Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).
Organisme pengganggu tanaman (OPT) adalah semua bentuk makhluk hidup
yang dapat merusak tanaman. Wujudnya dari virus atau bakteri yang tidak
dapat dilihat hingga tikus, bahkan dapat pula dilakukan oleh manusia
itu sendiri.
a) Hama, adalah hewan atau binatang pengganggu dan perusak tanaman, misalnya serangga, moluska, dan mamalia.
b) Penyakit, yang disebabkan oleh jasad mikro, seperti jamur, bakteri dan virus.
c) Gulma, yaitu tanaman yang tidak diharapkan kehadirannya pada suatu areal budidaya.
Sebenarnya keberadaan hama dan penyakit tanaman di areal budidaya merupakan akibat dari ulah manusia sendiri. Perubahan ekosistem hutan menjadi areal budidaya adalah salah satu penyebab utamanya. Prinsipnya jika ekosistem tetap terjaga seimbang seperti ekosistem hutan, tidak akan ada organisme yang disebut sebagai pengganggu atau perusak tanaman. Di ekosistem hutan, setiap organisme berada dalam jumlah yang seimbang dengan organisme yang lain yang menjadi musuhnya atau pemangsanya sehingga tidak terdapat satu organisme yang populasinya terlalu besar yang menjadi pengganggu atau perusak bagi tanaman.
Pemantauan keberadaan hama dan musuh-musuh alaminya, keadaan pertumbuhan dan umur tanaman, serta keadaan lingkungan fisik adalah penting dalam penerapan PHT (Pengendalian Hama Terpadu). Sistem yang dianjurkan adalah sebagai berikut :
a) Teknik penarikan tanaman contoh: sistem diagonal atau bentuk U
b) Ukuran contoh: 10 tanaman contoh untuk setiap 0,2 Ha pertanaman atau 50 tanaman contoh/Ha
c) Interval pengamatan untuk populasi/kerusakan karena hama: 1 (satu) kali/minggu.
Penghitungan tingkat kerusakan tanaman menggunakan rumus:
P = a/(a +b) x 100%
P = Tingkat kerusakan tanaman (%)
a = Jumlah tanaman yang terserang
b = Jumlah tanaman yang tidak terserang
b) Hama tidak langsung (B. Tabaci dan Liriomyza sp.)
Penghitungan tingkat kerusakan tanaman menggunakan rumus:
P = (n X v)/ZN x 100%
P = Tingkat kerusakan (%)
n = Jumlah tanaman atau bagian tanaman yang memiliki nilai kategori serangan yang sama
v = Nilai skala tiap kategori serangan
Z = Nilai kategori serangan tertinggi
N =Jumlah tanaman atau bagian tanaman yang diamati (ukuran contoh)
Nilai kategori serangan (v) didasarkan pada luas serangan sebagai berikut:
0 = tidak ada kerusakan sama sekali (sehat)
1 = luas kerusakan 0 s.d. 20%
3 = luas kerusakan 20 s.d. 40%
5 =luas kerusakan 40 s.d. 60%
7 =luas kerusakan 60 s.d. 80%
9 =luas kerusakan 80 s.d. 100%
Dalam merumuskan OPT dikenal istilah ambang ekonomi hama dan penyakit tanaman, yaitu batasan jumlah tertentu dari populasi OPT yang cukup membuat kerusakan tanaman dan secara ekonomi mulai merugikan. Nilai ambang ekonomi menjadi acuan mengenai perlu tidaknya dilakukan upaya pengendalian pada serangan hama dan penyakit tanaman yang ditemui. Tindakan pengendalian baru perlu dilakukan jika populasi OPT mulai bergerak diatas ambang ekonomi
Tanaman sehat adalah tanaman yang dapat menjalankan fungsi-fungsi fisiologisnya dengan baik, misalnya proses fotosintesis dan respirasi, proses metabolisme, penyerapan dan translokasi zat hara serta penyerapan air. Adanya gangguan yang disebabkan oleh serangan hama atau penyakit dapat mengakibatkan terganggunya proses-proses fisiologis tersebut, selanjutnya akan menimbulkan kerusakan yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dengan demikian kerusakan tanaman dapat disebut sebagai perubahan pada tanaman yang menyebabkan menurunnya kuantitas dan kualitas hasil.Pengendalian secara kimiawi dengan pestisida selektif merupakan
