Kerajaan Mataram Kuno bag 3 [end]
Raja Panangkaran dikenal
sebagai penakluk yang gagah berani bagi musuh-musuh kerajaan. Daerahnya
bertambah luas. Ia juga disebut sebagai permata dari Dinasti Syailendra.
Agama
Buddha Mahayana waktu itu berkembang pesat. Ia juga memerintahkan
didirikannya bangunan-bangunan suci. Misalnya, Candi Kalasan dan arca
Manjusri.
Setelah kekuasaan Penangkaran berakhir, timbul persoalan
dalam keluarga Syailendra, karena adanya perpecahan antara anggota
keluarga yang sudah memeluk agama Buddha dengan keluarga yang masih
memeluk agama Hindu (Syiwa). Hal ini menimbulkan perpecahan di dalam
pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno. Satu pemerintahan dipimpin oleh
tokoh-tokoh kerabat istana yang menganut agama Hindu berkuasa di daerah
Jawa bagian utara. Kemudian keluarga yang terdiri atas tokoh-tokoh yang
beragama Buddha berkuasa di daerah Jawa bagian selatan. Keluarga
Syailendra yang beragama Hindu meninggalkan bangunanbangunan candi di
Jawa bagian utara. Misalnya, candi-candi kompleks Pegunungan Dieng
(Candi Dieng) dan kompleks Candi Gedongsongo. Kompleks Candi Dieng
memakai namanama tokoh wayang seperti Candi Bima, Puntadewa, Arjuna, dan
Semar.
Sementara yang beragama Buddha meninggalkan
candi-candi seperti Candi Ngawen, Mendut, Pawon dan Borobudur. Candi
Borobudur diperkirakan mulai dibangun oleh Samaratungga pada tahun 824
M. Pembangunan kemudian dilanjutkan pada zaman Pramudawardani dan
Pikatan.
Perpecahan di dalam keluarga Syailendra tidak
berlangsung lama. Keluarga itu akhirnya bersatu kembali. Hal ini
ditandai dengan perkawinan Rakai Pikatan dan keluarga yang beragama
Hindu dengan Pramudawardani, putri dari Samaratungga. Perkawinan itu
terjadi pada tahun 832 M. Setelah itu, Dinasti Syailendra bersatu
kembali di bawah pemerintahan Raja Pikatan.
Setelah Samaratungga wafat,
anaknya dengan Dewi Tara yang bernama Balaputradewa menunjukkan sikap
menentang terhadap Pikatan. Kemudian terjadi perang perebutan kekuasaan
antara Pikatan dengan Balaputradewa. Dalam perang ini Balaputradewa
membuat benteng pertahanan di perbukitan di sebelah selatan Prambanan.
Benteng ini sekarang kira kenal dengan Candi Boko. Dalam pertempuran,
Balaputradewa terdesak dan melarikan diri ke Sumatra. Balaputradewa
kemudian menjadi raja di Kerajaan Sriwijaya.
Kerajaan Mataram
Kuno daerahnya bertambah luas. Kehidupan agama berkembang pesat tahun
856 Rakai Pikatan turun takhta dan digantikan oleh Kayuwangi atau Dyah
Lokapala. Kayuwangi kemudian digantikan oleh Dyah Balitung. Raja
Balitung merupakan raja yang terbesar. Ia memerintah pada tahun 898 -
911 M dengan gelar Sri Maharaja Rakai Wafukura Dyah Balitung Sri
Dharmadya Mahasambu. Pada pemerintahan Balitung bidangbidang politik,
pemerintahan, ekonomi, agama, dan kebudayaan
mengalami kemajuan. Ia telah membangun Candi Prambanan sebagai candi yang anggun dan megah. Relief-reliefnya sangat indah.
Sesudah
pemerintahan Balitung berakhir, Kerajaan Mataram mulai mengalami
kemunduran. Raja yang berkuasa setelah Balitung adalah Daksa, Tulodong,
dan Wawa. Beberapa faktor yang menyebabkan kemunduran Mataram Kuno
antara lain adanya bencana alam dan ancaman dari musuh yaitu Kerajaan
Sriwijaya.
0 komentar:
Post a Comment