-->

Persiapan Wadah Pembenihan krustacea

a) Pembersihan dan Perendaman Wadah 

Wadah yang perlu dibersihkan dalam hal ini adalah seluruh wadah yang digunakan dalam kegiatan pembenihan, misalnya bak pemeliharaan induk, bak pemijahan dan penetasan, bak pemeliharaan larva , bak kultur pakan alami, dan sebagainya. Persiapan bak dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu pembersihan bak dengan air tawar, perendaman dengan desinfektan, pencucian dengan detergen dan pengeringan. Pencucian dan pembilasan bak dengan air tawar dimaksudkan agar bau dan kosentrasi bahan tersebut hilang, sedangkan pencucian dan pengeringan bertujuan untuk menghilangkan dan mematikan mikroorganisme pembawa penyakit. Pembersihan bak dengan air tawar dilakukan untuk membersihkan kotoran yang menempel di dinding dan dasar bak, yaitu dengan cara bak dicuci dan disikat dengan menggunakan detergen, kemudian dibilas dengan menggunakan air tawar bersih hingga bau detergen hilang, dan selanjutnya dikeringkan. Proses pembersihan bak selanjutnya adalah proses sterilisasi wadah. Sterilisasi wadah dapat dilakukan dengan menggunakan 2 metode, yaitu dengan menggunakan kaporit dan formalin. Apabila sterilisasi dilakukan dengan menggunakan kaporit, maka bak diisi dengan air tawar kemudian diberi kaporit dengan konsentrasi 10 - 15 ppm. Pemberian kaporit bertujuan sebagai desinfektan untuk mensterilisasi bak dari semua bibit penyakit yang mungkin tertinggal dari masa pemeliharaan sebelumnya. Perendaman bak dengan kaporit dilakukan selama 1-2 hari dengan aerasi dinyalakan penuh. Aerasi dilakukan selama perendaman dimaksudkan untuk mengaduk dan meratakan kaporit, serta mengoptimalkan proses sterilisasi. Apabila sterilisasi dilakukan dengan menggunakan formalin, maka bak dilap dengan menggunakan formalin 0,5% dengan tujuan untuk membunuh organisme patogen yang menempel pada dinding bak.

b) Pencucian dan Pengeringan 

Pencucian ini dimaksudkan untuk membersihkan semua kaporit dan formalin yang digunakan dalam proses sterilisasi. Hal ini dilakukan karena kaporit dan formalin bersifat sangat toksik bagi semua organisme air, sehingga jika masih tersisa dapat meracuni biota yang dibudidayakan. Selama proses pencucian juga dilakukan penggosokan bak, batu dan selang aerasi dengan sikat yang bertujuan agar bak dan peralatan penunjang lainnya benarbenar bersih dari kaporit. Bak yang bersih dari kaporit ditandai dengan hilangnya bau kaporit pada bak, batu dan selang aerasi. Kemudian bak dikeringkan selama 2 hari atau sampai bak benarbenar kering. Apabila bak telah siap digunakan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan penataan ulang sumber aerasi dan media ke dalam bak. Pemasangan aerasi bertujuan untuk mensuplai oksigen terlarut di dalam air. Aerasi ini sangat penting karena biota krustasea membutuhkan oksigen untuk melakukan proses respirasi. Minimal kandungan oksigen terlarut di dalam air adalah 5 mg/l, oleh karena itu diperlukan jumlah dan penempatan aerasi yang tepat. Sumber oksigen dapat berasal dari pompa hi-blow untuk menyediakan oksigen bagi seluruh unit pembenihan krustasea. Pemasangan aerasi disesuaikan dengan ukuran wadah pemeliharaan, stadia atau umur krustasea dan padat penebaran dalam satu wadah pemeliharaan. Misalnya saja, untuk bak dengan ukuran 3 x 1 x 1 meter, aerasi dapat ditempatkan sebanyak 6 titik, sedangkan untuk bak bulat ukuran 3m2 aerasi dapat di tempatkan sebanyak 4 titik. Batu aerasi dipasangkan pada selang aerasi dan disusun ulang posisinya dengan jarak sekitar 10 cm dari dasar bak untuk menghindari adanya pengadukan kotoran, dan jarak antar titik sekitar 40 cm. Pada jenis krustasea tertentu, misalnya udang galah, lobster dan kepiting, membutuhkan shelter sebagai tempat berlindung saat moulting. Sehingga, sebaiknya ke dalam bak juga dimasukkan 83 media berupa shelter yang terbuat dari pipa paralon atau dari bambu.




Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Our Akuntansi


0 komentar:

Post a Comment