-->

Menganalisis Kelayakan Usaha Pembibitan Ruminansia

Kegiatan usaha peternakan sapi potong dapat dikelompokkan ke dalam beberapa aktivitas yang saling terkait, yaitu: 1) Pelestarian (konservasi); 2) Pembibitan (peningkatan mutu genetik); 3) Perkembangbiakan (CCO); dan 4) Pembesaran (pengemukan). Pengertian No 1 sampai 3 saat ini di masyarakat masih campur aduk dengan istilah pembibitan. Pembibitan sapi potong merupakan sumber utama bagi usaha penggemukan sapi potong di Indonesia, walaupun ada sebagian kecil yang berasal dari impor namun secara umum kebutuhan konsumsi daging sapi di Indonesia sangat tergantung pada usaha pembibitan yang dikelola oleh peternakan rakyat. Sampai saat ini belum ada perusahaan swasta atau perusahaan negara yang bergerak di bidang pembibitan sapi potong karena usaha ini dinilai kurang menguntungkan.

Usaha peternakan sapi potong di Indonesia sebagian besar adalah penggemukan, dan sangat sedikit yang bergerak di bidang pembibitan. Hal ini terkait dengan kurangnya insentif ekonomi dalam usaha pembibitan.
Pemerintah dalam hal ini baru sebagai keeper dan user, sehingga jika sewaktu-waktu ada permasalahan di hulu (di negara asal importir bibit) akan menjadi masalah juga di hilirnya. Pengembangan usaha hulu (pembibitan) di dalam negeri sangatlah diperlukan. Tingginya permintaan bibit merupakan peluang besar untuk pengembangan agribisnis pembibitan sapi potong, namun untuk menarik minat (menggugah semangat) peternak yang mayoritas peternakan rakyat skala kecil untuk melakukan usaha pembibitan perlu campur tangan pemerintah dalam memfasilitasi dan advokasi terutama dalam hal dukungan permodalan dan inovasi teknologi. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah telah memfasilitasi kelompok-kelompok tani ternak untuk melakukan pembibitan sapi dalam hal permodalan dengan melibatkan perbankan yang menyediakan skim kredit sebagai bank pelaksana dari program pemerintah pusat seperti Kredit Usaha Pembibitan Sapi Potong (KUPS) dengan suku bunga bersubsidi (beban pelaku usaha 5% per tahun). Dimana sasarannya adalah pelaku usaha pembibitan sapi meliputi perusahaan peternakan, koperasi, kelompok/gabungan kelompok peternak.
Kurangnya minat investor untuk bergerak dalam usaha pembibitan diantaranya karenausaha pembibitan memerlukan waktu panjang (betina bunting 9 bulan dan rearing minimal 6 bulan) sehingga biaya cukup tinggi serta resiko cukup besar; Keberpihakan permodalan dari perbankan kecil karena jangka waktunya lama; Jaminan harga pasar produk pembibitan belum ada dan Insentif ekonomi dalam melakukan usaha ini belum ada. Oleh karena itu, perlu upaya-upaya yang dilakukan pemerintah untuk mendorong lebih banyak lagi pengusaha yang bergerak dalam usaha pembibitan sapi potong diantaranya melalui 1) Skim kredit program KUPS dan 2) Asuransi Ternak Sapi (ATS).
Faktor-faktor yang harus diperhatikan agar bisa menjalankan usaha pembibitan secara efisien dan menguntungkan adalah:
(i) Pemilihan bibit: bukan Final Stock (FS) sehingga hasil anaknya dan reproduksinya juga bagus (S/C dan Calving Interval bagus);
(ii) Managemen pakan: Pemberian pakan seadanya akan mengakibatkan reproduksi ternak sapi kurang baik sehingga menyebabkan sapi tidak bunting-bunting;
(iii) Sistem perkawinan: Pengaturan sistem perkawinan yang baik akan menghindari inbreeding sehingga hasil anaknya berkualitas bagus;
(iv) Manajemen Kesehatan;
(v) Manajemen Pemasaran.
Beberapa pertanyaan penting sebelum memulai pembibitan adalah jenis ternak ruminansia yang akan dipelihara. Jenis ternak yang akan dipelihara tergantung beberapa faktor Jenis peternakan ruminansia dilihat dari segi tujuannya dapat dibedakan :

Pembiakan dari Bibit


Beternak dengan memelihara induk dan pejantan yang tujuannya adalah menghasilkan anak, dibesarkan dan kemudian dijual. Biasanya tidak semua peternak memiliki pejantan,
Secara umum stuktur bibit dikelompokkan menjadi 3 yaitu bibit dasar, bibit induk dan bibit sebar.