cara pengendalian menggunakan racun kimia. Dalam banyak kasus, pestisida memang berhasil menekan populasi OPT dalam waktu singkat jika digunakan dengan teapt sebagai bagian dari strategi penerapan PHT (Pengendalian Hama Terpadu). Pada PHT, pemakian pestisida yang berspektrum luas, berdosis tinggi, dan terdiri dari satu jenis saja dalam waktu panjang harus dihindari karena akan menyebabkan kekebalan pada hama dan penyakit tertentu
Jenis-jenis pestisida berdasarkan OPT sasaran sebagai berikut:
a) Insektisida
Insektisida digunakan untuk mengendalikan serangan yang disebabkan oleh berbagai jenis serangga. Perkembangan serangga umumnya melalui tahap yang disebut metamorfosis, yaitu perubahan bentuk dari telur, larva, kepompong, dan serangga dewasa. Selanjutnya harus diketahui tahap metamorfosis serangga tersebut yang menjadi perusak tanaman.
Aktifitas terbesar larva yang berbentuk ulat adalah makan untuk mengumpulkan energi yang diperlukan pada saat menjadi kepompong sehingga tahap ini umumnya menjadi hama bagi tanaman. Beberapa jenis serangga dewasa tidak memerlukan makanan, tugasnya hanya kawin, bertelur, kemudian mati. Meskipun demikian tidak sedikit serangga dewasa yang menjadi pengganggu tanaman. Secara umum pengendalian serangga pada tahap larva lebih disarankan karena mudah dilakukan dan lebih berhasil guna.
b) Fungisida
Fungisida digunakan untuk mengendalikan serangan fungi atau cendawan. Cendawan merupakan penyebab penyakit infeksi yang utama pada tanaman. Cendawan adalah organisme tingkat rendah yang tidak memiliki klorofil sehingga tidak dapat mengolah
makanan sendiri, karena itu memperoleh makanan dan energi dari sumber lain, misalnya melakukan penetrasi kedalam jaringan sel tanaman. Untuk memilih cara pengendaliannya diperlukan pengetahuan mengenai siklus hidup cendawan dan faktor lingkungan yang dapat menyebabkannya menginfeksi jaringan tanaman. Cendawan akan tumbuh subur di lingkungan yang lembab dan hangat. Beberapa jenis cendawan juga bisa dibawa oleh serangga. Bisa pada cendawan menginfeksi tanaman setelah jaringan tanaman terluka oleh gigitan serangga, dengan demikian pengendalian serangan serangga juga berpengaruh terhadap keberhasilan pengendalian cendawan.
c) Herbisida
Herbisida digunakan untuk mengendalikan gulma atau rumput dan tanaman lain yang kehadirannya tidak dikehendaki, misalnya rumput atau alang-alang. Gulma mengganggu tanaman dengan cara menciptakan kompetisi unsur hara, air, dan cahaya matahari dengan tanaman utama sehingga tanaman akan kekurangan unsur-unsur tersebut.
d) Jenis lainnya
Jenis pestisida lainnya adalah bakterisida yang digunakan untuk mengendalikan serangan bakteri, akarisida yang digunakan untuk mengendalikan serangan tungau, dan nematisida yang digunakan untuk mengendalikan serangan nematoda.
Sanitasi merupakan usaha untuk memperkecil kesesuaian hama terhadap ekosistem yang disenangi. Beberapa hama dapat bertahan hidup di luar tanaman inang, misalnya di sisa-sisa tanaman yang masih hidup atau yang sudah mati.
