-->

Sistem Dan Manajemen Pemberian Pakan


Dibandingkan dengan ternak ruminansia lain, sapi perah di Indonesia diusahakan dengan lebih berhati-hati . Peternak yang tergabung dalam koperasi pada umumnya mudah mengadopsi inovasi teknologi dan
mengikuti anjuran dari koperasi yang merupakan perusahaan inti rakyat atau mitra usahanya .
Penggembalaan sapi perah tidak lazim dilakukan di Indonesia. Di Tanjungsari, Kabupaten Sumedang, s~bagian peternak menggembalakan sapi-sapi mereka di dalam lahan penggembalaan berpagar tanpa diawasi, dan sapi-sapi in kembali dengan sendirinya ke kandangnya pada waktu pemerahan (pukul 12.00). Pengumbaran sapi laktasi di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul (BBPTU) Sapi Perah Baturraden juga dilakukan sekitar pukul 7 pagi selama 2 jam di lahan penggembalaan dengan tujuan utama untuk exercise .
Pengetahuan tentang manajemen pemberian pakan sapi perah dimaksudkan untuk membantu peternak sapi perah dalam meningkatkan produksi susu sekaligus untuk meningkatkan pendapatan dari usaha sapi perahnya . Beberapa aspek yang umumnya menjadi perhatian adalah :
(a) Pengetahuan tentang bahan pakan sapi perah;
(b) Ketersediaan bahan pakan selama setahun;
(c) Teknologi Pengawetan pakan hijauan
(d) Penerapan teknologi pakan untuk meningkatkan kualitas pakan basal.
Di bawah ini disajikan manajemen praktis pemberian pakan pada: pedet pra-sapih, selepas sapih, dan sapi dewasa

(a) Pemberian Pakan pada Pedet Pra-Sapih

Istilah pedet pra-sapih yang digunakan pada sapi perah adalah masa ketika pedet masih tergantung pada konsumsi susu, baik pedet disatukan maupun dipisah dari induk, disusukan langsung
ke induk atau diminumkan ke ember susu. Tidak tercapainya bobot ideal calon induk (dara) untuk dikawinkan dipengaruhi oleh lambatnya pertumbuhan sejak awal. Periode pertumbuhan pedet ini menentukan pertumbuhan setelah sapih, dan bahkan keberhasilan produksi susu kelak .
Peternak membiasakan pemberian susu sejak lahir, dimulai dari kolostrum selama 4-5 hari, selanjutnya disajikan dari hasil pemerahan menggunakan ember hingga umur 12-14 minggu. Sebagian peternak hanya menyusukan pedet pada induknya selama sehari pertama kelahiran, namun sebagian sampai 4-5 han, tergantung kemampuan dan kondisi pedet . Pedet dilatih untuk meminum susu di ember melalui pengecapan jari peternak yang dilumuri susu oleh pedet, lalu ditarik ke ember berisi susu.
Jumlah pemberian susu pada pedet beragam. Pada 2 minggu pertama sebanyak 3 kg/hari, 2 minggu berikutnya sebanyak 3- 3,5 kg/hari, lalu berangsur-angsur diturunkan hingga 0,5-1 kg/hari pada padet umur 12-14 minggu. Pengurangan jumlah pemberian ini sejalan dengan pembiasaan pedet mengonsumsi rumput-rumput muda, yang berangsur-angsur ditingkatkan sehingga konsumsi rumput segar mencapai 6-7 kg/hari (Kuswandi et al, 2002), di mana hijauan pakan dapat dikonsumsi normal. Pada akhir periode pra-sapih bobot badan sekitar 75 - 80 kg.
Anjuran BBPTU Sapi Perah Baturaden (komunikasi pribadi) adalah membesarkan pedet pra-sapih hingga sapih selama 6 bulan untuk mempersiapkan bakalan yang bertumbuh cepat. Pemberian susu bulanan secara bertahap berturut-turut sebanyak 5, 6, 5, 4, 3 dan 2 kg/ekor/hari diimbangi dengan pemberian konsentrat yang meningkat berturut-turut sebanyak
0,25; 0,5 ; 0,75 ; 1,0 ; 1,25 dan 1,5 kg/ekor/hari . Rumput muda segar diperkenalkan sejak minggu ketiga, hingga pada akhir periode dapat mengonsumsi 15 kg/ekor/hari dengan bobot sekitar 100-125 kg .
Pada fase pra-sapih ini peternak sangat berhati-hati dengan pemberian konsentrat karena pemberian yang terlalu banyak atau tidak secara bertahap dapat mengakibatkan diare . Apabila terjadi diare, biasanya peternak menghentikan pemberian konsentratnya, dan menambah pemberian rumput . Akibatnya, pedet sering menunjukkan bentuk perut yang buncit, walaupun tidak mencret. Air minum biasanya disediakan di ember-ember bekas wadah pemberian susu .

(b) Pemberian Pakan pada Sapi Lepas Sapih

Sejak disapih, ternak ditempatkan pada kandang yang dilengkapi tempat pakan dan tempat minum secara khusus dan terpisah. Dengan program bebas susu pada umur 4 bulan perkembangan alat pencernaan sebenarnya belum sempurna. Pakan berkualitas tinggi dan cukup pemberiannya pada periode ini akan mempercepat pertambahan bobot badan, mempersingkat dicapainya waktu pubertas atau bobot ideal untuk dikawinkan, pertumbuhan kelenjar ambing dan sel lemak. Hal itu karena pada periode ini perkembangan sel kelenjar ambing maksimal . Periode setelah itu tidak menambah sel kelenjar lagi.
Peternak membeli pedet lepas sapih pada umur 3,5-5 bulan, ketika pedet dipersiapkan sudah tidak tergantung konsumsi susu. Pada usia in] jumlah konsumsi rumput terbatas sekali, pada umumnya kurang dari 10 kg/hari. Oleh karena itu, pemberian
konsentrat diperbanyak sejalan dengan meningkatnya kebutuhan energi untuk pertumbuhan. Pola ini kurang sejalan dengan program penyiapan bakalan yang dianjurkan.. Pada umumnya, kesempurnaan sistem pencernaan terhadap pakan kaya serat dicapai pada umur 6-8 bulan. Pembesaran sejak umur 8 bulan dan dicapainya umur pubertas menjadi awal periode pembesaran bakalan yang disamakan dengan ternak dewasa.

