Media tumbuh dan berkembang pakan alami Rotifera.
Media seperti apakah yang dapat digunakan untuk tumbuh dan berkembang pakan alami Rotifera. Rotifera merupakan hewan air yang hidup diperairan tawar subtropik dan tropik baik di daerah danau, sungai dan kolam-kolam. Berdasarkan habitat alaminya pakan alami Rotifera ini dapat hidup pada perairan yang mengandung unsur hara. Unsur hara ini dialam diperoleh dari hasil dekomposisi nutrien yang ada didasar perairan. Untuk melakukan budidaya pakan alami diperlukan unsur hara tersebut didalam media budidaya. Unsur hara yang dimasukkan ke dalam media tersebut pada umumnya adalah pupuk.
Jenis pupuk yang dapat digunakan sebagai sumber unsur hara pada media kultur pakan alami Rotifera adalah pupuk organik dan anorganik. Pemilihan antara kedua jenis pupuk tersebut sangat bergantung kepada ketersediaan pupuk tersebut dilokasi budidaya, dan kedua jenis pupuk tersebut dapat digunakan sebagai sumber unsur hara.
Jenis pupuk organik yang biasa digunakan adalah pupuk kandang, pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari campuran antara kotoran hewan dengan sisa makanan dan alas tidur hewan tersebut. Campuran ini telah mengalami pembusukan sehingga sudah tidak berbentuk seperti semula. Pupuk kandang yang akan dipergunakan sebagai pupuk dalam media kultur pakan alami adalah pupuk kandang yang telah kering. Mengapa pupuk kandang yang digunakan harus yang kering ? Pupuk kandang yang telah kering sudah mengalami proses pembusukan secara sempurna sehingga secara fisik seperti warna, rupa, tekstur, bau dan kadar airnya tidak seperti bahan aslinya.
Pupuk kandang ini jenisnya ada beberapa macam antara lain adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan sapi, kerbau, kelinci, ayam, burung dan kuda. Dari berbagai jenis kotoran hewan tersebut yang biasadigunakan adalah kotoran ayam dan burung puyuh. Kotoran ayam dan burung puyuh yang telah kering ini digunakan dengan dosis sesuai kebutuhan.
Jenis pupuk anorganik juga bisa digunakan sebagai sumber unsur hara pada media kultur Rotifera jika pupuk kandang tidak terdapat dilokasi tersebut. Jenis pupuk anorganik yang biasa digunakan adalah pupuk yang mengandung unsur Nitrogen, Phosphat dan Kalium. Pupuk anorganik yang banyak mengandung unsur nitrogen dan banyak dijual dipasaran adalah urea, Zwavelzure Ammoniak (ZA), sedangkan unsur Phosphat adalah Triple Superphosphat (TSP). Untuk lebih mudahnya saat ini juga sudah dijual pupuk majemuk yang mengandung unsur Nitrogen, Phosphate dan Kalium (NPK).
Pupuk yang dimasukkan ke dalam media kultur pakan alami yang berfungsi untuk menumbuhkan bakteri, fungi, detritus dan beragam phytoplankton sebagai makanan utama Rotifera. Dengan tumbuhnya pakan Rotifera di dalam media kultur maka pakan alami yang akan dipelihara di dalam wadah budidaya tersebut akan tumbuh dan berkembang.
Berapakah dosis pupuk yang harus ditebarkan ke dalam media kultur pakan alami Rotifera ? Berdasarkan pengalaman beberapa pembudidaya dosis yang digunakan untuk pupuk kandang dari kotoran ayam sebanyak 500 gram/m3, sedangkan yang berasal dari kotoran burung puyuh adalah
1000 gram/m3, atau 1,0 gram/liter. Tetapi dosis pupuk kandang yang berasal dari kotoran burung puyuh berdasarkan hasil penelitian dan memberikan pertumbuhan populasi Rotifera pada hari ketujuh sebanyak 80 individu/liter.
Dosis yang digunakan untuk pupuk anorganik harus dihitung berdasarkan kebutuhan unsur hara yang dibutuhkan. Beberapa pembudidaya ada yang menggunakan pupuk nitrat dan phosphat sebagai unsur hara yang dimasukkan ke dalam media kultur pakan alami. Dosis yang digunakan dihitung berdasarkan kandungan unsur hara yang terdapat dalam pupuk an organik, misalnya pupuk yang akan digunakan adalah urea dan ZA. Kadar unsur N dalam Urea adalah 46%, artinya dalam setiap 100 kg urea mengandung unsur N sebanyak 46 kg. Untuk ZA kadar N nya 21% , artinya kadar N dalam pupuk ZA adalah 21 kg. Sedangkan pupuk kandang yang baik mengandung unsur N sebanyak 1,5– 2%. Oleh karena dalam menghitung jumlah pupuk anorganik yang dibutuhkan dalam media kultur pakan alami dilakukan perhitungan matematis. Misalnya kebutuhan urea adalah V1N1 = V2N2, 2X1,5=VX46, maka kebutuhan Urea adalah 3 : 46 = 0,065 kg.
