-->

Daya Hidup Jasmani

Seperti telah dipaparkan di atas bahwa selain diberikan Watak sejati (xing) sebagai kemampuan luhur bagi manusia untuk berbuat baik/bajik, manusia juga diberikan daya hidup jasmani (jing) sebagai kemampuan manusia untuk menggenapi kehidupannya. Daya rasa atau daya hidup jasmani itu ialah: Gembira (xi)
Marah    (nu)
Sedih      (ai)
Senang  (le)

Peradaban manusia dapat bertahan sampai hari ini karena manusia memiliki nafsu-nafsu tersebut. Keempat daya rasa (nafsu) inilah yang menjadikan manusia mampu mengembangkan kehidupannya. Tetapi nafsu-nafsu ini pulalah yang dapat menimbulkan masalah dalam kehidupan bila manusia tidak dapat baik-baik memelihara dan mengendalikannya. Tujuan pengajaran agama tidaklah bermaksud menghapuskan  atau membunuh nafsu-nafsu tersebut, karena bagaimanapun nafsu-nafsu itu merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari manusia.  Agama bertujuan membimbing agar manusia mengerti bagaimana mengendalikan bila nafsu-nafsu yang ada di dalam dirinya itu timbul. Mengendalikannya agar tidak melampaui batas “tengah.” “Gembira, marah, sedih dan senang sebelum timbul dinamai tengah. Setelah  timbul tetapi masih berada di batas tengah dinamai harmonis. Tengah  itulah  pokok besar dunia, dan keharmonisan itulah cara menempuh jalan suci di  dunia.”(Zhongyong. Bab Utama: 4) “Bila dapat terselenggara tengah dan harmonis, maka kesejahteraan akan meliputi langit dan bumi, segenap makhluk dan benda akan terpelihara.” (Zhongyong. Bab Utama: 5) Ketika manusia berada dalam kondisi di mana belum timbul rasa gembira, rasa marah, rasa sedih, dan rasa senang/suka di dalam dirinya, kondisi inilah yang dimaksud manusia dalam keadaan “tengah.”  Tetapi keadaan dalam kehidupan ini sangatlah dinamis/selalu berubah, terlebih lagi perasaan manusia mudah sekali terpengaruh dan berubah. Keadaan tengah dalam diri manusia tidak dapat berlangsung/bertahan selamanya, banyak hal dan peristiwa yang dapat memancing  timbulnya nafsu di dalam diri.

Bila salah-satu nafsu itu terekspresikan, berarti saat itu manusia sudah tidak dalam keadaan tengah.
1. Ketika manusia menerima kabar baik yang diharapkan, seketika itu timbul perasaan gembira di dalam dirinya.
2. Ketika mendapat perlakuaan buruk/tidak benar, seketika itu timbul perasaan marah di dalam dirinya.
3. Ketika menerima kabar buruk yang tidak diharapkan, seketika itu timbul perasaan sendih dan kecewa.
4. Ketika melihat, mendengar atau merasakan yang sesuatu yang menarik hatinya, seketika itu timbul perasaan senang/suka. Menjadi kewajiban manusia  untuk selalu mengendalikan setiap nafsu yang timbul dalam dirinya agar tetap berada di batas tengah (tidak berlebihan).

Mengendalikan nafsu yang timbul tetap di batas tengah itulah yang dinamai harmonis.
1. Jangan karena perasaan gembira lalu  menjadi lupa diri dan tidak memperhatikan sikap dan perilaku, ini berarti melanggar nilai-nilai kemanusiaan.
2. Jangan karena perasaan marah, sampai berbuat keterlaluan, ini berarti melanggar nilai-nilai kebenaran (kepatutan).
3. Jangan kerena perasaan sedih sampai merusakkan badan, ini berarti melanggar nilai-nilai kesusilaan.
4. Jangan karena perasaan suka terhadap sesuatu, sampai melupakan hal-hal lain hanya sekedar ingin memuaskan keinginan diri, ini berarti melanggar nilai-nilai kebijaksanaan.



Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Our Akuntansi


0 komentar:

Post a Comment