  1. Bibit dasar (Elite/Foundation stock) merupakan kumpulan sapi potong terpilih dari hasil seleksi yang mempunyai nilai pemuliaan (missal tinggi gumba, bobot badan dan lainnya).
  2. Bibit induk (Breeding stock) merupakan kumpulan sapi potong yang diperoleh dari proses pengembangan bibit dasar dengan spesifikasi tertentu yang mempunyai silsilah, untuk menghasilakn bibit sebar.
  3. Bibit sebar (Commercial stock) merupakan bibit yang diperoleh dari proses pengembangan bibit induk, dengan spesifikasi tertentu untuk digunakan dalam proses produksi.

Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam memilih bibit sapi potong :
1. Kesesuain warna tubuh dengan bangsanya.
2. Keserasian bentuk dan ukuran tubuh meliputi kapala, leher dan tubuh ternak.
3. Ukuran minimal tinggi gumba, mengacu pada standart bibit populasi setempat,dan regional.
4. Tidak adanya kelainan/cacat tubuh yang dapat menurun.
5. Sehat ditunjukkan oleh mata yang bersinar, gerakan lincah tetapi tidak liar dan bebas dari penyakit.
Kriteria Memilih Bibit Sapi Sapi Induk
1. Sapi induk harus dapat beranak secara teratur setiap tahun (<14 bulan).
2. Turunan anak jantan maupun betina tidak cacat.
3. Skor kondisi tubuh sedang yaitu skor 5-7 (skor 1-10).
4. Aktivitas reproduksi normal.

  • Calon Induk

1. Mempunyai bobot sapih 205 hari ,bobot pada umur 12 bulan di atas rataan.
2. Bobot badan umur 365 hari di atas rataan.
3. Penampilan fenotipe sesuai dengan rumpun atau bangsa.
4. Umur di atas 12 bulan.
5. Estrus pertama umur 14 bulan sehingga kawin pertama pada umur 18 bulan, pada bobot badan > 230 kg.

  • Calon Pejantan

1. Mempunyai catatan bobot sapih 205 hari di atas rataan dan pertambahan bobot badan harian (PBBH) umur 1- 1,5 di atas rataan.
2. Mempunyai libido dan kualitas sperma baik
Dalam pembuatan kandang sebaiknya dirancang dengan memperhatikan ruang gerak sapi dan juga Bangunan kandang dilengkapi dengan ”bank pakan”, sebagai tempat untuk hijauan/
pakan serat, dan tempat pakan tambahan yang berguna untuk memudahkan sistem pemberian pakan, hal diharapkan :
1. Meningkatkan angka kebuntingan kebuntingan (calf crops).
2. Penggunaan tenaga kerja yang lebih efisien
3. Kematian ternak <3% akibat meningkatnya status kesehatan ternak.
4. Nilai tambah kompos meningkat karena kualitas lebih baik dan proses pemasakan sederhana karena proses pengadukan kompos oleh ternak

Peternakan Perbibitan (Penghasil Bibit/Breeding) 

