-->

Pelaksanaan K3LH secara disiplin dan bertanggungjawab dalam kegiatan produksi tanaman herbal/atsiri

Penerapan K3LH, kondisi darurat merupakan keadaan berbahaya, biasanya bersifat  sementara (relatif singkat). Misalnya kecelakaan, kebakaran, dan sebagainya.
Kondisi berbahaya dan berlangsung dalam tempo tidak terlalu lama, maka sangat diperlukan prosedur  untuk mengatasinya.

1. Penanganan Kondisi Darurat di Lapangan  (Pertolongan Pertama pada Kecelakaan)

Banyak resiko pekerjaan yang akan terjadi di lapangan, yang dihadapi oleh pekerja dalam bidang perkebunan. Resiko tersebut mulai dari hal-hal yang kecil seperti anggota tubuh terluka, digigit hewan berbisa, keracunan bahan kimia/ pestisida dan lain-lain yang mungkin terjadi. Bila bekerja di lapangan, biasanya lokasi tempat bekerja jauh dari pemukiman. Jika terjadi kecelakaan maka kepada setiap pekerja harus dibekali kemampuan untuk memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan. Pertolongan Pertama (PP) adalah perawatan pertama yang diberikan kepada orang yang mendapat kecelakaan atau sakit yang tiba-tiba datang sebelum mendapatkan pertolongan dari tenaga medis. Hal Ini berarti:
a. Pertolongan pertama harus diberikan secara cepat walaupun perawatan selanjutnya tertunda.
b. Pertolongan pertama harus tepat sehingga akan meringankan sakit bukan menambah sakit korban.

Umumnya para pekerja bidang pertanian berada di lapangan, bekerja dalam kelompok kecil di lokasi terpisah, sehingga setiap pekerja harus dilatih tentang pertolongan pertama. Beberapa keterampilan dasar yang perlu dikuasai adalah bagaimana melakukan resusitasi jantung paru (RJP), ba gaimana mengatasi korban tersedak, bagaimana mengatasi korban per darahan, bagaimana mengatasi korban patah tulang, bagaimana mengatasi korban luka bakar dan lain sebagainya.
Pelatihan pertolongan pertama harus dilakukan secara berulang pada interval yang teratur, untuk memastikan bahwa keterampilan dan pengetahuan tidak ketinggalan jaman atau dilupakan. Ketetapan tentang fasilitas pertolongan pertama dan personil yang terlatih harus ditetapkan melalui peraturan
Alat atau kotak PPPK yang dirawat dengan baik harus siap tersedia di tempat kerja dan dilindungi terhadap pencemaran, kelembaban dan kotoran. Wadah ditandai dengan jelas dan tidak berisi apapun selain peralatan PPPK. Semua operator harus diberitahu tentang lokasi peralatan PPPK dan prosedur untuk memperoleh persediaan.

2. Prosedur Penanganan Darurat diikuti Berdasarkan Standar Perusahaan dan Persyaratan Kerja

Bagi organisasi perusahaan perkebunan besar, biasanya dalam penanganan kondisi darurat menggunakan  prosedur sesuai standar yang telah ditetapkan. Untuk meminimalkan terjadinya kecelakaan di tempat kerja, ada beberapa hal yang harus dipahami oleh semua pihak, antara lain:
a. Pengusaha harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasi resiko keselamatan dan kesehatan kerja secara sistematis yang mungkin timbul dari pekerjaan di bidang perkebunan.
b. Identifikasi meliputi potensi bahaya dan resiko yang nyata dan potensi timbulnya kecelakaan kerja dan situasi darurat.
c. Untuk masing-masing kegiatan dan tugas harus dilakukan evaluasi resiko. Setiap resiko harus diidentifikasi dan dicatat.
d. Prosedur harus dipelihara untuk mengevaluasi resiko dan penga ruh dari potensi bahaya yang ter identifikasi, dengan memperhatikan frekuensi kecelakaan yang sering terjadi.
e. Berdasarkan hasil evaluasi resiko, perusahaan harus menetapkan tujuan untuk menurunkan resiko sampai tingkat serendah mungkin, dan melaksanakan tindakan pencegahan yang sesuai.
f. Para manajer, penyelia dan pekerja harus terlibat dalam identifikasi resiko dan pengaruhnya terhadap keselamatan, kesehatan atau lingkungan kerja.

Beberapa contoh kasus dan tindakan pertolongan pertama (Pasmajaya, 2008) yaitu sebagai berikut:  1) Pingsan (Syncope/collapse)
yaitu hilangnya kesadaran sementara karena otak kekurangan O2, lapar, terlalu banyak mengeluarkan tenaga, dehidrasi (kekurangan cairan tubuh), hiploglikemia, animea.

