Menggali Pandangan Kitab Suci untuk Menemukan tentang Ajaran Penghayatan Agama yang Benar
Hidup beragama yang benar harus didasarkan pada keyakinan bahwa Allah
mencintai manusia. Dialah sumber cinta, penyelenggara kehidupan sehingga
hidup beragama hendaknya mengarah pada relasi yang semakin dekat dan
mendalam dengan Allah. Relasi yang semakin dekat dan mendalam dengan
Allah dapat dilaksanakan melalui praktik-praktik pelaksanaan ibadah
sesuai agama yang dianutnya dan penghayatan ajaran agama dalam kehidupan
sehari-hari.
Baca dan renungkanlah kutipan dari Injil Lukas 18:9-14 berikut ini
dengan saksama untuk semakin memahami ajaran Gereja tentang penghayatan
agama yang benar.
Perumpamaan tentang Orang Farisi dan Pemungut Cukai
Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini: 10 “Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai.11 Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; 12 aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. 13 Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. 14 Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barang siapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barang siapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Our Akuntansi
0 komentar:
Post a Comment