Yakni beternak dengan tujuan untuk menghasilkan sapi, kerbau dan kambing kualitas bibit. Usaha pembibitan ini jarang dilakukan oleh masyarakat karena memiliki persyaratan dan perlakuan khusus selama proses pemeliharaan berlangsung seperti kualitas induk dan pejantan yang bagus, proses seleksi anak, dan tata cara kawin harus memperhatikan silsilah yang baik.
Jenis peternakan dan skala (besar/kecil) yang akan dikembangkan ? 1. Jenis Ternak
2. Jenis Peternakan dan skala yang akan dikembangkan, sedangkan dari Skala
Usaha, peternakan dapat dibedakan :
(a) Peternakan Skala Rumah Tangga
usaha peternakan yang diusahakan oleh masyarakat disekitar rumah mereka, atau seringkali bergabung dengan bangunan rumah. Jumlah sapi, kerbau dan kambing yang dipelihara biasanya paling banyak 20 ekor.
(b) Peternakan Skala Kecil
usaha peternakan yang lebih besar dari skala rumah tangga hingga jumlah 500 ekor. Biasanya peternakan ini dikembangkan karena memiliki pasar tetap.
(c) Peternakan Skala Menengah
usaha peternakan dengan jumlah ternak antara 500-1000 ekor. Di Indonesia, usaha peternakan sapi, kerbau dan kambing skala menengah ini masih sangat minim jumlahnya.
(d) Peternakan Skala Besar
Yakni usaha peternakan kambing dengan jumlah sapi, kerbau dan kambing diatas 1000 ekor. Skala ini masih sangat jarang dilakukan di Indonesia. Kalaupun ada sifatnya hanyalah sebagai Holding Ground (conditioning phase) sebelum dilepas ke pasar. Sedangkan untuk jenis perbibitan, boleh dikatakan (hampir) tidak ada.
Pemilihan Skala ini akan sangat berpengaruh terhadap :
a. Besarnya investasi
b. Teknik pengelolaan (manajemen) peternakan
c. Jaringan pasar yang harus dibentuk
Daya Dukung Dari Lingkungan
(a) Lahan
Lahan diperlukan sebagai tempat pembangunan kandang, tempat menampung limbah baik kotoran (feses), air kencing (urine), dan mungkin sebagai lahan untuk menanam rumput. Luas lahan yang diperlukan sangat tergantung dari jumlah ternak. Luas lahan akan bertambah jika ada program untuk penanaman rumput.
(b) Iklim
masing-masing ternak mempunyai secara fisiologis memerlukan kondisi lingkungan yag tidak berbeda. Secara umum, sapi, kerbau
dan kambing lokal Indonesia akan dapat berkembang dengan baik kisaran suhu 20-29 derajat celcius. Jika pakan ternak sangat tergantung dengan pasokan hijauan, maka penting diperhatikan panjangnya musim hujan dan musim kemarau. Semakin pendek musim kemarau akan semakin baik.
(c) Potensi Hijauan Makanan Ternak
Sumber HMT dapat dibagi dua yaitu rumput lapang (liar) dan rumput semaian (sengaja dipelihara). Jika mengandalkan keberadaan rumput liar, penting diperhatikan populasi ternak yang mengkonsumsi rumput liar di wilayah tersebut. Umumnya Dinas Peternakan memiliki data tentang Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak ruinansia (KPPTR) dan Potensi Maksimum berdasarkan Sumber Daya Lahan (PMSL). Jika ada program penanaman rumput, penting diperhatikan luasan lahan yang diperlukan, rotasi panen dan rotasi pemeliharaan.
(d) Potensi Makanan Non Hijauan
Untuk memberikan makanan yang bervariasi dan mengurangi ketergantungan dari pakan hijauan, dapat juga diinventarisasi potensi pakan non hijauan, seperti onggok singkong. Jika pasokan pakan non hijauan dari pembelian, maka penting diperhatikan hitungan ekonomisnya.
(e) Keterampilan yang dimiliki SDM
Sangat penting diperhatikan keterampilan SDM dalam memelihara sapi, kerbau dan kambing, sebab kesalahan sedikit saja dalam pengelolaan dapat mengakibatkan ternak sakit, pertumbuhan kurang,bahkan resiko kematian. Untuk itu sebelum dijalankan, tenaga pengelola harus mendapatkan keterampilan cukup.
(f) Dukungan Dana dan Sistem Kerjasama