Pupuk yang telah ditentukan akan digunakan sebagai sumber unsur hara dalam media kultur pakan alami selanjutnya dihitung dan ditimbang sesuai dengan dosis yang dibutuhkan. Penimbangan dilakukan setelah wadah budidaya disiapkan. Kemudian pupuk tersebut dimasukkan ke dalam kantong plastik atau karung plastik diikat dan dilubangi dengan menggunakan paku atau gunting agar pupuk tersebut dapat mudah larut didalam media kultur pakan alami Rotifera. Pupuk tersebut akan berproses didalam media dan akan tumbuh mikroorganisme sebagai makanan utama dari Rotifera. Waktu yang dibutuhkan oleh proses dekomposisi pupuk didalam media kultur pakan alami Rotifera ini berkisar antara 7 – 14 hari.
Setelah itu baru bisa dilakukan penebaran bibit Rotiferake dalam media kultur.
Selama dalam pemeliharaan harus terus dilakukan pemupukan susulan seminggu sekali dengan dosis setengah dari pemupukan awal. Pakan alami Rotifera mempunyai siklus hidup yang relatif singkat yaitu 4 – 12 hari. Oleh karena itu agar pembudidayaannya bisa berlangsung terus harus selalu diberikan pemupukan susulan. Dalam memberikan pemupukan susulan ini caranya hampir sama dengan pemupukan awal dan ada juga yang memberikan pemupukan susulannya dalam bentuk larutan pupuk yang dicairkan.
Parameter kualitas air didalam media kultur pakan alami Rotifera juga harus dilakukan pengukuran. Rotifera akan tumbuh dan berkembang pada media kultur yang mempunyai kandungan Oksigen terlarut sebanyak > 5 ppm, kandungan amonia < 1 ppm, suhu air berkisar antara 28 – 30 ⁰C dan pH air antara 6 – 8. Langkah kerja yang harus dilakukan pada pembuatan media budidaya Rotifera sama dengan budidaya Daphnia.
Ada beberapa langkah yang harus dilakukan sebelum melakukan inokulasi
bibit pakan alami ke dalam media kultur yaitu pertama melakukan
identifikasi jenis bibit pakan alami Rotifera, kedua melakukan seleksi
terhadap bibit pakan alami Rotifera, ketiga melakukan inokulasi bibit
pakan alami sesuai dengan prosedur .
Identifikasi jenis-jenis pakan alami sudah dipelajari pada pembelajaran
sebelumnya oleh karena itu pada pembelajaran kali ini siswa SMK
dianggap sudah memahami morfologi, siklus hidup dan perkembangbiakan
Rotifera. Langkah selanjutnya setelah dapat mengidentifikasi jenis Rotifera
yang akan ditebar ke dalam media kultur adalah melakukan pemilihan
terhadap bibit Rotifera. Pemilihan bibit Rotifera yang akan ditebar ke
dalam media kultur harus dilakukan dengan tepat. Bibit yang akan ditebar
ke dalam media kultur harus yang sudah dewasa. Rotifera dewasa
berukuran 2,5 mm, anak pertama sebesar 0,8 mm dihasilkan secara
parthenogenesis.
Setelah dapat membedakan antara individu Rotifera yang telur, anak,
remaja dan dewasa maka selanjutnya adalah memilih individu yang
dewasa sebagai calon bibit yang akan ditebarkan ke dalam media kultur.
Jumlah bibit yang akan ditebarkan ke dalam media kultur sangat
bergantung kepada volume media kultur. Padat penebaran bibit yang akan
diinokulasi ke dalam media kultur biasanya adalah 20 – 25 individu
perliter.
Cara yang dilakukan dalam melakukan inokulasi adalah dengan
menebarkannya secara hati-hati ke dalam media kultur sesuai dengan
padat tebar yang telah ditentukan. Penebaran bibit Rotifera ini sebaiknya
dilakukan pada saat suhu perairan tidak terlalu tinggi yaitu pada pagi dan
sore hari.
Langkah kerja dalam menebar bibit pakan alami Rotifera adalah sebagai
berikut :
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan sebelum melakukan
inokulasi/penanaman bibit pakan alami Rotifera!
2. Siapkan mikroskop dan peralatannya untuk mengidentifikasi jenis
Rotifera yang akan dibudidayakan!
3. Ambillah seekor Rotifera dengan menggunakan pipet dan letakkan
diatas objek glass, dan teteskan formalin agar individu tersebut tidak
bergerak !
