Keluhuran Martabat Manusia
Kaum beriman maupun tak beriman
hampir sependapat, bahwa segala sesuatu di dunia ini harus diarahkan
kepada manusia sebagai pusat dan puncaknya. Apakah manusia itu? Di masa
silam dan sekarang pun ia mengemukakan banyak pandangan tentang dirinya,
berbagai pendapatpun bertentangan. Seringkali ia menyanjung-nyanjung
dirinya sebagai tolok ukur yang mutlak, atau merendahkan diri hingga
putus asa, maka ia serba bimbang dan gelisah. “Apakah manusia, sehingga
Engkau mengingatnya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti
Allah, dan memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau
menjadikannya berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kau
letakkan di bawah kakinya” (Mzm 8:5-7). Keluhuran martabat manusia ini
perlu dihargai oleh diri manusia sendiri. Penghargaan ini bukan hanya
oleh orang lain terhadap diri kita tetapi juga oleh diri kita sendiri.
Di dalam kehidupan sehari-hari, ketika seseorang menerima kita apa
adanya, kita merasa bahagia. Kita bahagia sebab kita semua memang ingin
diterima dan dihargai. Kita akan menjadi kecewa apabila ada orang yang
merendahkan diri kita dan menganggap kita seolah-olah tak berharga atau
bahkan tak ada. Sikap menerima diri sendiri dan orang lain sebagaimana
adanya merupakan sikap menghormati martabat luhur manusia. Namun
demikian, kenyataannya masih ada orang yang kurang peduli terhadap nilai
luhur hidup manusia, dengan melakukan suatu tindakan yang menunjukkan
perendahan terhadap martabat hidup manusia.
0 komentar:
Post a Comment