Proses Interaksi Sosial
Interaksi sosial penting kita pelajari supaya terjadi hubungan yang harmonis dalam sebuah kelompok sosial, karena dengan mempelajari interaksi sosial berarti kita juga berusaha untuk dapat memahami orang lain atau kelompok lain, yang tentunya memiliki pandangan dan pemahaman yang berbeda dengan kita.
1. Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Jika kalian perhatikan, interaksi yang terjadi antara seorang individu dengan individu lainnya tidak terjadi secara langsung. Pada mulanya mereka bertemu, kemudian saling menyapa, yang pada akhirnya terlibat dalam sebuah percakapan. Oleh karena itu, terjadinya interaksi sosial karena diawali dengan adanya kontak dan komunikasi sosial.
a. Kontak Sosial
Pernahkah kalian merasa suka atau benci kepada orang yang tidak pernah kalian lihat atau kenal? Tentunya perasaan suka dan benci akan timbul jika dua orang atau lebih pernah bertemu atau saling mengenal. Perkenalan biasanya diawali dengan adanya pertemuan. Pertemuan yang dilanjutkan dengan adanya saling menyapa atau menegur. Jika pemberian isyarat atau pesan (teguran atau sapaan) dari satu pihak ditanggapi oleh pihak lainnya, maka terjadilah kontak sosial. Jadi, kontak sosial merupakan pemberian isyarat atau pesan dari satu pihak terhadap pihak lainnya. Kontak sosial ini merupakan awal terjadinya komunikasi sosial. Kontak sosial dapat dilakukan secara langsung bertatap muka maupun melalui media perantara. Berdasarkan hal tersebut, kontak sosial dibedakan menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut.
1) Kontak primer, yaitu kontak sosial yang terjadi secara langsung (bertatap muka). Contoh: Guru bertatap muka dengan siswanya pad saat KBM.
2) Kontak sekunder, yaitu kontak sosial yang terjadi melalui perantara. Contoh: seseorang yang melakukan kontak melalui telepon.
b. Komunikasi
Secara umum, komunikasi diartikan sebagai proses penyampaian sesuatu dari satu pihak ke pihak lain dengan menggunakan lambang. Lambang yang digunakan untuk komunikasi di sini tidak terbatas pada bahasa lisan, tapi juga dapat menggunakan bahasa tubuh (body language) seperti nada suara, ekspresi muka, gerakan tangan, dan lain sebagainya. Berdasarkan arahnya, komunikasi dibedakan menjadi tiga macam, yaitu komunikasi satu arah, komunikasi dua arah, dan komunikasi semua arah.
1) Komunikasi satu arah Komunikasi satu arah dapat terjadi di dalam kelas ketika guru sedang menyajikan pelajaran dengan menggunakan metode ceramah. Pada peristiwa tersebut guru bersifat aktif memberikan materi sedangkan siswa hanya mendengarkan atau mencatat saja (bersifat pasif).
2) Komunikasi dua arah Komunikasi dua arah sering disebut pula komunikasi timbal balik. Pada komunikasi ini pemberi pesan dengan penerima pesan saling bergantian mengirim pesan. Sebagai contoh dalam proses belajar mengajar yang menggunakan metode tanya jawab atau diskusi. Antara guru dan murid terjadi pengiriman pesan secara bergantian.
3) Komunikasi semua arah Komunikasi semua arah dapat terjadi jika semua pihak yang terlibat komunikasi mengadakan aksi ke semua arah. Seperti halnya ketika di dalam kelas, guru dan semua siswa terlibat aktif dalam komunikasi.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial
Manusia dapat berinteraksi dengan yang lainnya karena melalui serangkaian proses yang dapat bersumber dari imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati.
a. Imitasi
Imitasi merupakan suatu bentuk peniruan terhadap tindakan, sikap, atau perilaku orang lain. Imitasi dilakukan seseorang sejak ia mulai mengenal lingkungannya. Seorang bayi dapat menyebut kata “mama” karena ia pernah mendengarnya dari lingkungannya. Begitu juga dengan seseorang yang meniru model rambut atau pakaian dari seorang penyanyi yang pernah ditontonnya ketika konser. Berarti ia telah melakukan imitasi dari penyanyi tersebut.
b. Sugesti
Sugesti dapat terjadi jika seseorang memberikan suatu pandangan atau rangsangan, baik berupa sikap, tindakan, perilaku, pendapat, ataupun saran, yang kemudian diterima oleh pihak lain. Biasanya, sugesti akan lebih mudah diterima, jika orang yang diberikan sugesti didominasi oleh emosi sehingga menghambat daya pikirnya secara rasional. Sebagai contoh, seorang anak yang kurang mendapatkan perhatian dari keluarganya akan mudah terpengaruh dengan ajakan teman-temannya untuk melakukan penyimpangan sosial. Contoh lain, seseorang yang menderitapenyakit secara bertahun-tahun akan lebih mudah tersugesti untuk berobat ke dukun daripada berobat secara rutin ke dokter. Di samping itu, iklan-iklan yang dimuat di berbagai media massa, seperti radio, televisi, dan surat kabar, akan memberikan sugesti yang cukup besar terhadap masyarakat. Jadi, sugesti dapat diartikan sebagai rangsangan atau stimulus yang diberikanseorang individu kepada individu lain, sehingga orang yang diberi sugesti tersebut menuruti atau melaksanakan apa yang disugestikannya itu tanpa berpikir secara kritis dan rasional.
c. Identifikasi
Identifikasi merupakan sebuah kecenderungan atau keinginan dari seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi dapat terjadi karena adanya kekaguman dari seseorang terhadap pihak yang diidolakannya. Sebagai contoh, umat Islam sangat mengidolakan Nabi Muhammad SAW karena beliau merupakan tipe ideal dan menjadi teladan bagi seluruh umatnya. Oleh karena itu, umat Islam selalu berusaha untuk dapat mengikuti semua jejak langkah beliau. Begitu juga, seorang anak yang merasa bangga terhadap keberhasilan orang tuanya dalam mendidik anak-anaknya, akan mencontoh cara-cara orang tuanya tersebut dalam mendidik anak-anaknya nanti. Dalam kehidupan sehari-hari, mungkin kalian juga punya seseorang yang diidolakan sehingga secara tidak sadar kalian selalu mengikuti gerak langkahnya. Coba sekarang tanyalah diri kalian masing-masing. Siapakah orang yang kalian idolakan itu? Mengapa orang tersebut kalian idolakan? Apakah kalian ingin menjadi seperti orang yang kalian idolakan tersebut? Secara sadar maupun tidak, orang yang kalian idolakan itu telah menyebabkan terjadinya perubahan sikap dan perilaku kalian.
d. Simpati
Simpati merupakan suatu ketertarikan terhadap seseorang atau kelompok tertentu. Perasaan ketertarikan mungkin saja berubah menjadi lebih peka sehingga dapat ikut merasakan apa yang dilakukan, dirasakan, atau diderita oleh orang lain, yang disebut dengan empati. Seperti halnya perasaan ikut berduka ketika ada teman atau keluarga kita yang terkena musibah, seolah-olah kita yang mengalaminya sendiri. Sikap ini perlu terus diasah dan dikembangkan karena dapat menumbuhkan sikap toleransi antarsesama manusia.
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Our Akuntansi
0 komentar:
Post a Comment