4. Letakkan objek glass dibawah mikroskop dan amati morfologi Rotifera
serta cocokkan dengan gambar .
5. Lakukan pengamatan terhadap individu Rotifera beberapa kali
ulangan agar dapat membedakan tahapan stadia pada Rotifera yang
sedang diamati dibawah mikroskop !
6. Hitunglah panjang tubuh individu Rotifera dewasa beberapa ulangan
dan perhatikan ukuran tersebut dengan kasat mata!
7. Lakukanlah pemilihan bibit yang akan ditebarkan ke dalam media
kultur dan letakkan dalam wadah yang terpisah!
8. Tentukan padat penebaran yang akan digunakan dalam budidaya
pakan alami Rotifera tersebut sebelum dilakukan penebaran.
9. Hitunglah jumlah bibit yang akan ditebar tersebut sesuai dengan point
8.
10. Lakukan penebaran bibit pakan alami Rotifera pada pagi atau sore hari
dengan cara menebarkannya secara perlahan-lahan ke dalam media
kultur.
Pemupukan susulan pada budidaya Rotifera dilakukan sama dengan
budidaya Daphnia. Frekuensi pemupukan susulan ditentukan dengan
melihat sample air didalam media kultur , parameter yang mudah dilihat
adalah jika transparansi kurang dari 0,3 m didalam media kultur. Hal ini
dapat dilihat dari warna air media yang berwarna keruh atau warna teh
bening. Jika hal tersebut terjadi segera dilakukan pemupukan susulan.
Jenis pupuk yang digunakan sama dengan pemupukan awal.
Mengapa pertumbuhan populasi pakan alami Rotifera harus dipantau ?
Kapan waktu yang tepat dilakukan pemantauan populasi pakan alami
Rotifera yang dibudidayakan didalam media kultur ? Bagaimana kita
menghitung kepadatan populasi pakan alami Rotifera di dalam media
kultur ? Mari kita jawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan mempelajari beberapa referensi tentang hal tersebut atau dari majalah dan
internet yang dapat menjawabnya. Didalam buku ini akan diuraikan secara
singkat tentang pertumbuhan Rotifera, menghitung kepadatan populasi
dan waktu pemantauannya.
Rotifera yang dipelihara dalam media kultur yang tepat akan mengalami
pertumbuhan yang cepat.
Secara biologis Rotifera akan tumbuh dewasa
pada umur satu hari (24 jam setelah menetas), jika pada saat inokulasi
yang ditebarkan adalah bibit Rotifera yang dewasa maka dalam waktu dua
hari bibit Rotifera tersebut sudah mulai beranak, karena periode maturasi
Rotifera pada media yang mempunyai suhu 25 oC adalah satu hari. Jumlah
telur yang dikeluarkan dari satu induk bibit Rotifera adalah sebanyak 2-3
butir. Tetapi jika dilakukan budidaya di laboratorium jumlah telur yang
dihasilkan dari induk betina amiktik adalah 3-6 butir. Daur hidup Rotifera
adalah 6 – 12 hari dan Rotifera menjadi dewasa hanya dalam waktu satu
hari, sehingga bisa diperhitungkan prediksi populasi Rotifera didalam
media kultur.
Berdasarkan siklus hidup Rotifera maka kita dapat menentukan waktu
yang tepat untuk dilakukan pemanenan sesuai dengan kebutuhan larva
atau benih ikan yang akan mengkonsumsi pakan alami Rotifera. Ukuran
Rotifera yang dewasa dan anak-anak berbeda oleh karena itu perbedaan
ukuran tersebut sangat bermanfaat bagi ikan yang akan mengkonsumsi
dan disesuaikan dengan ukuran bukaan mulut larva.
Pemantauan pertumbuhan pakan alami Rotifera di media kultur harus
dilakukan agar tidak terjadi kepadatan populasi yang mengakibatkan
tingkat kematian yang tinggi didalam media. Hal tersebut diakibatkan oleh
kurangnya oksigen didalam media kultur. Untuk mengukur tingkat
kepadatan populasi Rotifera didalam media kultur dilakukan dengan cara sampling beberapa titik dari media, minimal tiga kali sampling. Sampling
dilakukan dengan cara mengambil air media kultur yang berisi Rotifera
dengan menggunakan baker glass atau erlenmeyer. Hitunglah jumlah
Rotifera yang terdapat dalam botol contoh tersebut, data tersebut dapat
dikonversikan dengan volume media kultur.
Langkah Kerja dalam memantau pertumbuhan populasi pakan alami
Rotifera adalah sebagai berikut :
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan sebelum melakukan
pemantauan pertumbuhan populasi pakan alami Rotifera.
