-->

Penggabungan pengetahuan lokal dalam proses pembangunan agroforestry

Sejumlah program pembangunan di mana pengetahuan lokal telah memberikan dorongan untuk menghasilkan teknologi telah meningkat beberapa tahun terakhir ini. Keberhasilan program pembangunan karena penggabungan pengetahuan indigenous telah banyak didokumentasikan. Warren (1991) menyajikan studi kasus di mana pengetahuan lokal dalam perbaikan pengelolaan sumber daya alam jauh lebih penting dibandingkan teknologi proyek. Walker et al. (1991) mengidentifikasi empat alasan utama mengapa harus memasukan pengetahuan indigenous ke dalam penelitian pertanian dan program pembangunan agar penelitian dan pembangunan tersebut lebih efisien dan efektif, yaitu:
  • Petani telah mengembangkan pengetahuan yang melengkapi pengetahuan ilmiah. 
  • Teknis yang dikembangkan secara indigenous dapat melengkapi sumber daya ilmuwan yang terbatas. 
  • Kombinasi efektif sektor formal dan informal menghindari terjadinya duplikasi. 
  • Kolaborasi, efektif memperbaiki sasaran serta fokus penelitian ilmiah. Di masa lampau, para profesional pembangunan menganggap sepele manfaat pengetahuan petani bagi pembangunan pedesaan. Akan tetapi pada dua dasa warsa terakhir ini semakin timbul kesadaran akan keberadaan dan nilai pengetahuan lokal tersebut, sehingga perlu diintegrasikan ke dalam pembangunan. Menurut Walker et al. (1995), bangkitnya minat untuk mempelajari pengetahuan lokal ini dapat dikaitkan dengan:
  • Perlunya sasaran penelitian lebih diarahkan sesuai dengan kebutuhan petani sehingga menghasilkan teknologi yang tepat-guna;
  • Tumbuhnya kesadaran akan pentingnya partisipasi petani baik dalam mendifinisikan agenda penelitian maupun dalam menghasilkan teknologi;
  • Kesadaran bahwa pengetahuan lokal merupakan sumber daya yang berguna yang dapat melengkapi pengetahuan ilmiah.
Dewasa ini, sedang berkembang konsensus di antara para profesional bahwa petani yang berbeda mempunyai jenis dan ke dalaman pengetahuan yang berbeda. Menurut Scoones dan Thompson (1994), perbedaan ini dikarenakan oleh adanya perbedaan minat, tujuan dan sumber daya yang dikuasai di antara mereka. Walaupun beberapa pengetahuan lokal mungkin tidak didasari oleh alasan yang jelas dan logis, akan tetapi sebagian besar sistem pengetahuan ekologi lokal mereka masih banyak yang dipraktekkan. Dengan demikian ada harapan untuk menggunakan dan mengembangkan pengetahuan ini. Hal ini agak bertolak belakang dengan persepsi ilmuwan sosial terutama ahli antropologi yang menganggap bahwa pengetahuan petani bersifat statis dan sudah menyatu-erat dengan kepercayaan dan tata-nilai yang ada.

Perlu disadari bahwa pengetahuan petani, seperti halnya pengetahuan ilmiah, masih belum sempurna dan dinamis, dan terus-menerus berubah karena pengaruh faktor internal maupun eksternal. Pengetahuan petani dapat menjadi kompleks, kualitatif, logis walaupun kadang-kadang juga saling bertentangan. Berkaitan dengan pengetahuan lokal ini, peran ilmuwan yang diharapkan adalah bagaimana memperkuat pengetahuan petani dengan menghasilkan pengetahuan yang tidak dapat dihasilkan oleh petani itu sendiri (Clarke, 1991; den Biggelaar, 1991; Ruddell et al., 1997).



Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Our Akuntansi


0 komentar:

Post a Comment