-->

Penyakit utama tanaman karet dan bagaimana cara mengendalikannya

Dalam membangun kebun karet, penting sekali untuk mengetahui penyakit utama tanaman karet dan bagaimana cara mengendalikannya. Penyakit tersebut dapat diketahui dengan melihat gejala yang muncul pada setiap bagian tanaman karet. Beberapa penyakit utama yang ditemui dalam sistem RAS diantaranya Jamur Akar Putih (JAP), Jamur Upas, Nekrosis Kulit (Fusarium) dan Kering Alur Sadap. Penyakit Jamur Akar Putih (JAP) disebabkan oleh jamur Rigidoporus microporus atau Rigidoporus  lignosus yang menyerang bagian pangkal batang hingga ke bagian akar di dalam tanah.

Gejala serangan JAP pada tanaman karet adalah:

  • Daun terlihat pucat kuning dan tepi atau ujung daun terlipat ke dalam. 
  • Peningkatan serangan ditandai oleh daun gugur dan ujung ranting mati.
  • Terbentuk daun muda atau bunga dan berbuah lebih awal. 
  • Pada perakaran tanaman yang terserang JAP akan terlihat benangbenang jamur berwarna putih dan agak tebal (Rizomorf). 
  • Pada serangan berat, akar tanaman busuk, batang mengering mudah tumbang dan mati. Serangan JAP tidak berhenti pada satu pohon, melainkan secara perlahan akan menyebar melalui persentuhan akar tanaman sakit ke tanaman di sekitarnya.
Asal lahan penanaman karet mempengaruhi perkembangan Jamur Akar Putih.  Hasil percobaan di  kebun  karet dengan sistem RAS menunjukkan bahwa tingkat kematian karet paling tinggi (10%) pada empat tahun pertama terjadi pada kebun karet yang dibangun dari lahan hutan karet tua, sedangkan pada kebun karet yang dibangun pada lahan bawas muda, alang-alang atau resam hanya 1%. Teknik pengendalian penyakit JAP meliputi 2 tahap yaitu tahap pencegahan dan pengobatan tanaman sakit. Tahapan pencegahan lebih bersifat kepada tindakan yang dilakukan sebelum tanaman terserang dan menjaga agar tanaman karet tidak terkena penyakit JAP.

Beberapa cara yang dapat  dilakukan  dalam  pencegahan penyakit  JAP di antaranya:
  • Pada  saat  persiapan lahan,  dilakukan  pembongkaran  dan  pemusnahan tunggul serta sisa akar tanaman, karena sisa-sisa kayu mati yang tertinggal di lahan yang akan ditanami dapat merupakan media dan tempat tumbuh jamur. Pada sistem RAS, pembersihan dan pembongkaran sisa-sisa akar dapat dilakukan di barisan dan lorong tanaman karet 
  • Penanaman kacang-kacangan penutup  tanah  (Legume Cover Crops/LCC) selain berfungsi untuk meningkatkan kesuburan tanah melalui pengikatan nitrogen bebas dari udara, juga dapat meningkatkan aktivitas jasad renik di dalam tanah yang membantu pelapukan tunggul atau sisa akar tanaman serta membantu  menghambat pertumbuhan  JAP.  
  • Pembangunan kebun menggunakan bibit yang sehat mulai dari persiapan batang bawah di pembibitan dan penggunaan entres yang tidak terkena JAP. Bahan tanam OPAS juga sebaiknya diseleksi terlebih dahulu sebelum ditanam di lapangan
  • Perlindungan tanaman dapat dilakukan setelah OPAS ditanam di lapangan, di antaranya dengan menaburkan belerang di sekitar leher akar tanaman sebanyak 100-200 gram/pohon dengan jarak 10 cm dari batang tanaman. 
  • Pemberian produk berbahan aktif Trichoderma (biologis) dengan dosis 100 gram/pohon yang dilakukan setiap enam bulan. 
  • Pemeliharaan tanaman dilakukan secara teratur dan rutin dengan tujuan untuk mendapatkan pertumbuhan  karet yang sehat dan optimum.  Pemeliharan tanaman dilakukan dengan pemupukan dan penyiangan rumput, gulma dan vegetasi lainnya di barisan tanaman karet.
  • Tidak menanam tanaman yang memungkinkan menjadi inang jamur akar di antara tanaman karet, seperti ubi kayu atau ubi jalar.
Pada kondisi tanaman karet yang telah terserang JAP, tindakan pengobatan harus segera dilakukan. Pengobatan dilakukan dengan menggunakan produk dengan bahan Triadimefon (kimia) sesuai dengan dosis anjurannya. Pengobatan sebaiknya dilakukan secara berkala hingga tanaman kembali sehat.

