Interpretasi Data Inventarisasi Fauna
Interpretasi
adalah suatu proses untuk menyederhanakan ide-ide yang rumit menjadi
lebih sederhana dan mudah dipahami oleh orang lain. Manfaat interpretasi
data inventarisasi fauna ini adalah masyarakat umum menjadi lebih
mengenal, memahami, dan merasa bangga dengan jenis-jenis fauna yang ada
di alam terutama di Indonesia yang keberadaannya semakin langka, dan
dilindungi oleh Pemerintah Indonesia.
Setelah data inventarisasi
diolah menjadi sebuah laporan yang baik, maka laporan tersebut bisa
memberikan informasi yang sangat berguna bagi yang membutuhkan maupun
masyarakat umum yang membacanya dan memerlukan data referensi terkait
inventarisasi fauna. Berdasarkan hasil contoh pengolahan data
inventarisasi fauna berdasarkan metode IPA dan Metode Haynes, maka data
dapat di interpretasikan sebagai berikut :
1) Pengolahan Metode
IPA (Index Point of Aboudance)
Berdasarkan pengolahan data dengan
menggunakan metode IPA, maka dapat di interpretasikan data inventarisasi
fauna sebagai berikut :
a) Frekuensi jenis burung yang sering
dijumpai/terlihat pada pengamatan periode pagi dan periode sore hari
adalah dari jenis burung Sriti dengan frekuensi relatif sebesar 20,0.
Kemudian di ikuti oleh burung Prenjak, burung Tikus dan burung Gelatik.
b) Kelimpahan jenis burung pun juga terlihat bahwa pada pengamatan pagi
dan sore hari di TNGGP pun terlihat dari jenis burung Sriti dengan
kelimpahan relatif sebesar 876,43 dan diikuti jenis burung Gelatik,
burung Tikus dan Burung Prenjak.
c) Nilai Penting yang diperoleh juga
terlihat yang paling banyak adalah dari jenis Sriti sebesar 109. d)
Dari Grafik pengamatan burung periode pagi hari terlihat bahwa burung
Sriti mulai terlihat dan bisa di amati pada pukul 05.00 WIB - 05.55
WIB setelah waktu tersebut jenis burung Sriti sudah tidak terlihat
beterbangan. Sedangkan pada periode sore hari jenis burung Sriti mulai
terlihat beterbangan pada pukul 14.00 WIB - 15.00 WIB. Sedangkan jenis
burung lain yang terlihat beterbangan pada pagi hari ada dari jenis
burung tikus dan burung kipas, sedangkan pada sore hari jenis burung
lain yang terlihat adalah jenis burung Elang dan burung Perkutut.
2)
Pengolahan data dengan Hayness pada metode transek jalur
Berdasarkan
data Tabel 7. di atas, Jenis satwa yang diidentifikasi pada saat
inventarisasi dengan metode jalur adalah 30 jenis dengan jumlah populasi
seluruh jenis per hektar adalah 15,4159. Jenis satwa yang memiliki
populasi terbesar adalah babi hutan yaitu 3,26 per hektar dengan
kerapatan relatif 21,17 %, sedangkan jenis satwa yang memiliki populasi
terkecil adalah Jalak Batu yaitu 0,04 per hektar dengan kerapatan
Relatif 0,25 %.
0 komentar:
Post a Comment