-->

Membuat Studi Kelayakan Usaha Ternak Ruminansia Pedaging.

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pertanian Suswono menargetkan, pertumbuhan produksi daging sapi di tahun 2014 sebesar 23 persen. Tahun ini produksi daging sapi sebesar 430.000 ton, dan tahun depan produksinya ditargetkan 530.000 ton.
Namun demikian, ketersediaan daging sapi nasional masih kurang dibanding kebutuhan. Berdasarkan kesepakatan Ditjen Teknis pada saat pra Rakor Pangan-Bukit Tinggi November lalu, pada tahun depan kebutuhan nasional daging sapi ditaksir mencapai 580.000 ton. "Daging sapi diperkirakan masih mengalami defisit 0,04 juta ton," ujar Suswono dalam paparan kinerja 2013, Jakarta, Senin (30/12/2013).
Produksi daging sapi pada tahun ini mencatat kenaikan 2 persen dibanding tahun lalu. Tahun lalu, produksi daging sapi sebesar 420.000 ton, sementara produksi daging sapi sebesar 430.000 ton. Namun, nyatanya produksi sebesar 430.000 ton tersebut masih belum mencukupi kebutuhan nasional tahun ini. Kebutuhan nasional daging sapi sepanjang tahun ini mencapai 540.000 ton, atau masih ada kekurangan 114.000 ton dari yang tersedia.
"Kebutuhan daging sapi lebih tinggi dari produksi. Situasi tidak mudah dan kita atasi dengan impor. Tapi nyatanya setelah kita buka, (harga) tidak turun signifikan. Ada permasalahan perdagangan. Harga tinggi karena sarana
angkutan dan distribusi yang belum memadai. Nah ini yang kita harapkan ada alat transportasi untuk sapi-sapi," papar Suswono.
Dari artikel diatas, simpulkan berapa banyak kebutuhan daging sapi Indonesia?
Dalam rangka penyusunan studi kelayakan usaha ternak ruminansia pedaging/ potong, perlu memperhatikan beberapa aspek yang mungkin dari aspek yang satu sama yang lain saling berkaitan. Adapun aspek yang perlu dipertimbangkan diantaranya aspek pasar, aspek teknis (lokasi usaha, kebutuhan sarana prasarana, manajemen, hukum , lingkungan, sosial budaya, data-data produksi), dan aspek ekonomi ( biaya dan pendapatan analisa keuangan).

Aspek Pasar

Jika seseorang ingin memulai suatu usaha yang bergerak di dalam agribisnis ternak ruminansia pedaging, maka yang pertama kali ditanyakan adalah jenis komoditas usaha apa yang baik untuk dijalankan. Untuk menjawab pertanyaan itu diperlukan data dan informasi pasar, hal ini berguna untuk mencari peluang usaha yang diinginkan. Gagasan untuk melakukan usaha (agribisnis penggemukan ternak ruminansia pedaging) disusun berdasarkan analisis data dan informasi pasar sehingga menumbuhkan suatu keinginan untuk melakukan suatu usaha.
Berbicara tentang agribisnis ternak ruminansia pedaging cakupannya meliputi: penggemukan sapi, kerbau, domba dan penggemukan kambing. Semakin luas dan semakin cepat suatu data dan informasi diperoleh, maka semakin luas kesempatan atau peluang yang didapat dan dimilikinya untuk menentukan suatu jenis komoditas usahanya. Data dan informasi pasar sangat penting dalam menyusun kelayakan usaha. Pada saat memilih peluang usaha memerlukan keahlian, daya penalaran yang tinggi dan pengalaman, sehingga
tanpa adanya data dan informasi pasar yang cukup maka semakin sulit dalam menentukan kelayakan usaha.