Penyakit jamur upas disebabkan oleh jamur Corticium salmonicolor  yang menyerang tanaman muda dan telah menghasilkan. Jamur upas menyerang secara perlahan di bagian batang atau cabang dengan gejala:
  • Membentuk lapisan jamur berwarna putih hingga merah muda dan masuk ke bagian kayu. 
  • Pada bagian tanaman yang terserang, keluar getah berwarna hitam, meleleh di permukaan batang tanaman hingga batang menjadi busuk. 
  • Percabangan mati dan mudah patah oleh angin .
Upaya yang dilakukan untuk mencegah serangan jamur upas adalah:
  • Menanam klon karet yang tahan terhadap penyakit jamur upas seperti PB 260, RRIC 100 dan BPM 1 pada sistem RAS. 
  • Menjaga kelembaban kebun dengan mengatur jarak tanam agar tidak  terlalu rapat, penyiangan dan pemangkasan vegetasi di   barisan  dan   di antara barisan tanaman karet dilakukan secara teratur. Pada   kondisi   tanaman    karet yang sudah terserang, sebaiknya segera diobati dengan pengolesan fungisida sesuai dengan dosis anjuran, seperti Antico F-96. Pengerokan kulit pada batang atau cabang tanaman terserang harus dihindari karena akan mengeluarkan spora yang terbang dan  terbawa oleh angin hingga menempel di tanaman sehat. Penyakit nekrosis kulit banyak ditemui dan menyerang tanaman klon karet jenis PB 260. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Fusarium sp. dan Botryodiplodia theobromae.
Gejala yang ditimbulkan berupa:
  • Pada kulit batang timbul bercak coklat kehitam-hitaman dengan ukuran 2-5 cm. Bercak-bercak tersebut makin membesar lalu bergabung, terlihat basah dan mengalami pembusukan. Kulit yang membusuk biasanya akan mengundang kumbang penggerek untuk datang, bersarang hingga masuk ke bagian kayu tanaman. 
  • Gejala ini timbul mulai dari bagian kaki gajah hingga ke percabangan tanaman karet. Gejalanya akan semakin parah pada saat kondisi cuaca lembab dan hujan terus-menerus.
Penularan penyakit nekrosis kulit  terjadi melalui spora yang terbawa oleh angin ke tanaman lain yang masih sehat. Apabila dibiarkan, maka sebagian besar tanaman dalam satu luasan akan terkena penyakit tersebut.

Tahapan pengendalian penyakit ini adalah:
(1) Mengoleskan fungisida Benlate 50 WP atau Antico F-96 pada kulit yang terinfeksi Fusarium.
(2) Bagian  kulit   yang  terinfeksi dikupas dengan menggunakan alat pengerok kulit yang terbuat dari  bahan  logam, kemudian dioles dengan   Antico   F-96.
(3) Tanaman    sehat    di    sekitar tanaman yang      terserang disemprot dengan fungisida seminggusekaliuntukmencegah penyebaran sporanya.
(4) Batang, cabang atau tanaman yang mati dikumpulkan dan dibakar.
(5) Tanaman    yang    mengalami serangan  berat  diistirahatkan tidak disadap sampai tanaman kembali pulih.
 
Penyakit Kering Alur Sadap (KAS) banyak ditemukan pada klon PB 260 yang disadap dengan frekuensi yang cukup tinggi, terlebih bila disertai   dengan penggunaan stimulan/obat perangsang keluarnya lateks seperti ethepon (ethrel) yang tidak terkendali.

Gejala yang terlihat yaitu:
  • Tanaman karet mengalami kekeringan pada bagian panel sadap dan tidak mengeluarkan lateks (getah). 
  • Bagian yang kering akan menjadi coklat dan terbentuk lekukan pada batang tidak teratur, dengan disertai pecah-pecah di permukaan kulit batang dan menimbulkan benjolan.
Penyakit KAS tidak menyebabkan kematian pada tanaman  karet, namun  kemampuan  tanaman menghasilkan lateks menjadi berkurang. Hingga saat ini, penularan terhadap tanaman lain yang sehat  belum  diketahui,  namun   penyebaran dan penularan terjadi pada kulit yang seumur pada pohon yang sama.

Beberapa tahapan pengendalian penyakit KAS yaitu :
(1) Menghindari  frekuensi penyadapan yang tinggi di atas 150 hari/tahun, dengan menyesuaikan anjuran terhadap klon-klon yang ditanam.
(2) Pengerokan pada bagian kulit yang kering dengan pisau sadap atau alat pengerok sampai batas 3-4 mm dari kambium. Kulit yang dikerok dioles dengan obat NoBB atau Antico F-96.
(3) Hindari penggunaan stimulant.
(4) Pohon yang mengalami kering alur sadap diberikan pupuk ekstra untuk membantu mempercepat pemulihan kulit.