Tindakan yang dapat dilakukan adalah :
Tindakan membalik tanah dapat menyebabkan matinya hama dan penyakit tanaman yang bersembunyi di dalam tanah, misalnya ulat tanah (Agrotis epsilon). Pembalikan tanah menyebabkan hama dan penyakit mati, karena terkena sinar matahari secara langsung selamabeberapa hari atau termakan oleh predator, seperti burung, karena keadaannya menjadi terbuka.
c) Pengelolaan air
Prinsipnya adalah memberikan air dalam jumlah dan waktu yang tepat bagi tanaman melalui sistem irigasi dan drainase yang tepat. Keadaan tersebut akan dapat mengontrol kelembaban di sekitar tanaman dan menciptakan kondisi yang tidak disenangi oleh hama penyakit tanaman.
d) Pemberaan lahan
Pemberaan lahan atau tindakan mengosongkan lahan untuk beberapa waktu dimaksudkan untuk memutuskan rantai makanan bagi hama dan penyakit.
e) Pemupukan berimbang
Pemupukan dilakukan sesuai dengan kebutuhan tanaman, terutama pada masa pertumbuhan cepat, yaitu pada saat pembentukan daun, cabang, dan perakaran. Kondisi kekurangan atau kelebihan unsur hara dapat berakibat buruk bagi pertumbuhan tanaman.
f) Penggunaan mulsa
Fungsi mulsa atau penutup tanah diantaranya mencegah perkembangan hama dan penyakit, terutama bagi hama dan penyakit yang pada periode tertentu dapat hidup didalam tanah.
g) Penggunaan tanaman perangkap
Cara ini banyak dilakukan pada pertanian organik, untuk mencegah serangan hama dan penyakit pada tanaman utama dengan cara menanam tanaman perangkap di sekitarnya, biasanya digunakan tanaman yang mempunyai warna dan bau menyolok.
Contoh lain dari musuh alami OPT adalah belalang sembah yang merupakan pemangsa kutu daun (Aphid, ulat piton, dan burung hantu yang memangsa tikus sawah, jamur Beauvaria bassiana dan Metarrhizium anisopliae yang menjadi penyakit untuk ulat jengkal/Edropis burmitra) pada tanaman teh. Keberadaan musuh alami ini harus tetap terjaga dengan cara menyediakan lingkungan yang sesuai dan tidak menyemprotkan pestisida secara berlebihan.
1) Jenis-jenis OPT
OPT dikelompokkan menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu:a) Hama, adalah hewan atau binatang pengganggu dan perusak tanaman, misalnya serangga, moluska, dan mamalia.
b) Penyakit, yang disebabkan oleh jasad mikro, seperti jamur, bakteri dan virus.
c) Gulma, yaitu tanaman yang tidak diharapkan kehadirannya pada suatu areal budidaya.
Sebenarnya keberadaan hama dan penyakit tanaman di areal budidaya merupakan akibat dari ulah manusia sendiri. Perubahan ekosistem hutan menjadi areal budidaya adalah salah satu penyebab utamanya. Prinsipnya jika ekosistem tetap terjaga seimbang seperti ekosistem hutan, tidak akan ada organisme yang disebut sebagai pengganggu atau perusak tanaman. Di ekosistem hutan, setiap organisme berada dalam jumlah yang seimbang dengan organisme yang lain yang menjadi musuhnya atau pemangsanya sehingga tidak terdapat satu organisme yang populasinya terlalu besar yang menjadi pengganggu atau perusak bagi tanaman.
