Hubungan antara metode akuntansi persediaan, Laporan laba-rugi, dan Market value perusahaan
Metode akuntansi persediaan yang berbeda akan menghasilkan laporan laba-rugi yang
berbeda juga. Hal itu disebabkan karena adanya perbedaan metode akuntansi persediaan akan
menghasilkan laba yang berbeda. Pada kondisi harga yang semakin meningkat, penggunaan
metode FIFO yang cenderung menghasilkan laba yang lebih tinggi daripada metode rata-rata,
sehingga seharusnya lebih dapat meningkatkan persepsi investor terhadap perusahaan yang
menggunakan metode tersebut, namun jika investor-investor tersebut mengerti adanya
pengaruh dari penggunaan metode persediaan yang digunakan tersebut dapat mempengaruhi
laba yang dilaporkan, akan menyebabkan adanya perubahan persepsi investor. Selain itu,
adanya saran pialang atau broker dan analis saham juga memberikan kontribusi bagi persepsi
investor, karena biasanya para investor cenderung untuk melihat atau menuruti nasehat-
nasehat para analis saham.
Wolk dan Tearney (1997, dalam Anissa, 2004) menyatakan bahwa laba stabil dan
earnings yang rendah mendorong peningkatan market value perusahaan. Selain itu, Heyworth
(1953, dalam Belkaoui, 2000) mengungkapkan bahwa motivasi di balik laba yang stabil
(smoothing income) meliputi perbaikan hubungan dengan kreditor, investor, dan pekerja,
seperti halnya penurunan siklus usaha melalui proses psikologis. Ronen dan Sadan (1997,
dalam Anissa, 2004) juga memberi penjelasan alternatif bahwa laba yang stabil (smoothing
income) memfasilitasi manajer-manajer untuk memprediksi secara lebih baik aliran kas masa
depan berdasarkan pada perusahaan.
Adanya persepsi investor yang baik dari suatu perusahaan untuk masa depan investasi
sahamnya, maka akan dapat menyebabkan permintaan terhadap saham perusahaan tersebut
akan meningkat, dan secara otomatis harga saham akan naik. Begitu juga sebaliknya jika
persepsi investor jelek terhadap suatu perusahaan, maka akan menyebabkan permintaan
saham terhadap perusahaan tersebut akan turun, dan dapat menyebabkan harga saham
perusahaan tersebut akan turun. Turun atau naiknya harga saham dalam suatu perusahaan
akan mempengaruhi market value perusahaan tersebut.
Perbedaan yang mencolok dalam penggunaan metode FIFO dan LIFO yaitu pada saat
masa perubahan harga. Pada metode FIFO, harga perolehan persediaan yang dibeli pertama
akan dijadikan harga perolehan barang yang dijual pertama. Pada kondisi harga yang berubah,
metode FIFO ini mengakibatkan harga pokok penjualan menjadi lebih rendah, sehingga
mengakibatkan laba perusahaan meningkat. Pada metode LIFO, harga perolehan persediaan
yang masuk terakhir akan dijadikan harga perolehan untuk barang yang dijual terlebih
dahulu. Pada kondisi harga yang berubah, harga pokok penjualan akan mendekati current
cost sehingga harga pokok penjualan lebih besar daripada metode FIFO dan mengakibatkan
laba perusahaan menjadi rendah/relatif stabil. Sedangkan metode rata-rata tertimbang akan
menghasilkan laba yang hampir sama dengan metode LIFO, dan laba yang dihasilkan akan
menjadi relatif stabil. Hal itu disebabkan karena metode rata-rata tertimbang menentukan
harga pokok penjualan berdasarkan biaya rata-rata dari barang yang dibeli/diproduksi dalam
suatu periode.