Penyadapan merupakan tindakan membuka pembuluh lateks agar lateks yang terdapat dalam tanaman karet dapat keluar. 

Beberapa tahapan dalam melakukan penyadapan karet yaitu :
(1) Menentukan matang sadap Pohon  disebut telah  mencapai matang  sadap apabila lilit batangnya pada ketinggian 100 cm dari pertautan okulasi sudah mencapai 45 cm atau lebih pada minimal 60% populasi. Umumnya lilit batang dengan ukuran matang sadap dapat dicapai pada umur 4-6 tahun.
(2) Persiapan buka sadap Pohon yang telah matang sadap kemudian ditandai untuk dibuatkan bidang sadap dengan bantuan mal sadap.
Penggambaran bidang sadap ditujukkan untuk menentukan :
  • Tinggi bukaan sadap 130 cm. 
  • Arah bukaan sadap dari kiri atas ke kanan bawah dengan sudut kemiringan irisan sadap yaitu 30°-40° terhadap bidang datar. 
  • Panjang irisan sadap yang dianjurkan untuk karet rakyat yaitu ½S (½ spiral atau ½ lingkar batang tanaman karet). 
  • Letak bidang sadap ditentukan  pada arah Timur-Barat pada jarak antar tanaman yang pendek.
Setelah bidang sadap digambar di  batang tanaman,  kemudian talang dan mangkuk sadap dipasang. Talang sadap dipasang pada jarak 5-10 cm dari ujung irisan sadap bagian bawah, sementara mangkuk sadap dipasang di bawah talang sadap menggunakan tali yang diikatkan ke batang tanaman dengan jarak 15-20 cm.

(3) Pelaksanaan penyadapan
  • Kedalaman irisan sadap yang dianjurkan yaitu 1-1,5 mm dari kambium, dengan ketebalan kulit yang diiris rata-rata 1,5 mm setiap kali penyadapan, sehingga tanaman dapat disadap hingga 25-30 tahun.
  • Panjang irisan ½S. 
  • Frekuensi penyadapan yang dianjurkan untuk karet rakyat adalah d3 (satu kali sadap tiap tiga hari) pada dua tahun pertama dan d2 (satu kali sadap tiap dua hari) untuk tahun selanjutnya. 
  • Menjelang peremajaan, panjang irisan dan  frekuensi penyadapan dapat dilakukan secara bebas. 
  • Waktu penyadapan yang tepat adalah sepagi mungkin, yaitu setelah penyadap dapat melihat tanaman dengan jelas sekitar jam 05.00-07.30, karena tekanan turgor pada tanaman karet mencapai maksimum pada saat menjelang fajar. Tekanan turgor akan mempengaruhi jumlah lateks dan kecepatan alirannya.
Agroforestri sebaiknya dijadikan bagian yang tidak terpisahkan dari program pembangunan di pedesaan, agar dapat berperan secara efektif dan dapat lebih banyak mencukupi keperluan petani, baik untuk tujuan subsisten, pendapatan tunai, maupun untuk jasa. Keberhasilan agroforestri hendaknya dinilai dengan mengingat berbagai faktor, termasuk jangka waktu, imbalan ekonomi, pencukupan keperluan hidup, produktivitas biologi dan keberlanjutan. Kecocokan jenis tanaman perlu dinilai sebaik-baiknya.  Keperluan tanaman akan cahaya, unsur hara, dan air dapat sangat berbeda-beda.  Respon tanaman terhadap cara pengelolaan yang berbeda hasilnya juga tidak sama.

Untuk membangun pedesaan tanpa merusak sumber daya berharga, seyogyanya kita kembali secara lebih sistematis tidak hanya kepada spesies agroforestri universal (eksotik) yang diakui cepat tumbuh dan serbaguna, tetapi terutama kepada spesies pohon setempat (indigenous) yang secara tradisional dikenal, dipakai, dan dikelola oleh petani", demikian saran seorang ahli agroforestri (Clarke,1980).

Masyarakat hanya akan menerima dan mengembangkan sistem agroforestri bila dirasakan menguntungkan. Jadi sistem agroforestri bukan hanya suatu seni mencampur pohon kayu-kayuan dan pohon buah-buahan dengan tanaman musiman dan atau hewan dengan trampil, tetapi pada akhirnya merupakan seni untuk membuat penghidupan di pedesaan lebih produktif dan menarik. Pengertian “menarik” yang dimaksud adalah kemampuan mempertahankan nialinilai budaya yang baik, kepastian penguasaan lahan, tata guna lahan yang mantap, peningkatan pendapatan, pengurangan risiko dan curahan tenaga kerja yang berimbang, yang bermuara pada kesejahteraan yang meningkat serta perbaikan lingkungan hidup.



Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Our Akuntansi


0 komentar:

Post a Comment