(c) Pemberian Pakan pada Sapi Dewasa

Program pemberian pakan pada sapi betina lebih dikonsentrasikan menjelang perkawinan dan menjelang melahirkan hingga sekitar 3 bulan pertama laktasi. Peternak pada umumnya tidak memelihara sapi pejantan, karena perkawinan dilakukan secara inseminasi buatan (IB), sedangkan pedet jantan segera dijual setelah dilahirkan atau dipelihara sebagai sapi potong .
Pada sapi dewasa, sekurang-kurangnya perlu mendapatkan rumput sebanyak 20 kg dan pakan konsentrat 2-3 kg sehari . Angka ini didapati pada sapi laktasi di peternakan rakyat, terlebih lagi yang dipelihara di dataran rendah . Kemampuannya mengubah N bukan protein (NPN = non-protein nitrogen) menjadi protein yang tinggi nilai biologisnya oleh bakteri dalam rumen menjadikan penggunaan konsentrat lebih efisien . Oleh karena itu, kualitas protein bahan pakan yang digunakan tidak perlu sebaik pada periode sebelumnya .
Pada tingkat petani, pakan diberikan masih asal-asalan saja, lebih-Iebih yang rendah produksinya . Jumlah dan kualitasnya hampir sama dengan pakan untuk bakalan . Pada pemeliharaan yang cukup intensif, selain hijauan segar sebanyak 10% dari
bobot badan (diberikan 1-3 kali sehari), pakan konsentrat yang berbahan pokok seperti jagung, dedak, dan bungkil diberikan 2-3 kg/hari (diberikan 1-2 kali sehari). Pada sapi dara yang telah dikawinkan dan berhasil bunting, peternak biasanya memberikan hijauan dengan jumlah dan kualitas seadanya, tergantung ketersediaan hijauan. Namun, sapi laktasi yang bunting diberi pakan bagus untuk produksi susunya hingga pertengahan masa laktasi.
Pada akhir kebuntingan, sekitar enam minggu menjelang melahirkan, peternak meningkatkan pakan konsentrat, baik kualitas maupun jumlah pemberiannya, atau dikenal dengan nama flushing. Hal ini sejalan dengan berkurangnya konsumsi rumput, sedangkan secara biologis peningkatan itu berkaitan dengan persiapan kelahiran, penjagaan kondisi tubuh induk dan produksi susu setelah melahirkan . Flushing ditekankan pada sapi bunting berukuran tubuh besar atau dari keturunan induk terseleksi yang diinseminasi dengan sperma unggul . Sebagian peternak yang hanya memelihara sapi betina berukuran kecil tidak memperlakukan flushing di akhir kebuntingan, bahkan membatasi jumlah konsentrat yang diberikan karena alasan khawatir akan terjadi distokia.

(d) Pemberian Pakan Pejantan. 

Sampai dengan umur enam bulan pemeliharaan pedet jantan sama halnya dengan pemeliharaan pada pedet betina. Setelah umur enam bulan pemeliharaan anak sapi jantan harus dibedakan dari pedet betina. Pedet jantan dikandangkan dan diberi pakan terpisah dari pedet betina.
Sapi jantan akan tumbuh dan dewasa kelamin lebih cepat daripada sapi dara. Akibatnya sapi jantan membutuhkan zat makanan yang lebih banyak, terutama energi dalam bentuk pakan penguat. Kebutuhan akan zat gizi maskanan perekor sapi setiap harinya dapat dilihat pada table kebutuhan sapi yang sedang tumbuh.
Jumlah rumput yang dikonsumsi setiap hari bervarias tergantung dari ukuranberat badan dan umur. Pejantan dewasa sebaiknya diberikan makanan yang sama dengan betina laktasi. Makanan penguat terus diberikan dalam jumlah yang tergantung dari kualitas hiajauan yang dimakannya agar kondisi tubuh tetap baik dantidak membentuk lemak tubuh. Campuran makanan penguat dengan 12 persen protein kasar adalah cukup untuk sapi pejantan apabila diberikan bersama hijauan berkualitas baik. Sapi jantan yang kegemukan dapat menurunkan nafsu seks, stress, serta kesalahan urat pada kaki dan pahanya. Kalsium yang berlebihan dalam ransom juga menyebabkan masalah pada sapi jantan tua. Bila legume diberikan, maka makanan penguat tidak boleh mengandung suplemen Ca. Sapi jantan tidak mengalami kehilangan Ca dari tubuhnya seperti sapi betina. Kelebihan Ca mengakibatkan tulang punggung dan tulang-tulang lainnya bersatu. Karena itu, pejantan harus diberikan campuran makanan penguat yang berbeda dengan sapi laktasi


Sumber :
Direktorat Pembinaan SMK. Agribisnis Pembibitan Ternak Ruminansia Untuk Kelas 11 Semester 3. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, 2013



Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Our Akuntansi


0 komentar:

Post a Comment