-->

Kisah Ratu Khema

 Proses mengamati gambar dapat kalian lanjutkan dengan membaca teks tentang Ratu Khema untuk menemukan dan merumuskan pertanyaan-pertanyaan.

Khema berasal dari keluarga yang berkuasa di desa Sagala Magadha. Ia sangat cantik, kulitnya berwarna kuning keemasan. Kecantikan Khema tersebut membuat Raja Bimbisara untuk meminangnya dan menjadikan sebagai permaisuri. Ratu Khema amat memuja kecantikannya. Namun ia pernah mendengar bahwa Sang Buddha mengatakan bahwa kecantikan bukan hal yang utama. Oleh karena itu, Ratu Khema menghindar untuk berjumpa dengan Sang Buddha.
Raja Bimbisara mengerti sikap Ratu Khema terhadap Sang Buddha. Raja Bimbisara meminta pengarang lagu untuk menciptakan sebuah lagu yang isinya memuji keindahan hutan Veluvana. Lagu itu kemudian dinyanyikan oleh para penyanyi terkenal. Ratu Khema menjadi penasaran ketika mendengarnya. Hutan Veluvana yang digambarkan sebagai suatu tempat yang indah itu belum pernah ia dengar dan lihat sendiri. “Kalian bernyanyi tentang hutan yang mana?”, tanya Ratu Khema kepada para penyanyi.  “Paduka Ratu, kami bernyanyi tentang tentang hutan Veluvana”, jawab mereka. Setelah mendengar lagu dari penyanyi tersebut Ratu Khema lalu menjadi ingin sekali mengunjungi  hutan Veluvana.

Sang Buddha yang pada saat itu sedang berkumpul membabarkan Dhamma kepada murid-murid-Nya, mengetahui kedatangan Ratu Khema, lalu Sang Buddha menciptakan bayangan seorang wanita muda yang amat cantik, berdiri di samping-Nya. Ketika Ratu Khema mendekat, ia melihat bayangan wanita muda yang amat cantik, ia berpikir, “Yang saya ketahui Sang Buddha selalu berkata bahwa kecantikan bukanlah hal yang paling utama. Tetapi di sisi Sang Buddha sekarang berdiri seorang wanita yang kecantikannya luar biasa. Saya belum pernah melihat wanita secantik ini”, ucap ratu Khema dengan kagum. Ratu Khema tidak mendengarkan katakata yang diucapkan Sang Buddha. Pandangannya hanya tertuju kepada bayangan wanita cantik di sisi Sang Buddha.
Sang Buddha mengetahui bahwa Ratu Khema amat serius memperhatikan bayangan wanita cantik itu, lalu Sang Buddha mengubah bayangan wanita muda yang amat cantik itu perlahan-lahan menjadi wanita tua, berubah terus sampai akhirnya yang tersisa hanyalah setumpuk tulangbelulang. Ratu Khema yang memperhatikan semua itu lalu berkesimpulan;
“Pada suatu saat nanti, wajah yang muda dan cantik itu akan berubah menjadi tua, rapuh lalu mati. Ah, semua itu bukan kenyataan!”

Sang Buddha mengetahui apa yang ada dalam pikirannya, lalu berkata;
“Khema, inilah kenyataan perubahan dari kecantikan wajah. Sekarang lihatlah semua kenyataan ini.”
Sang Buddha lalu mengucapkan syair,
“Khema, lihatlah paduan unsur-unsur ini, berpenyakit, penuh kekotoran dan akhirnya membusuk. Tipu daya dan kemelekatan adalah keinginan orang bodoh”.
Ketika Sang Buddha selesai mengucapkan syair ini, Ratu Khema mencapai Tingkat kesucian Pertama (Sotapana). Kemudian Sang Buddha berkata kepadanya, “Khema, semua makhluk di dunia ini, hanyut dalam nafsu indria, dipenuhi oleh rasa kebencian, diperdaya oleh khayalan, mereka tidak dapat mencapai pantai bahagia, tetapi hanya hilir mudik di tepi sebelah sini saja”. Sang Buddha lalu mengucapkan syair;

“Mereka yang bergembira dengan nafsu indria, akan jatuh ke dalam arus (kehidupan), seperti laba-laba yang jatuh ke dalam jaring yang dibuatnya sendiri. Tetapi para bijaksana dapat memutuskan belenggu itu, mereka meninggalkan kehidupan duniawi, tanpa ikatan serta melepas kesenangan-kesenangan indria”. (Dhammapada, Tanha Vagga)
Selanjautnya, setelah Sang Buddha selesai mengucapkan syairnya, Khema langsung mencapai Tingkat Kesucian Arahat. Sang Buddha lalu berkata kepada Raja Bimbimsara, “Baginda, Khema lebih baik meninggalkan keduniawian ataukah mencapai Nibbana?”

Raja Bimbisara menjawab, “Yang Mulia, izinkanlah ia memasuki Sangha bhikkuni, jangan dulu mencapai Nibbana!” Akirnya, Khema meninggalkan keduniawian dan menjadi salah satu siswa Sang Buddha yang terkemuka.



Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Our Akuntansi


0 komentar:

Post a Comment