Gangga karena terkena banjir dan kemudian dijaga oleh raja naga
di sana.
Setelah membangun 84.000 vihara, Raja Asoka bermaksud untuk
membagikan relik tubuh Sang Buddha ke seluruh vihara yang telah
dibangun tersebut. Raja Asoka berkata kepada Sangha; “Yang Mulia, saya
akan membagikan relik-relik Sang Bhagava ke seluruh Jambudipa dan
membangun 84.000 stupa. Di manakah relik-relik tersebut dapat
ditemukan?”
Raja mendapat jawaban dari para bhikkhu bahwa relik Sang Buddha telah
dibagikan menjadi delapan bagian dan disimpan dalam delapan stupa di
tempat berbeda. Akhirnya, Raja pun pergi menuju lokasi kedelapan stupa
tersebut satu per satu. Namun, Raja Asoka tidak menemukan stupa terakhir
yang berada di Ramagama.
Raja Asoka mengetahui bahwa relik di Ramagama tenggelam ke dalam sungai
Gangga dan dijaga oleh raja naga. Raja Asoka menemui raja naga di
istananya di bawah air. Raja naga menyambutnya dengan hormat dan
menunjukkan stupa tersebut. Raja naga beserta para naga sangat
menghormati relik yang dimilikinya di dasar sungai sehingga menolak
untuk membaginya kepada sang raja Asoka. Asoka setuju dan akhirnya
pulang dengan tangan kosong.
Selanjutnya, Raja Asoka memerintahkan untuk membuat 84.000 kotak dari
emas, perak, permata, dan kristal sebagai tempat penyimpanan
relik-relik. Ia juga menyediakan pasu (urn) dan lempengan prasasti dalam
jumlah yang sama. Semuanya ia serahkan kepada para yakkha untuk
ditempatkan dalam stupa yang ia bangun di 84.000 vihara di seluruh
India.
Dalam Agama Buddha, ada tiga jenis relik:
1. Bagian-bagian tubuh Sang Buddha dan para siswa-Nya (Saririka Dhatu).
2.
Benda-benda yang digunakan oleh Sang Buddha dan para siswaNya
(Paribhogika Dhatu). Misalnya, jubah dan mangkuk. Pohon Bodhi juga
termasuk relik jenis ini.
3. Objek-objek puja seperti arca Sang Buddha (Uddesika Dhatu).
Sang Buddha meminta agar relik-Nya disemayamkan di berbagai penjuru, kecuali tujuh bagian berikut:
1. Satu tulang tengkorak, Cetya Dusasa di Alam Brahma;
2. Satu tulang bahu kiri, Cetya Dusasa di Alam Brahma;
3. Satu tulang bahu kanan, Cetya Culamani di Tavatimsa;
4. Satu taring atas-kanan, Cetya Culamani di Tavatimsa;
5. Satu taring atas-kiri, Kerajaan Gandhara
6. Satu taring bawah-kanan, Sri Lanka; dan
7. Satu taring bawah-kiri, Alam Naga.
Relik juga banyak ditemukan pada saat zaman Sang Buddha, seperti
relik para Arahat yang Parinibana. Seperti juga banyak negara Buddhis
yang juga bisa ditemukan relik seorang Bhikkhu yang telah meninggal
dunia. Timbulnya relik merupakan hasil melatih meditasi.
0 komentar:
Post a Comment