2. Tentukan waktu pemantauan kepadatan populasi sesuai dengan
prediksi tingkat pertumbuhan Rotifera di media kultur.
3. Ambillah sampel air dimedia kultur dengan menggunakan baker
glass/erlemeyer, amati dengan seksama dan teliti !
4. Hitunglah jumlah Rotifera yang terdapat dalam baker glass tersebut !
5. Lakukanlah kegiatan tersebut minimal tiga kali ulangan dan catat
apakah terjadi perbedaan nilai pengukuran dari ketiga lokasi yang
berbeda.
6. Hitunglah rata-rata nilai populasi dari ketiga sampel yang berbeda
lokasi. Nilai rata-rata ini akan dipergunakan untuk menghitung
kepadatan populasi pakan alami Rotifera di media kultur.
7. Catat volume air sampel dan jumlah Rotifera dari data point 6, lakukan
konversi nilai perhitungan tersebut untuk menduga kepadatan populasi
pakan alami Rotifera didalam media kultur.
Pemanenan pakan alami Rotifera ini dapat dilakukan setiap hari atau
seminggu sekali atau dua minggu sekali. Hal tersebut bergantung kepada
kebutuhan suatu usaha terhadap ketersediaan pakan alami Rotifera.
Pemanenan pakan alami Rotifera yang dilakukan setiap hari biasanya
jumlah yang dipanen adalah kurang dari 20% . Pemanenan Rotifera dapat
juga dilakukan seminggu sekali atau dua minggu sekali sangat bergantung
kepada kelimpahan populasi Rotifera di dalam media kultur.
Untuk menghitung kepadatan Rotifera pada saat akan dilakukan
pemanenan, dapat dilakukan tanpa menggunakan alat pembesar atau
mikroskop. Rotifera diambil dari dalam wadah, yang telah diaerasi
agak besar sehingga Rotifera merata berada di seluruh kolom air,
dengan memakai gelas piala volume 100 ml. Rotifera dan air di dalam
gelas piala selanjutnya dituangkan secara perlahan-lahan sambil
dihitung jumlah Rotifera yang keluar bersama air.Apabila jumlah
Rotifera yang ada sangat banyak, maka dari gelas piala 100 ml dapat
diencerkan, caranya adalah dengan menuangkan ke dalam gelas piala
1000 ml dan ditambah air hingga volumenya 1000 ml.Dari gelas
1000 ml, lalu diambil sebanyak 100 ml. Rotifera yang ada dihitung
seperti cara diatas, lalu kepadatan di dalam wadah budidaya dapat
diketahui dengan cara mengalikan 10 kali jumlah didalam gelas 100
ml. Sebagai contoh, apabila di dalam gelas piala 100 ml terdapat 200
ekor Rotifera, maka kepadatan Rotifera diwadah budidaya adalah 10
X 200 ekor = 2000 individu per 100ml.
Pemanenan Rotifera dapat dilakukan berdasarkan siklus
reproduksinya, dimana Rotifera akan menjadi dewasa pada umur
satu hari dan dapat bertelur setiap hari, maka dapat dipredeksi
kepadatan populasi Rotifera didalam media kultur jika padat tebar
awal dilakukan pencatatan. Rotifera dapat berkembangbiak tanpa
kawin dan usianya relative singkat yaitu 6 – 12 hari.
Pemanenan dapat dilakukan pada hari ke empat – sembilan jika
populasinya sudah mencukupi, pemanenan tersebut dilakukan dengan
cara menggunakan seser halus. Waktu pemanenan dilakukan pada pagi
hari disaat matahari terbit, pada waktu tersebut Rotifera akan banyak
mengumpul dibagian permukaan media untuk mencari sinar. Dengan
tingkahlakunya tersebut akan sangat mudah bagi para pembudidaya untuk
melakukan pemanenan. Rotifera yang barudipanen tersebut dapat
digunakan langsung untuk konsumsi larva atau benih ikan.
Rotifera yang sudah dipanen tersebut dapat tidak secara langsung
diberikan pada larva dan benih ikan hias yang dibudidayakan tetapi
dilakukan penyimpanan. Cara penyimpanan Rotifera yang dipanen
berlebih dapat dilakukan pengolahan Rotifera segar menjadi beku . Proses
tersebut dilakukan dengan menyaring Rotifera dengan air dan Rotiferanya
saja yang dimasukkan dalam wadah plastic dan disimpan didalam lemari
pembeku (Freezer).
Langkah kerja dalam melakukan pemanenan Rotifera dilakukan sama
dengan pemanenan pada Daphnia, yang membedakan adalah waktu
pemanenan dan jumlah Rotifera yang akan dipanen setiap hari.
0 komentar:
Post a Comment