Mengapresiasikan Pembacaan Puisi
Pada pelajaran yang lalu, kamu telah belajar mengapresiasi puisi. Sekarang, kamu akan kembali belajar mengapresiasi pembacaan puisi. Tujuan pembelajaran ini agar kamu lebih mampu meng ungkapkan isi puisi dengan pertimbangan nada suasana, irama, dan pilihan kata. Hal lainnya adalah kamu mampu menangkap isi puisi, seperti gambaran pengindraan, perasaan, dan pen dapat (amanat) puisi. Dengan demikian, kamu akan mampu meng ungkapkan kembali (merefleksi) isi puisi. Mengapresiasi puisi berarti memberikan penghargaan atau penilaian terhadap puisi dari segi irama, pilihan kata, perasaan, dan lain-lain. Kali ini, kita akan mengapresiasi sebuah puisi karya Amir Hamzah. Amir Hamzah adalah Raja Penyair Pujangga Baru. Bacalah puisi berikut oleh salah seorang temanmu. Siswa yang lain mendengarkan dengan saksama.
Bagaimana penampilan temanmu dalam membacakan puisi tersebut. Bagus, bukan? Pada pelajaran terdahulu, kita sudah belajar tentang nada puisi yang mengkibatkan lahirnya suasana puisi. Pada hakikatnya, puisi ini menggambarkan perasaan kegembiraan sang penyair atas kekasihnya. Rasa senang itu tergambar dalam bait Membuka cinta dalam hatiku/Mewangi sari alam jantungku. Pada bait-bait pertama terdapat pilihan kata yang meng gambarkan harapan sang penyair lewat kiasan dengan bunga mewangi sari. Bunga memberikan kesan penangkapan pada mata, yaitu saat mekar. Selain itu, penangkapan rasa penciuman pada pencantuman dengan bunga yang harum. Coba perhatikan pada bait ke-2, -3, -4, dan -5 ada per bandingan kehi dupan manusia dengan diumpamakan lakon wayang. Aku boneka engkau boneka/Penyenang dalang mengarak sajak. Akan tetapi, menyangkut kesan irama, terdapat irama yang kurang merdu pada Aku engkau di kotak terletak/ Aku boneka engkau boneka/ Penyenang dalang mengarak sajak. Coba kamu bandingkan dengan bunyi yang lumayan merdu daripada bait tadi. Aku boneka engkau boneka/ Penghibur dalang mengatur tembang/ Di layar kembang bertukar pandang/ Hanya selagu, sepanjang dendang. Bunyi huruf k terasa kurang enak dibandingkan pemilihan huruf sengau (ng) yang benar-benar dipilih oleh sang penyair. Perhatikanlah tanggapan lain terhadap puisi tersebut.
1. Bahwa “aku” selaku manusia terhanyut dalam mimpi dunia sekaligus berlaku dalam hidup. Kadang-kadang sadar akan hakikat dirinya. Hal tersebut ditunjukkan dengan bait Aku pemimpi lagi penari/ Sedar siuman bertukar-tukar.
2. “Aku” dan “engkau” (kekasih) merupakan pengisi alam ini dengan Tuhan sebagai dalang. Hal ini ditunjukkan dalam bait Aku boneka engkau boneka/ Penghibur dalang mengatur tembang.
3. Puisi tersebut menggambarkan bahwa hidup ini sebagai per-mainan, seperti kehidupan wayang yang dimainkan dalang. Antara aku dengan engkau (kekasih) sama-sama kedudukannya sebagai manusia. Segala keindahan hubungan yang dijalani oleh manusia tetap berada di tangan-Nya.
Dalam puisi "Sebab Dikau" digambarkan boneka (manusia) dimainkan dalang (Tuhan). Segala kehidupannya adalah lakon yang berisi keindahan. Keindahan itu dikiaskan dengan tembang dan sajak. Sang penyair berpendapat bahwa sepertinya hidup ini me nyenangkan, tetapi sebetulnya permainan saja. Berdasarkan tanggapan tersebut, puisi ini menggambarkan makna hubungan manusia dengan manusia serta manusia dengan Tuhan. Satu hal yang paling penting adalah banyak nilai dan hikmah dari puisi.
0 komentar:
Post a Comment