Media Mind Mapping
Media Mind mapping merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang digunakan melatih kemampuan menyajikan isi materi pelajaran dengan pemetaan pikiran (mind mapping). Mind map dikembangkan oleh Buzan (2002) sejak akhir tahun 1960-an sebagai cara untuk mendorong peserta didik mencatat hanya dengan menggunakan kata kunci dan gambar.
Pemetaan pikiran (mind mapping) adalah teknik meringkas bahan yang perlu dipelajari, dan memproyeksikan masalah yang dihadapi ke dalam bentuk peta atau teknik grafik sehingga lebih mudah memahaminya (Sugiarto, 2004). Kegiatan ini sebagai upaya yang dapat mengoptimalkan fungsi otak kiri dan kanan, yang kemudian dalam aplikasinya sangat membantu untuk memahami masalah dengan cepat karena telah terpetakan. Hasil mind mapping berupa mind map. Mind map merupakan suatu diagram yang digunakan untuk
mempresentasikan kata-kata, ide-ide, tugas-tugas, ataupun suatu yang lainnya dikaitkan dan disusun mengelilingi kata kunci ide utama.
Media mind mapping bisa disebut sebuah peta rute dengan menggunakan ingatan, membuat kita bisa menyusun fakta dan fikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja otak kita yang alami akan dilibatkan sejak awal sehingga mengingat informasi akan lebih mudah dan bisa diandalkan dari pada menggunakan teknik mencatat biasa. Media mind mapping disebut pemetaan pikiran atau peta pikiran, adalah salah satu cara mencatat materi pelajaran yang memudahkan siswa untuk belajar. Media mind mapping bisa juga dikategorikan sebagai teknik mencatat kreatif. Dikategorikan ke dalam teknik kreatif karena pembuatan media mind mapping ini membutuhkan pemanfaatan imajinasi dari si pembuatnya. Siswa yang kreatif akan lebih mudah membuat media mind mapping ini.
Langkah-langkah pembelajaran dengan media mind mapping: (1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, (2) Guru mengemukakan konsep/masalah yang akan ditanggapi oleh siswa. Permasalahan sebaiknya dipilih yang mempunyai banyak alternatif jawaban, (3) Peserta didik mengidentifikasi alternatife jawaban dalam bentuk peta pikiran atau diagram, (4) Beberapa peserta didik diberi kesempatan untuk menjelaskan ide pemetaan konsep berfikirnya dan (5) Dari data hasil diskusi, peserta didik diminta membuat kesimpulan dan guru memberi peta konsep yang telah disediakan sebagai pembanding.
Menurut Mulyatiningsih (2012), Pembelajaran dengan media mind mapping bertujuan membuat materi berpola secara visual dan grafis yang akhirnya dapat membantu merekam, memperkuat, dan mengingat kembali informasi yang telah dipelajari. Media mind mapping memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat didalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka akan memudahkan seseorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi warna, simbol, bentuk, dan sebagainya memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima.
Media mind mapping yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi pada setiap materi. Hal ini disebabkan karena berbedanya emosi dan perasaan yang terdapat dalam diri siswa setiap saat. Suasana menyenangkan yang diperoleh siswa ketika berada diruang kelas pada saat proses belajar akan mempengaruhi penciptaan pemetaan pikiran. Dengan demikian, guru diharapkan dapat menciptakan suasana yang mendukung kondisi belajar siswa terutama dalam proses pembuatan media mind mapping.
Membuat media mind mapping membutuhkan imajinasi atau pemikiran, adapun cara pembuatan media mind mapping adalah: (1) Mulailah dari tengah kertas kosong, (2) Gunakan gambar (simbol) untuk ide utama, (3) Gunakan berbagai warna, (4) Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat, (5) Buatlah garis hubung yang melengkung, (6) Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis dan (7) Gunakan gambar. Adapun contoh aplikasi media mind mapping dapat dilihat pada Gambar 2.1 sebagai berikut :
Tabel 2.2 Perbedaan Catatan Biasa dan Media Mind Mapping
0 komentar:
Post a Comment