Budidaya artemia salina
Budidaya artemia salina di Indonesia sudah dapat dilakukan pada
beberapa lokasi diantaranya di daerah Jepara Jawa Tengah.Artemia salina
sebagai pakan alami saat ini kebutuhannya masih didatangkan dari luar
negeri (import). Artemia salina produksi dalam negeri belum banyak dijual
di pasaran. Ada berbagai macam merk Artemia salina yang dijual dan
harganya relatif mahal berkisar antara Rp 500.000, sampai Rp 800.000,-
perkaleng dengan berat perkaleng berkisar antara 425 gram sampai 450
gram.
Indonesia sebagai negara yang garis pantainya terluas didunia berpotensi
untuk mengembangkan budidaya Artemia salina. Kementerian Kelautan
dan Perikanan melalui Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau
Jepara melakukan berbagai macam penelitian terkait dengan prospek
usaha budidaya Artemia salina di tambak garam. Kenapa di tambak garam?
Kista Artemia salinadapat diproduksi secara massal di tambak bersamaan
dengan produksi garam. Seperti pada pembelajaran sebelumnya dimana
anda telah memahami siklus hidup Artemia salina dan
perkembangbiakkannya pada buku teks bahan ajar siswa SMK Produksi
Pakan Alami semester 1.
Siklus hidup Artemia bisa dimulai dari saat menetasnya kista atau telur.
Setelah 15-20 jam pada suhu 25 derajat celcius kista akan menetas menjadi
embrio. Dalam waktu beberapa jam embrio ini masih akan tetap menempel
pada kulit kista. Pada fase ini embrio akan tetap menyelesaikan
perkembanganya kemudian berubah menjadi naupli yang akan bisa
berenang bebas. Pada awalnya naupli akan berwarna orange kecoklatan
akibat masih mengandung kuning telur. Artemia yang baru menetas tidak
akan makan, karena mulut dan anusnya belum terbentuk dengan
sempurna. Setelah 12 jam mereka akan ganti kulit dan memasuki tahap
larva kedua. Dalam fase ini mereka akan mulai makan, dengan pakan
berupa mikro alga, bakteri, dan detritus organik lainya. Naupli akan
berganti kulit sebanyak 15 kali sebelum menjadi dewasa dalam kurun
waktu 8 hari. Artemia dewasa rata-rata berukuran sekitar 8 cm, meskipun
demikian pada kondisi yang tepat mereka dapat mencapai ukuran sampai
dengan 20 mm. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 12.
Induk Artemia yang telah menjadi dewasa berat biomasnya akan mencapai 500 kali dibandingkan biomasa pada fase nauplius.Dalam tingkat salinitas rendah dan pakan yang optimal, betina Artemia bisa menghasilkan naupli sebanyak 75 ekor perhari. Selama masa hidupnya (sekitar 50 hari) mereka bisa memproduksi naupli rata-rata sebanyak 10-11 kali. Dalam kondisi super ideal, Artemia dewasa bisa hidup selama 3 bulan dan memproduksi naupli atau kista sebanyak 300 ekor(butir) per 4 hari. Untuk lebih jelasnya tentang induk jantan dan induk betina Artemia salina dapat dilihat pada Gambar 13.
Dalam usaha budidaya Artemia salina produk yang dihasilkan adalah kista (kista) yang bisa dijual dan dipasarkan. Berdasarkan siklus hidupnya setelah Artemia salina menjadi dewasa pada kondisi optimal kadar salinitas antara 30-35 ppt akan bereproduksi secara normal dan telur yang dihasilkan akan menetas menjadi nauplius. Pada kondisi lingkungan budidaya yang mempunyai salinitas yang tinggi maka anak yang dihasilkan tersebut akan mengalami fase dorman menjadi kista. Oleh karena itu dalam usaha budidaya Artemia salina kondisi lingkungan dibuat ekstrem dimana kista akan terbentuk jika salinitas perairan mencapai 120-140 ppt. Kista akan terbentuk apabila lingkungannya berubah menjadi sangat salin dan bahan pakan sangat kurang dengan fluktuasi oksigen sangat tinggi antara siang dan malam. Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara (2003) sudah dapat memproduksi Artemia salina secara massal pada tambak bersamaan dengan produksi garam. Dalam satu musim kering diproduksi sedikitnya 6 bulan dan menghasilkan kista basah sebanyak 40 kg dari luas tambak 1.500 m2 dan garam 56 ton. Budidaya artemia dapat dilakukan dengan beberapa kegiatan yaitu mulai dari persiapan tambak, persiapan alat dan bahan penetasan kista Artemia salina, penebaran benih, penumbuhan makanan alami, pemeliharaan, pemanenan dan prosesing.
0 komentar:
Post a Comment