Dana untuk memulai usaha ternak kambing tidak harus dari diri sendiri. Sangat dimungkinkan untuk melakukan kerjasama dengan orang lain dengan melakukan kerjasama kemitraan. Yang penting di dalam kerjasama kemitraan adalah akad yang dilakukan harus jelas. Mulai dari besarnya dukungan dana, patungan dana jika sama-sama mempunyai andil modal, sistem bagi hasilnya dan tanggung jawab masing-masing pihak atas resiko kegagalan.
(g) Pemasaran
Aspek pasar harus benar-benar diperhatikan. Sektor pemasaran sangat memegang peranan penting, termasuk permintaan dan penawaran yang ada di pasar. Tujuan usaha adalah untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal, sedangkan besar kecilnya keuntungan akan diraih tergantung kepada keberhasilan dalam sektor pemasaran.
Beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran pada peternakan pembibitan kopmersil adalah:
1). Harga bahan baku (ternak, pakan, dan obat-obatan dan juga biaya produksi lainnya), semakin tinggi harga bahan baku maka akan meningkatkan biaya produksi dan akan mempengaruhi terhadap harga jual bakalan sapi.
2). Harga produk utama (bakalan Betina).
3). Harga jual produk sampingan (bakalan jantan, kotoran dan afkir).
4). Tingkat kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein, hal ini akan berpengaruh terhadap permintaan telur dimasyarakat.
5). Meminimalkan biaya produksi sehingga harga bakalan dan sapi afkir dapat bersaing di pasar.
Peluang Pasar. Di daerah-daerah pedesaan sebagian besar masyarakat menjual ternak sapi, kerbau dan kambing nya melalui pedagang pengumpul (blantik). Resikonya adalah harga yang tentu lebih rendah
(bahkan tidak jarang ditekan) dari harga di pasar. Hal ini terjadi karena biasanya peternak tidak memiliki informasi tentang harga pasar, mekanisme penjualan di pasar, adanya jaringan pedagang kambing, dan kadang peternak tidak mau repot-repot ke pasar. Namun diwaktu mendatang perlu diusahakan jaringan pemasaran bagi peternak agar manfaat yang diperoleh juga maksimal.
Paling tidak ada tiga aspek penting untuk diproyeksikan, yaitu :
(a) Membuat proyeksi populasi ternak di kandang
Proyeksi ini dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan jumlah kambing dan berbagai jenis umurnya di waktu ke depan. Sehingga dapat diperkirakan kebutuhan sumberdaya pada selang waktu tertentu misalnya kapan harus menambah jumlah pakan, kapan menambah kandang, kapan perlu menambah tenaga kerja, dan kapan akan ada ternak yang dapat dipasarkan. Asumsi yang harus dipenuhi untuk membuat proyeksi ini adalah :
a. Jumlah Induk dan Pejantan yang akan dipelihara
b. Asumsi harga beli dan harga jual
c. Waktu kawin betina setelah melahirkan
d. Koefisien kematian (mortalitas) dari anak
e. Koefisien Produksi betina per kelahiran
(b) Membuat Proyeksi Aliran Kas (Cash Flow)
Yakni proyeksi pemasukan dan pengeluaran uang kas. Proyeksi ini penting untuk melihat periode pengeluaran dan pemasukan kas sehingga dapat dilakukan penjadualan kapan harus menyediakan uang dan kapan akan menerima uang.
(c) Membuat Proyeksi Pemasaran
Yakni perkiraan kapan usaha peternakan yanng dijalankan akan menghasilkan produk yang siap dijual. Asumsi yang harus ada adalah
produk apa, atau sapi, kerbau dan kambing umur berapa yang akan dijual. Proyeksi ini akan lebih baik jika telah ada gambaran tujuan pemasaran, sehingga selama mas produksi (pemeliharaan) di kandang dapat dilakukan pendekatan kepada calon pembeli.
(d) Membuat Proyeksi Laba Rugi
Yakni perkiraan selisih antara pendapatan dan biaya yang dikeluarkan selama berlangsungnya usaha. Dalam usaha skala rumah tangga, biasanya lemah di pencatatan dan bercampurnya antara uang dapur dan uang untuk usaha.