Jenis data dan informasi pasar

Untuk dapat menentukan studi kelayakan usaha diperlukan data dan informasi pasar yang lengkap. Data dan informasi pasar yang diperlukan sangatlah bervariasi tergantung dari suatu jenis dan tujuan studi kelayakan usaha yang dibuat atau diusahakan. Sedangkan data dan informasi pasar yang diperlukan untuk menyusun studi kelayakan usaha penggemukan sapi, kerbau, domba dan kambing antara lain meliputi :

a. Jenis Pasar

Bermacam-macam pendapat pengertian tentang pasar, antara seseorang dengan orang lain berbeda-beda. Ada yang mengatakan bahwa : pasar adalah tempat berkumpulnya antara penjual dan pembeli, adapula yang mengatakan pasar adalah orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk belanja, dan kemampuan untuk membelanjakannya. Dari beberapa pendapat tadi ada beberapa unsur penting yang terdapat dalam pasar yakni : orang dengan segala keinginannya, daya beli mereka dan kemampuan untuk membelanjakan uangnya.
Pemasaran ternak ruminansia pedaging seperti sapi, kerbau, domba dan kambing merupakan komoditas yang bila dalam keadaan sehat dapat bertahan lama. Dengan demikian, jual beli ternak sapi, kerbau, domba dan kambing bagi peternak dan pedagang pun dapat saling tarik ulur tergantung dari kesepakatan tawar menawarnya. Ternak ruminansia pedaging seperti sapi, kerbau, domba dan kambing memiliki beberapa jalur rantai pemasarannya diantaranya sebagai berikut:
Skema Jalur Rantai Pemasaran Ternak Ruminansia Pedaging

Peternak
Peternak sebagai pemelihara ternak dalam jumlah sedikit. Ternak hasil peliharaannya dipasarkan langsung ke jagal ternak atau ke pasar hewan.

Perusahaan Ternak
Perusahaan ternak merupakan badan usaha yang memiliki usaha dalam bidang peternakan. Sebagian besar merupakan usaha penggemukan ternak. Jumlah ternak yang dimiliki lebih banyak dari peternak, beberapa perusahaan memiliki ternak >1000 ekor. Perusahaan menjual ternak ke
jagal atau memotong sendiri ternaknya. Ternak yang dipotong sendiri kemudian dijual ke perusahaan procesing (pengolahan) daging atau ke pengecer.

Pasar Hewan:
Adapun keuntungan dari memasarkan ternak ruminansia pedaging di pasar hewan adalah : tidak terjadi monopoli antara pembeli dan penjual, karena pembeli dan penjual dapat saling memilih; adanya keseimbangan harga, pembeli dapat memilih ternak sesuai keinginan, kesehatan ternak, dan pembeli dapat melakukan penjajagan terlebih dahulu.

Blantik ( brooker):
Di pasar ternak atau hewan sering mendengar kata-kata atau sebutan blantik. Yang dimaksud dengan blantik adalah pedagang ternak yang kemampuan keuangannya masih kecil. Blantik ini yang mencari penjual sapi dari kampung ke kampung. Blantik biasanya mendatangi peternak atau peternak mengundang pedagang apabila ada ternak yang akan di jual. Blantik merupakan penghubung antara peternak dengan pedagang yang lebih besar (pengusaha), blantik dapat juga memasarkan ternaknya ke pasar hewan, karena di rumah blantik pada umumnya tersedia kandang penampungan yang berfungsi sebagai stok barang dagangan. Blantik juga berperan sebagai pedagang pengumpul yang mensuplai pedagang lain yang lebih besar.

Pedagang Besar
Pedagang besar adalah pedagang yang membeli atau mencari sapi ke pedagang kecil atau langsung ke peternak. Umumnya memiliki modal yang cukup kuat dan jaringan yang luas.

Jagal
Jagal adalah orang atau badan usaha yang melakukan bisnis pemotongan ternak. Pemotongan ternak dilakukan di RPH (Rumah Potong Hewan) milik pemerintah. Setelah dipotong karkas dan hasil ikutannya dijual ke pengecer daging di pasar atau supermarket.

Pengecer Daging
Pengecer daging merupakan penjual daging yang menjual daging langsung ke konsumen akhir atau konsumen industri. Konsumen akhir dalam arti mereka langsung mengkonsumsi daging, sedang konsumen adalah mereka yang membeli daging untuk diolah lagi, misalnya pedagang bakso, pembuat abon, pemilik restoran dll.

