KEPUTUSAN MATERIALITAS
Dalam konsepnya, tingkat materialitas berpengaruh langsung terhadap jenis opini yang diterbitkan. Dalam penerapannya, merupakan suatu pertimbangan yang cukup sulit untuk memutuskan berapa materialitas sebenarnya dalam suatu situasi tertentu.
Tidak terdapat suatu panduan yang sederhana dan terstruktur yang dapat menolong seorang auditor untuk memutuskan apakah sesuatu hal bersifat tidak material, material, atau sangat material. Evaluasi materialitas tergantung pula pada apakah dalam suatu situasi tertentu terdapat suatu ketidaksesuaian dengan GAAP/PSAK atau terdapat suatu pembatasan lingkup audit.
- Keputusan Materialitas Kondisi Non-GAAP
Ketika seorang klien gagal dalam mengikuti prinsip-prinsip GAAP, maka laporan audit yang diterbitkan apakah berupa pendapat wajar tanpa syarat, hanya pendapat wajar dengan pengecualian, atau pendapat tidak wajar, tergantung pada materialitas dari penyimpangan yang terjadi. Beberapa aspek materialitas harus dipertimbangkan.
- Perbandingan Nilai uang pada Suatu Patokan Tertentu
Pada saat seorang klien gagal mematuhi prinsip-prinsip GAAP maka yang menjadi perhatian utama dalam pengukuran materialitasnya umumnya adalah nilai uang dari total kesalahan pada akun-akun yang terkait, dibandingkan pada suatu patokan tertentu. Suatu kesalahan senilai Rp1.000.000 mungkin bersifat material bagi sebuah perusahaan skala kecil, tetapi tidak material bagi sebuah perusahaan besar. Oleh karenanya, kesalahan penyajian harus dibandingkan dengan suatu patokan tertentu sebelum dibuat suatu keputusan tentang tingkat materialitas dari kegagalan mematuhi prinsip-prinsip GAAP itu. Patokan/panduan yang umumnya digunakan adalah laba bersih, total aktiva, aktiva lancar, dan modal kerja.
Sebagai contoh, diasumsikan bahwa seorang auditor meyakini adanya kelebihan pencatatan saldo persediaan sebesar Rp100.000 akibat dari kegagalan klien dalam mematuhi prinsip-prinsip GAAP. Diasumsikan pula saldo persediaan tercatat sebesar Rp1.000.000, aktiva lancar Rp3.000.000, dan laba bersih sebelurn pajak sebesar Rp 2.000.000. Dalam kasus ini, auditor harus mengevaluasi materialitas dari suatu kesalahan pencatatan yang berprosentase 10% terhadap nilai persediaan, 3.3% dari aktiva lancar, dan 5% dari laba bersih sebelum pajak.
Untuk mengevaluasi keseluruhan materialitas, auditor pun harus menggabungkan seluruh kesalahan
saji yang belum diperbaiki serta menimbang apakah mungkin terdapat kesalahan saji yang bersifat tidak material yang, ketika digabungkan dengan kesalahan saji lainnya, akan mempengaruhi laporan keuangan secara signifikan. Dalam kasus persediaan di atas, diasumsikan bahwa auditor meyakini pula adanya kelebihan pencatatan saldo piutang dagang sebesar Rp 150.000. Maka total pengaruh kelebihan pencatatan tersebut pada aktiva lancer sekarang sebesar 8.3% (Rp250.000 dibagi dengan Rp3.000.000) dan sebesar 12.5% (Rp 250.000 dibagi dengan Rp 2.000.000) pada laba bersih sebelum pajak.
Ketika membandingkan potensi kesalahan penyajian dengan suatu patokan tertentu, seorang auditor harus mempertimbangkan dengan secara berhati-hati seluruh akun yang dipengaruhi oleh kesalahan penyajian tersebut (pervasiveness).
Sebagai contoh, merupakan hal yang penting untuk tidak memperhatikan pengaruh dari kekurangan pencatatan saldo persediaan pada harga pokok penjualan, laba sebelum pajak, pajak penghasilan yang dibayarkan, serta pajak penghasilan yang terutang.