Gejala
  • Perasaan limbung, pandangan berkunang-kunang, telinga berdenging 
  • Nafas tidak teratur, muka pucat, biji mata melebar, 
  • Lemas, keringat dingin, menguap berlebihan 
  • Tak respon (beberapa menit), denyut nadi lambat
Penanganan
  • Baringkan korban dalam posisi terlentang 
  • Tinggikan tungkai melebihi tinggi jantung 
  • Longgarkan pakaian yang mengikat dan hilangkan barang yang menghambat pernafasan 
  • Beri udara segar 
  • Periksa kemungkinan cidera lain 
  • Selimuti korban 
  • Korban diistirahatkan beberapa saat 
  • Bila tak segera sadar, periksa nafas dan nadi, posisi stabil  kemudian rujuk ke instansi kesehatan
2) Dehidrasi
Dehidrasi disebabkan karena kurang minum dan disertai kehilangan cairan/banyak keringat karena udara terlalu panas atau aktivitas yang terlalu berlebihan.

Gejala  dehidrasi ringan
  • Kekurangan cairan 5% dari berat badan 
  • Penderita merasa haus 
  • Denyut nadi lebih dari 90 kali per menit
Gejala dehidrasi sedang
  • Kekurangan cairan antara 5% -10% dari berat badan
  • Denyut nadi lebih dari 90 kali per  menit 
  • Nadi lemah
  • Sangat haus
Gejala dehidrasi berat
  • Defisit cairan lebih dari 10% dari berat badan
  • Hipotensi
  • Mata cekung
  • Nadi sangat lemah, sampai tak terasa
  • Kejang-kejang

Penanganan
  •  Mengganti cairan yang hilang dan mengatasi shock  Mengganti elektrolit yang lemah  Mengenal dan mengatasi komplikasi yang ada  Memberantas penyebabnya  Rutinlah minum jangan tunggu haus
3) Memar
yaitu pendarahan yang terjadi di lapisan bawah kulit akibat dari benturan keras

Gejala
  • Warna kebiruan/merah pada kulit
  • Nyeri jika di tekan
  • Kadang disertai bengkak
Penanganan
  • Kompres dingin 
  • Balut tekan 
  • Tinggikan bagian luka
4) Gigitan binatang;
Gigitan binatang dan sengatan, biasanya merupa kan alat dari binatang tersebut untuk mempertahankan diri dari lingkungan atau sesuatu yang me ngancam keselamatan jiwanya. Gigitan binatang terbagi menjadi dua jenis; yang berbisa (beracun) dan yang tidak memiliki bisa. Umumnya resiko infeksi pada gigitan binatang lebih besar dari pada luka biasa.

Penanganan
  • Cucilah bagian yang tergigit dengan air hangat dengan sedikit antiseptik. 
  • Bila pendarahan, segera dirawat kemudian dibalut.
5) Gigitan ular
Tidak semua ular berbisa, akan tetapi hidup penderita/ korban tergantung dari ketepatan diagnosa, maka pada keadaan yang meragukan ambillah sikap menganggap bahwa ular tersebut berbisa.

Sifat bisa atau racun ular terbagi menjadi 3  yaitu:
  • Hematotoksin (keracunan dalam) 
  • Neurotoksin (bisa/racun menye rang sistem saraf) 
  • Histaminik (bisa menyebabkan alergi pada korban)
Penanganan
  • Terlentangkan/ baringkan penderita dengan bagian yang tergigit lebih rendah dari jantung.
  • Tenangkan penderita, agar penjalaran bisa/racun ular tidak semakin cepat 
  • Cegah penyebaran bisa penderita dari daerah gigitan yaitu: Torniquet dibagian proximal daerah gigitan pembengkakan untuk membendung sebagian aliran limfa dan vena, tetapi tidak menghalangi alir an arteri. Torniquet /toniket dikendorkan setiap 15 menit selama + 30 detik. Letakkan daerah gigitan dari tubuh, lakukan kompres es, usahakan agar penderita se tenang mungkin, bila perlu berikan petidine 50 mg/im untuk menghilangkan rasa nyeri.
6) Gigitan lipan

Tanda-tanda
  • Ada sepasang luka bekas gigitan 
  • Sekitar luka bengkak, rasa terbakar, pegal dan sakit, biasanya hilang dengan sendirinya setelah 4-5 jam
Penanganan
  • Kompres dengan air dingin dan cuci dengan obat antiseptik 
  • Beri obat anti rasa sakit, bila gelisah bawa ke paramedik



Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Our Akuntansi


0 komentar:

Post a Comment