Pemantauan keberadaan hama dan musuh-musuh alaminya, keadaan pertumbuhan dan umur tanaman, serta keadaan lingkungan fisik adalah penting dalam penerapan PHT (Pengendalian Hama Terpadu). Sistem yang dianjurkan adalah sebagai berikut :
a) Teknik penarikan tanaman contoh: sistem diagonal atau bentuk U
b) Ukuran contoh: 10 tanaman contoh untuk setiap 0,2 Ha pertanaman atau 50 tanaman contoh/Ha
c) Interval pengamatan untuk populasi/kerusakan karena hama: 1 (satu) kali/minggu.
Parameter pengamatan
a) Hama langsung (Agrotis ipsilon dan Heliothis armigera)Penghitungan tingkat kerusakan tanaman menggunakan rumus:
P = a/(a +b) x 100%
P = Tingkat kerusakan tanaman (%)
a = Jumlah tanaman yang terserang
b = Jumlah tanaman yang tidak terserang
b) Hama tidak langsung (B. Tabaci dan Liriomyza sp.)
Penghitungan tingkat kerusakan tanaman menggunakan rumus:
P = (n X v)/ZN x 100%
P = Tingkat kerusakan (%)
n = Jumlah tanaman atau bagian tanaman yang memiliki nilai kategori serangan yang sama
v = Nilai skala tiap kategori serangan
Z = Nilai kategori serangan tertinggi
N =Jumlah tanaman atau bagian tanaman yang diamati (ukuran contoh)
Nilai kategori serangan (v) didasarkan pada luas serangan sebagai berikut:
0 = tidak ada kerusakan sama sekali (sehat)
1 = luas kerusakan 0 s.d. 20%
3 = luas kerusakan 20 s.d. 40%
5 =luas kerusakan 40 s.d. 60%
7 =luas kerusakan 60 s.d. 80%
9 =luas kerusakan 80 s.d. 100%
Dalam merumuskan OPT dikenal istilah ambang ekonomi hama dan penyakit tanaman, yaitu batasan jumlah tertentu dari populasi OPT yang cukup membuat kerusakan tanaman dan secara ekonomi mulai merugikan. Nilai ambang ekonomi menjadi acuan mengenai perlu tidaknya dilakukan upaya pengendalian pada serangan hama dan penyakit tanaman yang ditemui. Tindakan pengendalian baru perlu dilakukan jika populasi OPT mulai bergerak diatas ambang ekonomi
2) Pengendalian OPT secara Kimiawi
Teknik pengendalian OPT berbeda menurut jenis pengganggu dan tanamannya, namun, pendekatan dasarnya adalah dengan mencapuri beberapa tahapan kehidupan dari pengganggu tersebut atau dengan melindungi tanaman inangnya. Perlakuan yang paling baik adalah usaha pencegahan atau preventif, bukan menyembuhkan tanaman-tanaman yang telah diserang. Usaha penyembuhan lebih sulit dan mahal dibandingkan dengan usaha pencegahan, hal ini disebabkan banyaknya jenis OPT.Pengendalian serangan hama dan penyakit tanaman selanjutnya menjadi salah satu masalah yang penting dalam teknis budidaya tanaman, selain pemilihan benih atau bibit tanaman, penanaman, pemupukan, pemanenan, dan pascapanen, artinya menjaga tanaman agar tetap sehat sama pentingnya dengan penambahan unsur hara bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman melalui pemupukan. Karena jika tanaman tersebut sehat, akan lebih mudah dalam perawatannya. Penambahan bahan organik dan unsur hara melalui pemupukan, pemberian, air, dan unsur tambahan lainnya dapat berlangsung secara efisien. Tanaman yang sehat akan tumbuh dan berkembang dengan baik tanpa perlu diberi perlakuan khusus apapun.Tanaman sehat adalah tanaman yang dapat menjalankan fungsi-fungsi fisiologisnya dengan baik, misalnya proses fotosintesis dan respirasi, proses metabolisme, penyerapan dan translokasi zat hara serta penyerapan air. Adanya gangguan yang disebabkan oleh serangan hama atau penyakit dapat mengakibatkan terganggunya proses-proses fisiologis tersebut, selanjutnya akan menimbulkan kerusakan yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dengan demikian kerusakan tanaman dapat disebut sebagai perubahan pada tanaman yang menyebabkan menurunnya kuantitas dan kualitas hasil.Pengendalian secara kimiawi dengan pestisida selektif merupakan
