-->

SOP K3 Penamanan Nilam

Salah satu contoh penerapan SOP Penamanan Nilam di Badung sebagai berikut ;
“Pembangunan yang difasilitasi pemerintah tidak selalu berhasil maksimal di masyarakat. Misalnya, di subsektor perkebunan dengan komoditas rintisannya yang mulai diminati masyarakat, yaitu budi daya nilam. Hal itu terungkap saat berlangsung Pelatihan Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Penanaman Nilam di Badung bertempat di BPP Petang, Kamis (31/5), yang dilaksanakan Dinas Perkebunan Provinsi Bali yang difasilitasi Balitro (Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik). Peserta, 50 orang terdiri atas petani nilam, wanita tani, pengusaha nilam, penangkar nilam, dan petugas lapangan kabupaten maupun provinsi di Badung, awalnya masyarakat sebagai pionir mengembangkan tanaman nilam tahun 2003 di Petang, Badung Utara, secara sendiri-sendiri. Hingga kini tanaman itu masih tetap diusahakan sebagai tanaman semusim dan tumpang sari (diversifikasi) dengan tanaman perkebunan seperti kakao, kopi, atau tanaman pangan lainnya.

Sampai tahun 2012 ini luas areal tanaman nilam di Kecamatan Petang 41,25 hektar, yang merupakan hasil pengembangan 26,25 hektar bersumber dari APBD II, dan 15 hektare bersumber dari APBD I.
Dalam pelatihan SOP Nilam tersebut, Endang peneliti dari Bogor menjelaskan asal-usul tanaman nilam dan perkembangannya hingga sampai benih tersebut diakui sebagai benih bina untuk dapat dikembangbiakkan di seluruh Indonesia. Nilam yang dikembangkan ada tiga jenis yaitu Lhokseumawe, Tapak Tuan, dan Sidikalang. Yang berkembang di Petang, jenis Sidikalang. Jenis ini lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit.

Tri Susilowati, yang juga peneliti budi daya tanaman di Balitro menjelaskan Standar Operasional Prosedur budidaya tanaman nilam, dari persiapan lahan, media tanam, penggunaan benih yang bermutu dan bersertifikasi, penanaman, pemeliharaan, pemupukan, perlindungan tanaman, panen, hingga pascapanen. Pada tahap persiapan lahan dibuat lubang tanam 30 x 30 x 30 cm dengan jarak tanam 1 x 0,5 m, sehingga untuk 1 hektare lahan dibutuhkan bibit 20.000 pohon. Pembibitan bisa dilakukan dengan stek batang maupun stek pucuk, tetapi dengan stek pucuk, persentase kegagalan bibit akan berkurang. Pembibitan diusahakan pada media tanam polybag dengan media berupa tanah, pasir, dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1 : 1, karena bibit membutuhkan media tanah yang gembur. Penggunaan benih yang bermutu dan bersertifikasi juga mutlak diperlukan, karena akan menghasilkan minyak nilam (patchouli oil) dengan kadar PA (patchouli alcohol) yang sesuai dengan permintaan pasar dunia. Penanaman diusahakan saat musim hujan. Pemupukan usahakan menggunakan pupuk organik atau pupuk kandang. Perlindungan tanaman yaitu dengan pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) diusahakan dengan menggunakan pestisida nabati. Panen dilakukan setelah tanaman berumur 4 bulan pertama, kemudian panen kedua dan panen ketiga dilakukan masing-masing tiap 3 bulan”.

Contoh SOP untuk tanaman perkebunan semusim pada penanaman tanaman Nilam di Bandung diharapkan dapat mengispirasi siswa dalam mencari dan menerapkan SOP yang lain untuk tanaman perkebunan semusim lainnya.

Lakukan pencarian SOP yang lainnya melalui sumber belajar yang lain (Internet, Buku, 
Referensi baik yang dikeluarkan oleh Kementerian Pertanian, Dinas Pertanian dan Perkebunan kemudian dirangkum oleh masing-masing kelompok dan dipresentasikan antar kelompok kemudian disimpulkan dan dicatat sebagai portofolio siswa.
Tanaman-tanaman perkebunan semusim antara lain :
1) Tanaman Tembakau.
2) Tanaman Nilam.
3) Tanaman Kapas.
4) Tanaman Tebu.
5) Tanaman Akar  Wangi.
6) Tanaman Jarak Kepyar.
7) Tanaman Rami.
8) Tanaman Wijen.
9) Tanaman Kenaf.
10)Tanaman Sereh Wangi.



Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Our Akuntansi


0 komentar:

Post a Comment