Analisis Kelayakan Usaha Pembibitan 

Pembibitan ruminansia besar (sapi potong/sapi perah) dan ruminansia kecil (domba/kambing) merupakan upaya peningkatan populasi ternak. Fase pembibitan ruminansia sapi disebut juga sebagai fase pembesaran yang dihitung sejak terjadinya kebuntingan sampai pedet lepas sapih (12 bulan). Induk sapi yang difungsikan berumur 18 bulan dengan bobot 250 kg. Induk sapi akan dipelihara selama bisa bereproduksi dengan baik yang perkawinannya melalui Inseminasi Buatan (IB).
Contoh 1 : Jenis sapi potong yang akan dikembangkan untuk pembibitan adalah jenis sapi lokal yakni peranakan sapi ongole (PO).
(a) Proyeksi Pendapatan
Proyeksi pendapatan usaha pembibitan sapi potong (5 ekor) secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1 dan biaya Investasi Pembibitan Sapi Potong (5 ekor)
Biaya investasi awal usaha pembibitan sapi potong (5 ekor) secara rinci dapat dilihat pada tabel 8, sedangkan Biaya operasional usaha pembibitan sapI poting (5 ekor) dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 2. menunjukkan bahwa biaya total investasi awal usaha pembibitan sapi potong untuk 5 ekor sebesar Rp 43.496.875,00. Sedangkan biaya total operasional untuk 5 ekor sapi sebesar Rp 10.961.375,00. Pada akhir investasi atau tahun ke-6 produksi (akhir umur ekonomis) biaya operasional sebesar Rp. 10.961.375,00. Karena pada tahun itu induk diafkir dan digemukkan maka Inseminasi Buatan (IB) tidak dilakukan. Oleh karena itu, Biaya operasional perlu dikurangi biaya IB sebesar Rp 240.000,00.
(b) Proyeksi Laba/Rugi
Proyeksi laba/rugi usaha pembibitan sapi potong (5 ekor) secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.
Data tersebut menunjukkan proyeksi laba/rugi pada tahun pertama masih mengalami kerugian sebesar Rp 25.708.000,-. Namun, pada tahun ke dua sampai pada tahun ke lima berturut-turut sudah mengalami laba sebesar Rp 15.939.000,-. Pada tahun ke enam laba yang diperoleh sebesar Rp 77.009.000,-. Hal ini karena pada tahun keenam sapi sudah diafkir dan digemukkan.
(c) Analisis NPV (Net Present Value) Pembibitan Sapi Potong (5 ekor)
NPV (Net Present Value) atau nilai bersih sekarang adalah alat yang digunakan untuk menghitung nilai sekarang dari laba suatu investasi, apakah investasi tersebut memberi keuntungan atau bahkan sebaliknya. NPV dihitung dengan cara menghitung nilai sekarang laba (nilai sekarang pendapatan dikurangi nilai sekarang investasi/biaya operasional) tahun pertama hingga tahun terakhir umur proyek investasi, kemudian nilai sekarang laba tahun pertama hingga tahun terakhir dijumlahkan. Proyek investasi ini baru layak dijalanka, jika total nilai sekarang laba
lebih besar dari 0 (Nol). Sementara Rasio Gross B/C adalah rasio dari pendapatan (B=Benefit) dibandingkan dengan biaya (C=Cost) yang telah dihitung nilai sekarangnya (telah didiscount factor). Proyek investasi baru layak dijalankan (Go) jika rasio B/C lebih besar dari 1 (satu). Analisis ini pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan analisis NPV. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 11.
Berdasarkan Tabel 4. dapat dilihat bahwa hasil perhitungan NPV (Net Present Value) adalah Rp 19.429.000,-. Berarti NPV > 0, dengan demikian proyek ini layak untuk diusahakan. Sedangkan hasil analisis BCR menunjukkan nilai sebesar 1,24. Nilai BCR ini > 1, artinya proyek ini layak diusahakan.
(d) Analisis IRR (Internal Rate Return)
Analisis IRR (Internal Rate Return) usaha perbibitan sapi potong untuk 5 ekor (tabel 5). IRR (Internal Rate Return) menghitung tingkat bunga pada saat arus kas sama dengan 0 (nol) atau pada saat laba yang telah didiscount factor sama dengan 0. IRR ini berguna untuk mengetahui pada tingkat bunga berapa proyek investasi tetap memberikan keuntungan. Jika bunga sekarang kurang dari IRR maka proyek dapat diteruskan, dan jika bunga lebih dari IRR maka proyek investasi lebih baik dihentikan. Bunga sekarang < IRR (38,41 %), sehingga proyek dapat diteruskan
(e) Analisis Payback Periods
Analisis Payback Periods usaha pembibitan sapi potong untuk 5 ekor secara rinci dapat dilihat pada tabel 6. Tabel menunjukkan bahwa investasi pada Payback Periods (PBP) berada pada tahun ke 3 bulan ke 9. Setelah 3 tahun 9 bulan, investasi sudah mulai mendatangkan hasil.
(f) Analisis Break Even Point (BEP)
Analisis Break Even Point (BEP) usaha pembibitan sapi potong untuk 5 ekor secara dapat dilihat pada Tabel 7.
Data tersebut menunjukkan bahwa Break Even Point (BEP) berada pada tahun ke 3,2 (3 tahun, 2 bulan). Setelah 3 tahun 2 bulan, investasi sudah mulai mendatangkan keuntungan.

Sumber :
Direktorat Pembinaan SMK. Agribisnis Pembibitan Ternak Ruminansia Untuk Kelas 11 Semester 3. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, 2013



Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Our Akuntansi


0 komentar:

Post a Comment