cara pengendalian menggunakan racun kimia. Dalam banyak kasus, pestisida memang berhasil menekan populasi OPT dalam waktu singkat jika digunakan dengan teapt sebagai bagian dari strategi penerapan PHT (Pengendalian Hama Terpadu). Pada PHT, pemakian pestisida yang berspektrum luas, berdosis tinggi, dan terdiri dari satu jenis saja dalam waktu panjang harus dihindari karena akan menyebabkan kekebalan pada hama dan penyakit tertentu
Jenis-jenis pestisida berdasarkan OPT sasaran sebagai berikut:
a) Insektisida
Insektisida digunakan untuk mengendalikan serangan yang disebabkan oleh berbagai jenis serangga. Perkembangan serangga umumnya melalui tahap yang disebut metamorfosis, yaitu perubahan bentuk dari telur, larva, kepompong, dan serangga dewasa. Selanjutnya harus diketahui tahap metamorfosis serangga tersebut yang menjadi perusak tanaman.
Aktifitas terbesar larva yang berbentuk ulat adalah makan untuk mengumpulkan energi yang diperlukan pada saat menjadi kepompong sehingga tahap ini umumnya menjadi hama bagi tanaman. Beberapa jenis serangga dewasa tidak memerlukan makanan, tugasnya hanya kawin, bertelur, kemudian mati. Meskipun demikian tidak sedikit serangga dewasa yang menjadi pengganggu tanaman. Secara umum pengendalian serangga pada tahap larva lebih disarankan karena mudah dilakukan dan lebih berhasil guna.
b) Fungisida
Fungisida digunakan untuk mengendalikan serangan fungi atau cendawan. Cendawan merupakan penyebab penyakit infeksi yang utama pada tanaman. Cendawan adalah organisme tingkat rendah yang tidak memiliki klorofil sehingga tidak dapat mengolah
makanan sendiri, karena itu memperoleh makanan dan energi dari sumber lain, misalnya melakukan penetrasi kedalam jaringan sel tanaman. Untuk memilih cara pengendaliannya diperlukan pengetahuan mengenai siklus hidup cendawan dan faktor lingkungan yang dapat menyebabkannya menginfeksi jaringan tanaman. Cendawan akan tumbuh subur di lingkungan yang lembab dan hangat. Beberapa jenis cendawan juga bisa dibawa oleh serangga. Bisa pada cendawan menginfeksi tanaman setelah jaringan tanaman terluka oleh gigitan serangga, dengan demikian pengendalian serangan serangga juga berpengaruh terhadap keberhasilan pengendalian cendawan.
c) Herbisida
Herbisida digunakan untuk mengendalikan gulma atau rumput dan tanaman lain yang kehadirannya tidak dikehendaki, misalnya rumput atau alang-alang. Gulma mengganggu tanaman dengan cara menciptakan kompetisi unsur hara, air, dan cahaya matahari dengan tanaman utama sehingga tanaman akan kekurangan unsur-unsur tersebut.
d) Jenis lainnya
Jenis pestisida lainnya adalah bakterisida yang digunakan untuk mengendalikan serangan bakteri, akarisida yang digunakan untuk mengendalikan serangan tungau, dan nematisida yang digunakan untuk mengendalikan serangan nematoda.
3) Pengendalian OPT secara Teknis
a) SanitasiSanitasi merupakan usaha untuk memperkecil kesesuaian hama terhadap ekosistem yang disenangi. Beberapa hama dapat bertahan hidup di luar tanaman inang, misalnya di sisa-sisa tanaman yang masih hidup atau yang sudah mati.