Perusahaan Pengolahan Daging
Perusahaan pengolahan daging merupakan badan usaha yang membeli daging, diolah menjadi berbagai produk dan menjualnya lagi. Hasil olahan berupa sosis, cornet beef, burger, bakso dll. Produk ada yang dijual langsung ke konsumen dan ada yang melalui distributor.

Distributor
Distributor memiliki peran dalam mendistribusikan produk daging dari produsen ke pengecer. Pada perusahaan besar menunjuk distributor untuk memasarkan produknya ke satuan wilayah yang luas.

Pengecer Produk Olahan Daging
Pengecer atau retailer adalah penjual produk daging langsung ke konsumen. Toko, supermarket, pasar swalayan dll, merupakan tempat pengecer menjual produk daging

Toko Kulit
Toko kulit merupakan tempat menjual kulit segar hasil pemotongan ternak. Harga dihitung dari kualitas kulit dan satuan berat.

Konsumen Akhir
Konsumen akhir adalah konsumen yang membeli daging untuk dikonsumsi keluarganya. Pembelian dan pemasaran dalam jumlah sedikit dan tidak diperjual belikan lagi.

Gambar 1. Pasar hewan

b. Peluang Pasar

Peluang pasar dalam agribisnis ternak ruminansia pedaging ( sapi, kerbau, domba dan kambing) di Indonesia masih sangat terbuka lebar, hal ini disebabkan karena permintaan daging dari tahun ke tahun terus meningkat. Peningkatan ini sejalan dengan peningkatan taraf hidup dan kesadaran akan kebutuhan gizi masyarakat. Selain itu dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk berarti semakin bertambah pula konsumsi daging yang dibutuhkan. Sebaliknya dari pihak petani peternak
semakin kesulitan dalam menyediakan untuk memenuhi permintaan dari waktu ke waktu, arus permintaan daging ini sebenarnya sudah lama dihadapi para petani peternak yang dikarenakan petani peternak sendiri mengalami banyak kendala.
Berbagai kendala yang dihadapi misalnya: kesulitan untuk mendapatkan bibit ( bakalan) untuk digemukkan, kesulitan untuk mendapatkan areal untuk penyediaan hijauan yang memadai, dan beberapa unsur pakan penguat masih merupakan saingan manusia. Di samping itu tidak sedikit lokasi peternak yang letaknya dekat dengan pemukiman padat penduduk, sehingga pada saat muncul rencana pengembangan, petani peternak sulit melaksanakannya.
Dengan adanya berbagai kendala tersebut, maka upaya pengembangan kearah peningkatan produksi ternak ruminansia pedaging menjadi lambat, akibatnya jumlah ternak ruminansia pedaging ( seperti sapi, kerbau, domba dan kambing) ini masih rendah. Sehingga untuk memenuhi kekurangan permintaan akan daging ternak ruminansia di pasaran pemerintah terpaksa melakukan import daging. Jika sampai saat ini pemerintah tetap mengambil langkah - langkah dengan cara mengimport daging ternak ruminansia pedaging seperti sapi secara berkelanjutan adalah sangat wajar. Karena produksi ternak ruminansia pedaging yang dihasilkan peternak masih terbatas.

