Damai Bersama Raja Bhutan
Jigme Singye Wangchuk (Jimi Singgê ‘Wangchu) lahir di Istana
Dechenchholing, Thimphu, 11 November 1955. Ia adalah Raja Bhutan periode
1972 s.d. 2006. Ia naik tahta pada usia 17 pada tahun 1972, setelah
kemangkatan ayahandanya Jigme Dorji Wangchuk, yaitu Jimi Dôji ‘Wangchu.
Secara resmi, dia dimahkotai pada 2 Juni 1974. Ia juga dipanggil “Druk
Gyalpo”, yang berarti “Raja Naga”. Sebelumnya dia pernah memperoleh
pendidikan di Inggris.
Ia telah melanjutkan kebijakan ayahandanya
pada modernisasi dan pelan-pelan tetap memelihara kebudayaan Bhutan.
Pada tahun 1998 ia menghentikan sejumlah kekuasaan absolutnya, dan
memerintah melalui nasihat pemerintahnya.
Di
akhir tahun 2003, ia memerintahkan militer pertama Bhutan untuk melawan
kelompok pemberontak separatis India. Kampanye juga telah diluncurkan
melawan separatis Nepal di selatan negara.
Pada 17 Desember 2005,
raja mengumumkan kalau dirinya akan turun takhta pada 2008. Pengumuman
disampaikan raja di hadapan 8000 penggembala hewan, biksu, petani, dan
siswa pedesaan. Raja mengaku menyerahkan tanggung jawab kerajaan kepada
putra mahkota. “Saya ingin rakyat tahu, putra mahkota Dasho Jigme Khesar
Namgyal Wangchuck dinobatkan menjadi Raja Naga tahun 2008,” kata sang
raja.
Negara Bhutan terletak di bawah pegunungan Himalaya,
tanahnya tidak subur. Walaupun pendapatan warganya tidak tinggi, tetapi
menjadi negara terbahagia di dunia. Bhutan disebut sebagai “Shangrilla
di kaki gunung Himalaya” yang 97% rakyatnya menganggap diri mereka
sangat berbahagia.
Nama negara Bhutan berarti Tanah Naga Guruh, lagu
kebangsaannya ialah Drukyle (Kerajaan Naga Guruh). Arti Bhutan dalam
bahasa Sansekerta ialah “Dataran tinggi di sebelah Tibet”. Agama Buddha
aliran Tibet (Tantrayana) mempengaruhi kepercayaan dan gaya hidup rakyat
setempat. Bhutan adalah negara agama yang seluruh warganya beriman, ada
sebanyak 75% warga menganut agama Buddha Tantrayana aliran Tibet,
sebanyak 25% menganut agama Hindu.
Orang Bhutan beranggapan
kemiskinan yang sesungguhnya adalah apabila tak mampu beramal kepada
orang lain, mereka sudah sangat puas asalkan memiliki sawah dan rumah.
Penduduk Bhutan yang beragama Buddha, tidak membunuh makhluk hidup dan
menebang pohon.
Pada 2005, Bhutan menjadi fokus berbagai media besar
seantero dunia, “Model Bhutan” ciptaannya, teori Gross National
Happiness (GNH) yang ia usulkan memperoleh perhatian seksama masyarakat
internasional dan menjadi tema pelajaran ilmu ekonomi yang digandrungi
para pakar dan institut penelitian sebagian negara seperti Amerika
Serikat, Jepang dan lain-lain. Konsep “baru” dalam pandangan negara maju
pada abad-21 ini, diam-diam telah dijalankan selama hampir 30 tahun
lamanya.
“Model Bhutan” ialah mementingkan perkembangan yang
seimbang antara materi dan spiritual, perlindungan terhadap lingkungan
hidup dan proteksi terhadap kebudayaan tradisional diletakkan di atas
perkembangan ekonomi, standar untuk pengukuran perkembangan ialah Gross
National Happiness (GNH). Raja Wangchuk sangat memperhatikan pelestarian
lingkungan hidup Bhutan. Ia memberlakukan larangan merokok di seluruh
negeri dan melarang impor kantong plastik. Selain itu pemerintah
menentukan, setiap orang dalam 1 tahun minimal harus menanam 10 batang
pohon.
0 komentar:
Post a Comment