Tindakan yang dapat dilakukan adalah :
- Memangkas dan memusnahkan bagian tanaman yang sakit atau membongkar dan memusnahkan seluruh bagian tanaman yang terserang, terutama pada penyakit yang disebabkan oleh virus seperti penyakit virus keriting pada tanaman cabai.
- Membersihkan areal budidaya dari tumpukan sampah atau gulma, tumpukan sampah atau gulma dapat menjadi sumber berbagai macam penyakit. Kumbang kelapa contohnya selalu memilih tumpukan sampah untuk meletakkan telurnya.
- Membersihkan kebun dari sisa-sisa tanaman yang terserang atau sisa-sisa tanaman setelah proses pemanenan.
- Membersihkan peralatan yang terkontaminasi penyakit tanaman.
- Membersihkan tangan setelah memegang tanaman atau bagian tanaman yang terserang.
Tindakan membalik tanah dapat menyebabkan matinya hama dan penyakit tanaman yang bersembunyi di dalam tanah, misalnya ulat tanah (Agrotis epsilon). Pembalikan tanah menyebabkan hama dan penyakit mati, karena terkena sinar matahari secara langsung selamabeberapa hari atau termakan oleh predator, seperti burung, karena keadaannya menjadi terbuka.
c) Pengelolaan air
Prinsipnya adalah memberikan air dalam jumlah dan waktu yang tepat bagi tanaman melalui sistem irigasi dan drainase yang tepat. Keadaan tersebut akan dapat mengontrol kelembaban di sekitar tanaman dan menciptakan kondisi yang tidak disenangi oleh hama penyakit tanaman.
d) Pemberaan lahan
Pemberaan lahan atau tindakan mengosongkan lahan untuk beberapa waktu dimaksudkan untuk memutuskan rantai makanan bagi hama dan penyakit.
e) Pemupukan berimbang
Pemupukan dilakukan sesuai dengan kebutuhan tanaman, terutama pada masa pertumbuhan cepat, yaitu pada saat pembentukan daun, cabang, dan perakaran. Kondisi kekurangan atau kelebihan unsur hara dapat berakibat buruk bagi pertumbuhan tanaman.
f) Penggunaan mulsa
Fungsi mulsa atau penutup tanah diantaranya mencegah perkembangan hama dan penyakit, terutama bagi hama dan penyakit yang pada periode tertentu dapat hidup didalam tanah.
g) Penggunaan tanaman perangkap
Cara ini banyak dilakukan pada pertanian organik, untuk mencegah serangan hama dan penyakit pada tanaman utama dengan cara menanam tanaman perangkap di sekitarnya, biasanya digunakan tanaman yang mempunyai warna dan bau menyolok.
4) Pengendalian OPT secara Biologi
Cara ini dilakukan dengan menyebarkan dan memelihara musuh alami atau predator dari OPT tertentu di daerah pertanian. Musuh alami yang paling populer saat ini adalah jenis bakteri Basillusthuringiensis yang merupakan sumber penyakit ulat api pada kelapa sawit, ulat Putella sp pada kubis dan penggerek batang tebu. Pada tahun-tahun terakhir bakteri Bacillus thuringiensis telah dikembangkan secara komersial yang dikenal sebagai pestisida biologis. Beberapa merek dagang telah tersedia dan dipasarkan, seperti Thuricide HP, Delfin WDG, dan Costar OF.Contoh lain dari musuh alami OPT adalah belalang sembah yang merupakan pemangsa kutu daun (Aphid, ulat piton, dan burung hantu yang memangsa tikus sawah, jamur Beauvaria bassiana dan Metarrhizium anisopliae yang menjadi penyakit untuk ulat jengkal/Edropis burmitra) pada tanaman teh. Keberadaan musuh alami ini harus tetap terjaga dengan cara menyediakan lingkungan yang sesuai dan tidak menyemprotkan pestisida secara berlebihan.
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Our Akuntansi
0 komentar:
Post a Comment