c. Permintaan Pasar

Selain permintaan tentang ternak ruminansia pedaging (sapi , kerbau, domba dan kambing), hal lain yang perlu diperhatikan adalah harga . Berapa harga bibit ( bakalan ) sapi, kerbau, domba dan kambing yang akan digemukkan atau dipelihara dan berapa harga jual ternak sapi, kerbau, domba dan kambing di pasar setelah digemukkan. Hal ini perlu
diperhatikan dan dicermati betul, kesalahan dalam perhitungan bisa menyebabkan kerugian yang tidak sedikit. Untuk menjaga agar harga ternak ruminansia seperti sapi , kerbau, domba dan kambing tidak fluktuatif, maka perlu dilakukan penjajakan untuk kerjasama. Misalnya penjajakan harga kontrak dengan penjual bibit (bakalan) ternak ruminansia atau pembeli ternak ruminansia . Langkah ini bisa dilakukan untuk mencegah resiko harga bibit (bakalan) yang melambung tinggi, tetapi harga jual ternak ruminansia pedaging seperti sapi, kerbau, domba dan kambing setelah dipanen jatuh.
Untuk menyepakati suatu kerjasama pada umumnya perlu dilakukan dalam suatu surat perjanjian kerjasama yang dibuat dan ditandatangani oleh pihak-pihak yang bekerjasama berdasarkan kesepakatannya. Dalam perjanjian kerjasama itu dicantumkan kesepakatan apa yang menjadi kewajiban dan hak dari masing-masing pihak yang menjalin kerjasama.
Berdasarkan data sensus nasional tahun 2002, proyeksi kebutuhan daging sapi tahun 2010 dan tahun 2020 adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Kebutuhan daging sapi


d. Lokasi dan Calon Pembeli
Ternak ruminansia pedaging ( sapi, kerbau, domba dan kambing ) hasil penggemukan lokasi penjualannya dimana dan siapa calon pembelinya. Hal ini perlu juga dipertimbangkan, karena jika ternak ruminansia pedaging (sapi, kerbau, domba dan tkambing) hasil penggemukan akan dijual dipasar lokal, perlu diketahui juga kemampuan atau daya tampung pasar lokal tersebut tentang ternak ruminansia pedaging (sapi, kerbau, domba dan
kambing) yang kita gemukkan. Akan tetapi bila lokasi dan calon pembelinya tidak hanya dipasar-pasar lokal, maka perlu juga data dan informasi pasar tentang lokasi penjual dan calon pembeli. Apabila survai pasar tentang lokasi dan calon pembeli kurang akurat, maka ada kemungkinan adanya kekurangan suplai atau bahkan kelebihan suplai sehingga perlu didatangkan ternak ruminansia pedaging ( sapi, kerbau, domba dan kambing) dari luar daerah atau bahkan sapi, kerbau, domba dan kambing lokalpun tidak laku dijual.

e. Pesaing

Pesaing merupakan salah satu faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam menyusun studi kelayakan usaha di bidang agribisnis ternak ruminansia pedaging, yang meliputi penggemukan sapi, kerbau, domba dan kambing. Tanpa pertimbangan dari aspek pesaing, studi kelayakan usaha di bidang agribisnis ternak ruminansia pedaging sulit kiranya untuk menduga apakah studi kelayakan usaha di bidang agribisnis ternak ruminansia pedaging (penggemukan ternak sapi, kerbau, domba dan kambing) yang akan dijalankan akan untung atau rugi. Ketajaman dalam menduga atau menganalisis pesaing bagi suatu usaha di bidang agribisnis ternak ruminansia pedaging sangat menentukan keberhasilan dalam pengembangan usaha tersebut. Adapun pesaing di dalam usaha di bidang agribisnis ternak ruminansia pedaging ( penggemukan sapi, kerbau, domba dan kambing) bisa pengusaha lokal (pengusaha kecil), pengusaha dari luar daerah (pengusaha sedang) atau pengusaha besar. Kira-kira pesaing yang ada yang mana, sehingga petani atau peternak di dalam menyusun usaha di bidang agribinsis ternak ruminansia pedaging ( penggemukan sapi, kerbau, domba dan kambing ) akan lebih matang dan mantap

Sumber Dan Cara Memperoleh Data Dan Informasi Pasar

Bagaimana data dan informasi pasar diperoleh? Data dan informasi pasar yang diperlukan untuk menyusun studi kelayakan usaha dapat diperoleh melalui :

  • Media massa cetak (koran, majalah, buku-buku dan lembaran / leaflet)
  • Media massa elekronik (internet, televisi dan radio)
  • Perpustakaan dan toko buku
  • Tokoh
  • Peternak
  • Perusahaan peternakan
  • Pakar dalam bidang tertentu
  • Berbagai lembaga pusat penelitian dan pengembangan
  • Pasar, dll



Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Our Akuntansi


0 komentar:

Post a Comment