Bila melihat kelebihan metode LIFO sesuai dengan yang telah dijelaskan sebelumya,
seharusnya banyak perusahaan di Indonesia yang menggunakan metode LIFO. Namun adanya
peraturan perpajakan tentang pajak penghasilan tidak memperbolehkan penggunaan metode
LIFO, walaupun PSAK No.14 memperbolehkan penggunaan metode LIFO. Hal itu
menyebabkan perusahaan-perusahaan di Indonesia enggan menggunakan metode LIFO
karena jika menggunakan metode LIFO, perusahaan tersebut harus membuat laporan
keuangan yang berbeda untuk tujuan pajak dan komersil.
Dengan adanya perbedaan antara peraturan perpajakan dan PSAK No.14, maka metode
rata-rata tertimbang menjadi solusi bagi perusahaan go public untuk menghasilkan laba yang
relatif stabil pada kondisi harga yang berubah atau inflasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa
investor cenderung lebih menyukai penggunaan metode akuntansi persediaan rata-rata
dibandingkan metode LIFO.
Laporan laba rugi merupakan laporan yang dikeluarkan oleh perusahaan yang di
dalamnya terkandung informasi tentang pendapatan, HPP, dan biaya operasi perusahaan.
Ketiga komponen dalam laporan laba rugi tersebut merupakan komponen yang digunakan
untuk menghitung laba perusahaan, yang pada akhirnya akan mempengaruhi persepsi investor
dan secara otomatis akan mempengaruhi harga saham perusahaan. Perubahan laba pada
perusahaan bergerak searah dengan pendapatan perusahaan, HPP, dan biaya operasi
perusahaan. Pada perusahaan manufaktur, saat perusahaan mempunyai penjualan yang tinggi,
akan menyebabkan laba perusahaan meningkat yang juga disertai dengan meningkatnya
pendapatan, HPP dan biaya operasi perusahaan. Namun besarnya kenaikan pendapatan
tersebut harus lebih besar dari jumlah total antara HPP dan biaya operasi perusahaan, agar
dapat menghasilkan laba yang lebih tinggi. Dasar pemikiran inilah yang dipakai untuk
menentukan model yang digunakan dalam penelitian ini.
Penelitian sebelumnya, yang dilakukan oleh Anissa (2004) dengan judul laporan laba
rugi dan nilai pasar : suatu analisis tentang penerapan metode akuntansi persediaan selama
periode 1997-2000. Hasil penelitiannya dengan menggunakan metode discrimination
approach memberikan hasil bahwa laporan laba rugi pada perusahaan yang menerapkan
metode akuntansi FIFO lebih mencerminkan market value perusahaan dibanding dengan
laporan laba-rugi pada perusahaan yang menerapkan metode rata-rata, sedangkan dengan
menggunakan metode discerning approach memberikan hasil yang tidak sesuai dengan
discrimination approach yaitu bahwa laporan laba rugi pada perusahaan yang menerapkan
metode akuntansi rata-rata lebih mencerminkan market value perusahaan dibanding dengan
laporan laba-rugi pada perusahaan yang menerapkan metode FIFO.
Penelitian Jennings (1986, dalam Anissa, 2004) menguji tentang perluasan alternatif
LIFO dan non-LIFO atas laporan laba rugi dan neraca yang menjelaskan distribusi
crossectional nilai ekuitas untuk perusahaan LIFO selama periode 1974-1991. Hasil
penelitiannya membuktikan bahwa laporan keuangan berdasarkan LIFO secara signifikan
lebih mampu menjelaskan variasi nilai ekuitas daripada non-LIFO. Berkaitan dengan neraca,
hasilnya menyatakan bahwa neraca LIFO juga lebih mampu menjelaskan dengan proporsi
yang lebih kecil atas variasi nilai ekuitas daripada non-LIFO.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Laporan laba-rugi pada perusahaan yang menerapkan metode akuntansi persediaan rata-
rata lebih dapat mencerminkan market value perusahaan dibanding dengan laporan laba
rugi pada perusahaaan yang menerapkan metode akuntansi persediaan FIFO.
0 komentar:
Post a Comment