- Terukur
Nilai uang dari sejumlah kesalahan penyajian tidak dapat diukur secara akurat. Sebagai contoh, ketidaksediaan seorang klien untuk mengungkapkan suatu gugatan pengadilan yang sedang berlangsung atau pembelian sebuah perusahaan baru yang dilakukan setelah tanggal neraca sulit, jika memungkinkan, untuk diukur dalam satuan uang. Pertanyaan materialitas yang harus dievaluasi oleh auditor dalam situasi-situasi seperti ini adalah pengaruh dari kegagalannya dalam mengungkapkan hal-hal tersebut pada para pengguna laporan.
- Karakteristik Item itu Sendiri
Keputusan seorang pengguna laporan mungkin pula dipengaruhi oleh jenis kesalahan penyajian dalam laporan keuangan. Berikut ini adalah hal-hal yang dapat mempengaruhi keputusan para pengguna laporan Serta mempengaruhi pula pendapat auditor dalam suatu pendekatan yang berbeda dengan mayoritas kesalahan penyajian.
1. Transaksi-transaksi tersebut bersifat ilegal atau curang
2. Suatu item secara material dapat mempengaruhi penyajian dalam beberapa periode mendatang walaupun kesalahan penyajian tersebut tidak bersifat material bagi penyajian laporan pada periode berjalan.
3. Suatu item mempunyai suatu pengaruh "fisik" (sebagai contoh, sejumlah Kecil laba terhadap sejumlah kecil kerugian atau saldo kas terhadap cerukan).
4. Suatu item mungkin bersifat penting dalam kaitannya dengan probabilitas konsekuensi yang timbul dari kewajiban pada perjanjian yang telah disepakati bersama (sebagai contoh, pengaruh dari kegagalan mematuhi persyaratan dalam suatu perjanjian hutang dapat berakibat pada suatu penarikan pinjaman yang material).
- Keputusan Materialitas Kondisi Pembatasan Lingkup Audit
Ketika terdapat suatu pembatasan lingkup audit, laporan audit dapat berupa wajar tanpa syarat, wajar dengan pengecualian atas ruang lingkup dan pendapat audit, atau penolakan pemberian pendapat, tergantung dari materialitas pembatasan lingkup audit tersebut. Auditor akan mempertimbangkannya terhadap ketiga faktor yang sama yang telah dibahas sebelumnya dalam keputusan materialitas atas kondisi non-GAAP, tetapi dengan pertimbangan yang sama sekali berbeda. Ukuran kesalahan saji potensial, daripada kesalahan saji yang telah diketahui saat ini, merupakan hat yang penting dalam menentukan apakah suatu pendapat wajar tanpa syarat, pendapat wajar dengan pengecualian, atau suatu penolakan pemberian pendapat adalah hal yang tepat bagi suatu pembatasan lingkup audit.
Sebagai contoh, jika saldo hutang dagang sebesar Rp400.000 tidak diaudit, auditor harus
mengevaluasi potensi kesalahan penyajian dalam hutang dagang tersebut serta memutuskan seberapa material pengaruhnya pada laporan keuangan. Tingkat resapan (pervasiveness) dari kesalahan saji potensial ini pun harus dipertimbangkan.
Umumnya melakukan evaluasi materialitas atas kesalahan saji yang potensial yang diakibatkan oleh pembatasan lingkup audit lebih sulit dilakukan daripada melakukan evaluasi materialitas yang disebabkan oleh ketidakpatuhan pada prinsip- prinsip GAAP. Kesalahan penyajian yang diakibatkan oleh ketidakpatuhan pada prinsip-prinsip GAAP dapat diketahui. Sementara kesalahan penyajian yang diakibatkan oleh pembatasan lingkup audit umumnya harus diukur secara subjektif atas potensi terjadinya kesalahan penyajian. Sebagai contoh, suatu pencatatan hutang dagang sebesar Rp400.000 mungkin saja mengalami kekurangan pencatatan lebih dari juta, yang dapat mempengaruhi beberapa nilai, termasuk di dalamnya adalah laba kotor, laba bersih, serta total aktiva.
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Our Akuntansi
0 komentar:
Post a Comment